Rabu, 23 Oktober 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (29) Jika bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama:
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ إِذَا جَامَعَ فِي رَمَضَانَ
“Bab: Jika bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan”
Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tanpa sanad (mu’allaq) tentang ganjaran orang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan, kemudian menyebutkan perselisihan ulama tetang qadha (mengganti) bagi orang yang meninggalkan puasa dengan sengaja. Dan satu hadits dengan sanad bersambung dari Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang kaffarah (denda) bagi orang yang berhubungan suami istri dengan sengaja saat berpuasa di bulan Ramadhan.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَيُذْكَرُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ: «مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلاَ مَرَضٍ، لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ» وَبِهِ قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ. وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ المُسَيِّبِ، وَالشَّعْبِيُّ، وَابْنُ جُبَيْرٍ، وَإِبْرَاهِيمُ، وَقَتَادَةُ، وَحَمَّادٌ: «يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dan disebutkan dari Abu Hurairah secara marfuu’ (dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam): “Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada halangan dan sakit, maka puasanya tidak bisa digantikan dengan puasa setahun penuh sakalipun ia melakukannya”. Dengan hadits ini Ibnu Mas’ud berpendapat. Sedangkan Sa’id bin Al-Musayyab, Asy-Sya’biy, Ibnu Jubair, Ibrahim, Qatadah, dan Hammad, mereka berkata: Ia wajib mengqadha’ (berpuasa) sehari sebagai penggantinya”.
Takhrij hadits dan atsar yang disebutkan oleh Imam Bukhari:
a)      Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Daud rahimahullah dalam “As-Sunan” 2/314 no.2396, At-Tirmidziy rahimahullah dalam “Al-Jami’” 3/92 no.723, dan Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunan-nya 1/535:
عَنْ أَبي المُطَوِّسِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ وَلَا مَرَضٍ، لَمْ يَقْضِ عَنْهُ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَإِنْ صَامَهُ»
Dari Abu Al-Muthawwis dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Barangsiapa yang tidak berpuasa walau satu hari pada bulan Ramadhan bukan karena sakit atau ada rukhshah (keringanan), maka puasanya tidak dapat diqadha' meskipun dia berpuasa setahun penuh".
Imam Tirmidziy berkata:
«حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ»، وَسَمِعْتُ مُحَمَّدًا يَقُولُ: " أَبُو المُطَوِّسِ: اسْمُهُ يَزِيدُ بْنُ المُطَوِّسِ وَلَا أَعْرِفُ لَهُ غَيْرَ هَذَا الحَدِيثِ "
Hadits Abu Hurairah ini, kami tidak mengetahuinya kecuali melalui jalur ini, dan aku mendengar Muhammad (Al-Bukhari) berkata: “Abu Al-Muthawwis, namanya Yazid bin Al-Muthawwis, dan aku tidak mengetahui periwayatannya kecuali hadits ini”.
Hadits ini disebutkan oleh Imam Bukhari rahimahullah tanpa sanad dengan shigat tamriidh (mabni lil majhuul) mengisyaratkan bahwa hadits ini lemah.
Cacat hadits ini adalah: Abu Al-Muthawwis, Yazid bin Al-Muthawwis[1], periwayatan haditsnya agak lemah (layyinul hadits). Sedangkan bapaknya yang bernama Al-Muthawwis[2] tidak diketahui (majhul), tidak ada yang meriwayatkan hadits darinya kecuali anaknya.
b)     Atsar Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq rahimahullah dalam “Al-Mushannaf” 4/199 no.7476, dan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9784,
قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: «مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ مِنَ اللَّهِ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ، وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ»
Dari Ats-Tsauriy, dari Washil Al-Ahdab, dari Mugirah bin Abdillah Al-Yasykuriy, dari Seorang laki-laki, ia berkata: Ibnu Mas’ud berkata: “Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah dari Allah maka ia akan bertemu dengan Allah dengan dosanya itu sekalipun ia menggantiknya dengan berpuasa setahun penuh, jika Allah menghendaki Allah mengampuninya, dan jika Allah menghendaki Allah mengadzabnya”.
Atsar ini dihukumi hasan oleh syekh Albaniy rahimahullah. [Dha’if sunan Abi Daud (Al-Umm) 2/275]
c)      Atsar Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata bahwa tidak didapatkan riwayat Sa’id bin Al-Musayyab yang secara jelas menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan puasa sehari dengan sengaja maka wajib menggantinya di hari yang lain.
Kecuali apa yang ia riwayatkan secara mursal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9774, ia berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ أَبِي وَدَاعَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: " جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَفْطَرْتُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَصَدَّقْ، وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ، وَصُمْ يَوْمًا مَكَانَهُ»
Abu Khalid Al-Ahmar menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari Al-Muthalib bin Abi Wada’ah, dari Sa’id bin Al-Musayyab, ia berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata: Aku telah membatalkan puasa sehari di bulan Ramadhan?! Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Bersedekahlah, dan mintalah ampunan kepada Allah, dan berpuasalah sehari sebagai gantinya”.
Hadits ini lemah, sanadnya mursal (terputus), Sa’id bin Al-Musayyab seorang tabi’in tidak pernah bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun ucapan Sa’id sendiri maka ia mewajibkan mengganti puasa yang ditinggalkanya sehari dengan satu bulan berpuasa.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9780, ia berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ، عَنْ عَاصِمٍ، قَالَ: أَرْسَلَ أَبُو قِلَابَةَ إِلَى سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، فِي رَجُلٍ يُفْطِرُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، فَقَالَ سَعِيدٌ: «يَصُومُ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ شَهْرًا»
 ‘Abdah telah menceritakan kepada kami, dari ‘Ashim, ia berkata: Abu Qilabah mengirim surat kepada Sa’id bin Al-Musayyab bertanya tentang seorang lelaki yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan dengan sengaja. Maka Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebagai penggantinya untuk, setiap harinya satu bulan”
Ø  Diriwayatkan juga oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/197 no.7469:
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ الْمُسَيِّبِ فِي رَجُلٌ أَكَلَ فِي رَمَضَانَ عَامِدًا قَالَ: «عَلَيْهِ صِيَامُ شَهْرٍ» قَالَ: قُلْتُ: يَوْمَيْنِ قَالَ: «صِيَامُ شَهْرٍ» قَالَ: فَعَدَدْتُ أَيَّامًا، فَقَالَ: «صِيَامُ شَهْرٍ»
Dari Ma’mar, dari Qatadah, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Al-Musayyab tetang seorang lelaki yang maka di siang hari bulan Ramadhan dengan sengaja. Ia menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”. Qatadah berkata: Aku bertanya: Kalau dua hari? Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”. Qatadah berkata: Maka aku menyebutkan beberapa hari. Dan Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”.
d)     Atsar Asy-Sya’biy rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9776-9777:
عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dari Asy-Sya’biy, ia berkata (ketika ditanya tentang seorang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan): “Ia wajib mengqadha dengan berpuasa sehari sebagai penggantinya”.
e)      Atsar Sa’id bin Jubair, Abu Muhammad Al-Kufiy (w.95H) rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9778, ia berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ يَعْلَى بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فِي رَجُلٍ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، قَالَ: «يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ مِنْ ذَلِكَ، وَيَتُوبُ إِلَيْهِ، وَيَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
‘Abdah telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id, dari Ya’laa bin Hakim, dari Sa’id bin Jubair, tentang seorang yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan dengan sengaja. Ia menjawab: “Hendaklah ia beristigfar kepada Allah dari perbuatannya itu, dan bertaubat kepada-Nya, dan mengqadha’ dengan puasa sehari sebagai penggantinya”.
f)       Atsar Ibrahim bin Yazid An-Nakha’iy rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/349 no.9801, ia berkata:
حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ مُغِيرَةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: «يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ، وَيَسْتَغْفِرْ رَبَّهُ»
Ibnu Fudhail telah menceritakan kepada kami, dari Mugirah, dari Ibrahim, (ketika ditanya tentang seorang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan) ia berkata: “Ia mengqadha’ dengan puasa sehari sebagai penggantinya, dan meminta ampunan kepada Rabb-nya”.
g)      Atsar Qatadah bin Di’amah rahimahullah.
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/192 no.7450:
عَنْ مَعْمَرٍ، قَالَ قَتَادَةُ: «إِنْ خَرَجَ مِنْهُ الدَّافِقُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ إِلَّا أَنْ يَصُومَ يَوْمًا»
Dari Ma’mar, Qatadah berkata (tentang seroang lelaki yang mencium istrinya di siang hari pada bulan Ramadhan, atau mencumbu, atau bermesraan): “Jika ia mengeluarkan air yang memancar (mani) maka tidak ada sesuatu baginya kecuali harus berpuasa sehari sebagai gantinya”.
h)     Atsar Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah.
Kami tidak mendapatkan riwayat Hammad, kecuali apa yang dinukil oleh Abu Hanifah dari Hammad dari Ibrahim An-Nakha’iy.
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/197 no.7471:
عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ شَيْخٍ مِنْ بَجِيلَةَ قَالَ: سَأَلْتُ الشَّعْبِيَّ عَنْ رَجُلٍ أَفْطَرَ يَوْمًا فِي رَمَضَانَ؟ قَالَ الشَّعْبِيُّ: «يَصُومُ يَوْمًا مَكَانَهُ، وَيَسْتَغْفِرُ اللَّهِ» وَقَالَهُ أَبُو حَنِيفَةَ، عَنْ حَمَّادٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
Dari Ibnu ‘Uyainah, dari seorang syekh yang berasa dari Bajilah, ia berkata: Aku bertanya kepada Asy-Sya’biy tentang seorang yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan? Asy-Sya’biy berkata: “Ia berpuasa sehari sebagai gantinya, dan beristigfar kepada Allah”.
Ini juga yang dikatakan oleh Abu Hanifah, dari Hammad, dari Ibrahim.
B.     Penjelasan kedua.
Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1833 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ يَزِيدَ بْنَ هَارُونَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ [الأنصاري]، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ القَاسِمِ، أَخْبَرَهُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ بْنِ العَوَّامِ بْنِ خُوَيْلِدٍ، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ، سَمِعَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: إِنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّهُ احْتَرَقَ، قَالَ: «مَا لَكَ؟»، قَالَ: أَصَبْتُ أَهْلِي فِي رَمَضَانَ، فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِكْتَلٍ يُدْعَى العَرَقَ، فَقَالَ: «أَيْنَ المُحْتَرِقُ» قَالَ: أَنَا، قَالَ: «تَصَدَّقْ بِهَذَا»
1833 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Munir, dia mendengar Yazid bin Harun (berkata), telah menceritakan kepada kami Yahya -dia adalah anaknya Sa'id [Al-Anshariy]-, bahwa 'Abdurrahman bin Al-Qasim mengabarkannya dari Muhammad bin Ja'far bin Az-Zubair bin Al-'Awam bin Khuwaylid, dari 'Abbad bin 'Abdullah bin Az-Zubair mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Ada seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, "Wah aku terbakar!"
Beliau bertanya: "Maksudmu, ada apa denganmu?".
Orang itu menjawab: "Aku telah berhubungan dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadhan".
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dibawakan sekeranjang kurma, maka Beliau berkata: "Mana orang yang celaka itu?".
Orang itu menjawab: "Aku".
Maka Beliau berkata: "Bershadaqahlah dengan kurma ini".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
2.      Kejujuran sahabat dalam menjalankan ajaran Islam.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Seorang laki-laki melakukan dosa dengan mencium seorang wanita yang tidak halal baginya, maka ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian meceritakan hal tersebut, maka diturunkanlah kepadanya ayat:
{وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ، ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. [Huud:114]
Orang itu bertanya: Apakah ini khusus untukku?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
«لِمَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي»
"Untuk semua yang mengamalkannya dari umatku". [Sahih Bukhari dan Muslim]
3.      Boleh menceritakan dosa yang telah dilakukan untuk mengetahui hukum.
Adapun menceritakan perbuatan dosa untuk dipamerkan, maka hukumnya haram.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
"Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: 'Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu, ' padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah'." [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.      Menyesal setelah melakukan dosa.
Ibnu Ma'qil rahimahullah berkata; saya bersama ayahku menemui Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu 'anhu-, maka saya mendengar dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«النَّدَمُ تَوْبَةٌ»
"Penyesalan adalah bentuk taubat."
Maka ayahku bertanya kepadanya; "Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa penyesalan adalah taubat?"
Dia menjawab; "Ya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
5.      Berhubungan suami istri membatalkan puasa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي " [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah 'azza wa jalla berfirman: Puasa adalah untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya langsung. Meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Aku". [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.      Berhubungan suami istri di siang hari Ramadhan adalah dosa besar.
Karena sahabat ini mengaggap dirinya telah terbakar api neraka karena telah melakukan dosa besar, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyetujui anggapan tersebut.
7.      Kaffarah (penghapus dosa) bagi orang yang berhubungan suami istri ketika berpuasa.
Dalam riwayat ini hanya disebutkan sedekah dengan memberi makan fakir miskin sebagai kaffarahnya, sama seperti riwayat imam Muslim:
Aisyah radhiyallahu 'anha -isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- berkata;
أَتَى رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، احْتَرَقْتُ، احْتَرَقْتُ، فَسَأَلَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَا شَأْنُهُ؟» فَقَالَ: أَصَبْتُ أَهْلِي، قَالَ: «تَصَدَّقْ» فَقَالَ: وَاللهِ، يَا نَبِيَّ اللهِ، مَالِي شَيْءٌ، وَمَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ، قَالَ: «اجْلِسْ» فَجَلَسَ، فَبَيْنَا هُوَ عَلَى ذَلِكَ أَقْبَلَ رَجُلٌ يَسُوقُ حِمَارًا عَلَيْهِ طَعَامٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيْنَ الْمُحْتَرِقُ آنِفًا؟» فَقَامَ الرَّجُلُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَصَدَّقْ بِهَذَا» فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَغَيْرَنَا؟ فَوَاللهِ، إِنَّا لَجِيَاعٌ، مَا لَنَا شَيْءٌ، قَالَ: «فَكُلُوهُ»
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di masjid tepatnya pada bulan Ramadhan. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah binasa, saya telah binasa."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya padanya, "Ada apa denganmu?"
Laki-laki itu menjawab, "Saya telah menyetubuhi isteriku (pada siang hari di bulan Ramadhan)."
Beliau bersabda: "Bersedekahlah."
Ia berkata, "Demi Allah, wahai Nabiyullah, saya tidak mempunyai sesuatu pun dan saya tidak sanggup untuk menuanaikannya."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau begitu, duduklah."
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datanglah seorang laki yang menuntun himar yang membawa makanan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun berdiri dan bertanya: "Kemanakah laki-laki yang (katanya) binasa tadi?"
Orang itupun berdiri, kemudian beliau bersabda: "Bersedekahlah dengan ini."
Maka laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah mesti (aku berikan) kepada orang lain? Demi Allah, kami benar-benar dalam keadaan lapar, kami tidak miliki makanan sedikit pun."
Akhirnya beliau bersabda: "Kalau begitu, makanlah (bersama keluargamu)." [Shahih Muslim]
Ø  Dan dalam riwayat lain disebutkan kaffarah memerdekakan budak.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ظِلٍّ فَارِعٍ , فَأَتَاهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي بَيَاضَةَ , فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، احْتَرَقْتُ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا لَكَ؟» قَالَ: وَقَعْتُ بِامْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ , فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَعْتِقْ رَقَبَةً» قَالَ: لَا أَجِدُهُ , قَالَ: «أَطْعِمْ سِتِّينَ مِسْكِينًا» , قَالَ: لَيْسَ عِنْدِي , قَالَ: «اجْلِسْ» , فَجَلَسَ , فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ عِشْرُونَ صَاعًا , فَقَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ آنِفًا؟» قَالَ: هَا أَنَا ذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ , قَالَ: «خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ» , قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , عَلَى أَحْوَجَ مِنِّي وَمِنْ أَهْلِي؟ فَوَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا لَنَا عَشَاءُ لَيْلَةٍ , قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَعُدْ بِهِ عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ» [صحيح ابن خزيمة]
Suatu hari Nabi berada di bawah naungan pohong tinggi, lalu seorang lelaki dari Bani Bayadhah mendatangi beliau dan berkata: Wahai Nabi Allah, aku telah terbakar!
Nabi bertanya kepadanya: Ada apa denganmu?
Ia menjawab: Aku telah menggauli istriku sementara aku berpuasa dan itu terjadi di bulan Ramadhan.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: Merdekakanlah budak!
Ia menjawab: Aku tidak memilikinya.
Nabi bersabda: Berilah makan enam puluh orang miskin!
Ia menjawab: Aku tidak punya.
Nabi bersabda: Duduklah dulu!
Maka ia pun duduk, kemudian didatangkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekeranjang kurma yang berisi dua puluh sha’, maka Nabi bertanya: Mana orang yang bertanya tadi?
Orang itu menjawab: Ini aku wahai Rasulullah!
Nabi bersabda: Ambil ini dan besedekahlah dengannya!
Orang itu berkata: Wahai Rasulullah, kepada orang yang lebih membutuhkan dariku dan keluargaku? Demi Dzat Yang mengutusmu dengan kebenaran, kami tidak memiliki makanan malam ini!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka kembalikanlah untuk dirimu dan keluargamu! [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Ø  Tapi dalam hadits Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- yang akan datang pada bab berikutnya disebutkan satu kaffarah lain sebelum bersedekah.
8.      Selain kaffarah, apakah wajib mengganti puasanya di hari lain?
Ulama berselisih pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama: Wajib mengqadha’ puasanya di hari yang lain.
Karena dalam beberapa riwayat hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ada tambahan lafadz perintah berpuasa, diantaranya:
a.       Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam “As-Sunan” 2/314 no.2393, ia berkata:
حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ بِهَذَا الْحَدِيثِ. قَالَ: فَأُتِيَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ قَدْرُ خَمْسَةَ عَشَرَ صَاعًا، وَقَالَ فِيهِ: «كُلْهُ أَنْتَ، وَأَهْلُ بَيْتِكَ، وَصُمْ يَوْمًا، وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ»
Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Musafir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah, ia berkata; Seorang laki-laki telah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia telah berbuka pada Bulan Ramadhan dengan hadits ini. Ia berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diberi kerangjang yang berisi kurma seukuran lima belas sha'. Dalam hadits tersebut beliau mengatakan; “Makanlah engkau dan penghuni rumahmu dan berpuasalah satu hari dan mintalah ampun kepada Allah”.
b.      Dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-Nya 1/534 no.1671, ia berkata:
حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ فَقَالَ: «وَصُمْ يَوْمًا مَكَانَهُ»
Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar bin Umar[3] berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana dalam hadits (kisah orang yang menggauli istrinya di siang hari bulan Ramadhan), beliau bersabda: "Berpuasalah satu hari untuk menggantinya."
Hadits ini di-shahih-kan dari berbagai jalur periwayatannya oleh syekh Albaniy rahimahullah. [Al-Irwaa’ 4/93]
Pendapat keuda: Tidak wajib qadha, karena dalam hadits ini tidak disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk mengganti puasanya di hari lain.
Adapaun tambahan lafadz perintah mengganti puasanya di hari lain, maka tambahan lafadz tersebut derajatnya sangat lemah munkar, karena perawinya lemah dan menyalahi riwayat yang lebih banyak dan kuat yang tidak menyebutkan tambahan tersebut.
Pendapat ketiga: Wajib mengqadha’ jika ia membayar kaffarah dengan memerdekakan budah atau memberi makan. Adapun jika ia berpuasa dua bulan maka qadha’nya sudah tertutupi.
9.      Kasih sayang dan lemah lembut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ} [التوبة: 128]
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]
{وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ} [آل عمران: 159]
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka." [Ali 'Imran:159]
10.  Sifat dermawan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ [صحيح البخاري ومسلم]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling suka memberi kebaikan, dan saat paling suka memberi adalah di bulan Ramadan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
11.  Keringanan syari’at Islam, khususnya puasa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Allah tidak hendak menyulitkan kamu (dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ}
Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
● Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira". [Shahih Bukhari]
● Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً، إِنِّي أُرْسِلْتُ بِحَنِيفِيَّةٍ سَمْحَةٍ
"Sungguh dalam agama kita terdapat kelapangan, karena saya diutus dengan agama yang lapang dan mudah." [Musnad Ahmad: Hasan]
Wallahu a’lam!



[1] Lihat biografi " Abu Al-Muthawwis " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 9/287, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/157, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/240, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 34/299, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 4/574, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.674.
[2] Lihat biografi " Al-Muthawwis " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/428, Tahdziib Al-Kamaal 28/89, Taqriib At-Tahdziib hal.535.
[3] Lihat biografi " Abdul Jabbar bin Umar " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.82, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.211, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/86, Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/31, Al-Majruhiin 2/158, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 7/13, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/163, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/82, Tahdziib Al-Kamaal 16/388, Miizaan Al-I'tidaal 2/534, Taqriib At-Tahdziib hal.332.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...