بسم
الله الرحمن الرحيم
A. Penjelasan pertama:
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ إِذَا جَامَعَ فِي رَمَضَانَ
“Bab: Jika bersetubuh
di (siang hari) bulan Ramadhan”
Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tanpa
sanad (mu’allaq) tentang ganjaran orang yang sengaja meninggalkan puasa
Ramadhan, kemudian menyebutkan perselisihan ulama tetang qadha (mengganti)
bagi orang yang meninggalkan puasa dengan sengaja. Dan satu hadits dengan sanad
bersambung dari Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang kaffarah (denda)
bagi orang yang berhubungan suami istri dengan sengaja saat berpuasa di bulan
Ramadhan.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
وَيُذْكَرُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَفَعَهُ: «مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلاَ
مَرَضٍ، لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ» وَبِهِ قَالَ ابْنُ
مَسْعُودٍ. وَقَالَ سَعِيدُ بْنُ المُسَيِّبِ، وَالشَّعْبِيُّ، وَابْنُ جُبَيْرٍ،
وَإِبْرَاهِيمُ، وَقَتَادَةُ، وَحَمَّادٌ: «يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dan
disebutkan dari Abu Hurairah secara marfuu’ (dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam): “Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan
tanpa ada halangan dan sakit, maka puasanya tidak bisa digantikan dengan puasa
setahun penuh sakalipun ia melakukannya”. Dengan hadits ini Ibnu Mas’ud
berpendapat. Sedangkan Sa’id bin Al-Musayyab, Asy-Sya’biy, Ibnu
Jubair, Ibrahim, Qatadah, dan Hammad, mereka berkata:
Ia wajib mengqadha’ (berpuasa) sehari sebagai penggantinya”.
Takhrij hadits dan atsar yang disebutkan oleh Imam Bukhari:
a)
Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Abu Daud rahimahullah dalam
“As-Sunan” 2/314 no.2396, At-Tirmidziy rahimahullah dalam
“Al-Jami’” 3/92 no.723, dan Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunan-nya 1/535:
عَنْ أَبي
المُطَوِّسِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ وَلَا مَرَضٍ، لَمْ
يَقْضِ عَنْهُ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ وَإِنْ صَامَهُ»
Dari
Abu Al-Muthawwis dari ayahnya
dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda: " Barangsiapa yang tidak berpuasa walau satu hari
pada bulan Ramadhan bukan karena sakit atau ada rukhshah (keringanan), maka
puasanya tidak dapat diqadha' meskipun dia berpuasa setahun penuh".
Imam
Tirmidziy berkata:
«حَدِيثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ»، وَسَمِعْتُ مُحَمَّدًا
يَقُولُ: " أَبُو المُطَوِّسِ: اسْمُهُ يَزِيدُ بْنُ المُطَوِّسِ وَلَا
أَعْرِفُ لَهُ غَيْرَ هَذَا الحَدِيثِ "
Hadits
Abu Hurairah ini, kami tidak mengetahuinya kecuali melalui jalur ini, dan aku
mendengar Muhammad (Al-Bukhari) berkata: “Abu Al-Muthawwis, namanya Yazid bin
Al-Muthawwis, dan aku tidak mengetahui periwayatannya kecuali hadits ini”.
Hadits
ini disebutkan oleh Imam Bukhari rahimahullah tanpa
sanad dengan shigat tamriidh (mabni lil majhuul) mengisyaratkan
bahwa hadits ini lemah.
Cacat
hadits ini adalah: Abu Al-Muthawwis, Yazid bin
Al-Muthawwis[1], periwayatan
haditsnya agak lemah (layyinul hadits). Sedangkan bapaknya yang bernama Al-Muthawwis[2]
tidak diketahui (majhul), tidak ada yang meriwayatkan hadits darinya
kecuali anaknya.
b)
Atsar
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq rahimahullah dalam
“Al-Mushannaf” 4/199 no.7476, dan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9784,
قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: «مَنْ أَفْطَرَ
يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ مِنَ اللَّهِ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ،
وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ»
Dari
Ats-Tsauriy, dari Washil Al-Ahdab, dari Mugirah bin Abdillah Al-Yasykuriy, dari
Seorang laki-laki, ia berkata: Ibnu Mas’ud
berkata: “Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah
dari Allah maka ia akan bertemu dengan Allah dengan dosanya itu sekalipun ia
menggantiknya dengan berpuasa setahun penuh, jika Allah menghendaki Allah
mengampuninya, dan jika Allah menghendaki Allah mengadzabnya”.
Atsar
ini dihukumi hasan oleh syekh Albaniy rahimahullah.
[Dha’if sunan Abi Daud (Al-Umm) 2/275]
c)
Atsar
Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah.
Al-Hafidz
Ibnu Hajar rahimahullah berkata
bahwa tidak didapatkan riwayat Sa’id bin Al-Musayyab yang secara jelas
menyebutkan bahwa orang yang meninggalkan puasa sehari dengan sengaja maka
wajib menggantinya di hari yang lain.
Kecuali
apa yang ia riwayatkan secara mursal dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9774, ia
berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ،
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ، عَنِ الْمُطَّلِبِ بْنِ أَبِي وَدَاعَةَ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: " جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي أَفْطَرْتُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ،
فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَصَدَّقْ،
وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ، وَصُمْ يَوْمًا مَكَانَهُ»
Abu
Khalid Al-Ahmar menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari
Al-Muthalib bin Abi Wada’ah, dari Sa’id bin Al-Musayyab, ia berkata: Seorang
lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berkata:
Aku telah membatalkan puasa sehari di bulan Ramadhan?! Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Bersedekahlah, dan mintalah
ampunan kepada Allah, dan berpuasalah sehari sebagai gantinya”.
Hadits
ini lemah, sanadnya mursal (terputus), Sa’id
bin Al-Musayyab seorang tabi’in tidak pernah bertemu dengan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Adapun
ucapan Sa’id sendiri maka ia mewajibkan mengganti puasa yang ditinggalkanya
sehari dengan satu bulan berpuasa.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9780, ia
berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ، عَنْ عَاصِمٍ،
قَالَ: أَرْسَلَ أَبُو قِلَابَةَ إِلَى سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، فِي رَجُلٍ
يُفْطِرُ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، فَقَالَ سَعِيدٌ: «يَصُومُ مَكَانَ
كُلِّ يَوْمٍ شَهْرًا»
‘Abdah telah menceritakan kepada kami, dari
‘Ashim, ia berkata: Abu Qilabah mengirim surat kepada Sa’id bin Al-Musayyab
bertanya tentang seorang lelaki yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan
dengan sengaja. Maka Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebagai penggantinya
untuk, setiap harinya satu bulan”
Ø Diriwayatkan juga oleh Abdurrazaq
dalam “Al-Mushannaf” 4/197 no.7469:
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ:
سَأَلْتُ ابْنَ الْمُسَيِّبِ فِي رَجُلٌ أَكَلَ فِي رَمَضَانَ عَامِدًا قَالَ:
«عَلَيْهِ صِيَامُ شَهْرٍ» قَالَ: قُلْتُ: يَوْمَيْنِ قَالَ: «صِيَامُ شَهْرٍ»
قَالَ: فَعَدَدْتُ أَيَّامًا، فَقَالَ: «صِيَامُ شَهْرٍ»
Dari
Ma’mar, dari Qatadah, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Al-Musayyab tetang
seorang lelaki yang maka di siang hari bulan Ramadhan dengan sengaja. Ia
menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”. Qatadah berkata: Aku bertanya: Kalau dua
hari? Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”. Qatadah berkata: Maka aku
menyebutkan beberapa hari. Dan Sa’id menjawab: “Ia wajib berpuasa sebulan”.
d)
Atsar
Asy-Sya’biy rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9776-9777:
عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «يَقْضِي
يَوْمًا مَكَانَهُ»
Dari
Asy-Sya’biy, ia berkata (ketika ditanya tentang seorang yang sengaja
meninggalkan puasa Ramadhan): “Ia wajib mengqadha dengan berpuasa sehari
sebagai penggantinya”.
e)
Atsar
Sa’id bin Jubair, Abu Muhammad Al-Kufiy (w.95H) rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/347 no.9778, ia
berkata:
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ، عَنْ سَعِيدٍ،
عَنْ يَعْلَى بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فِي رَجُلٍ أَفْطَرَ
يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا، قَالَ: «يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ مِنْ ذَلِكَ،
وَيَتُوبُ إِلَيْهِ، وَيَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ»
‘Abdah
telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id, dari Ya’laa bin Hakim, dari Sa’id
bin Jubair, tentang seorang yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan
dengan sengaja. Ia menjawab: “Hendaklah ia beristigfar kepada Allah dari
perbuatannya itu, dan bertaubat kepada-Nya, dan mengqadha’ dengan puasa sehari
sebagai penggantinya”.
f)
Atsar
Ibrahim bin Yazid An-Nakha’iy rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/349 no.9801, ia
berkata:
حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ
مُغِيرَةَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: «يَقْضِي يَوْمًا مَكَانَهُ، وَيَسْتَغْفِرْ
رَبَّهُ»
Ibnu
Fudhail telah menceritakan kepada kami, dari Mugirah, dari Ibrahim, (ketika
ditanya tentang seorang yang sengaja meninggalkan puasa Ramadhan) ia berkata:
“Ia mengqadha’ dengan puasa sehari sebagai penggantinya, dan meminta ampunan
kepada Rabb-nya”.
g)
Atsar
Qatadah bin Di’amah rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/192 no.7450:
عَنْ مَعْمَرٍ، قَالَ قَتَادَةُ: «إِنْ
خَرَجَ مِنْهُ الدَّافِقُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ إِلَّا أَنْ يَصُومَ يَوْمًا»
Dari
Ma’mar, Qatadah berkata (tentang seroang lelaki yang mencium istrinya di
siang hari pada bulan Ramadhan, atau mencumbu, atau bermesraan): “Jika ia mengeluarkan
air yang memancar (mani) maka tidak ada sesuatu baginya kecuali harus berpuasa
sehari sebagai gantinya”.
h)
Atsar
Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah.
Kami
tidak mendapatkan riwayat Hammad, kecuali apa yang dinukil oleh Abu Hanifah
dari Hammad dari Ibrahim An-Nakha’iy.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/197 no.7471:
عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ شَيْخٍ
مِنْ بَجِيلَةَ قَالَ: سَأَلْتُ الشَّعْبِيَّ عَنْ رَجُلٍ أَفْطَرَ يَوْمًا فِي
رَمَضَانَ؟ قَالَ الشَّعْبِيُّ: «يَصُومُ يَوْمًا مَكَانَهُ، وَيَسْتَغْفِرُ
اللَّهِ» وَقَالَهُ أَبُو حَنِيفَةَ، عَنْ حَمَّادٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
Dari
Ibnu ‘Uyainah, dari seorang syekh yang berasa dari Bajilah, ia berkata: Aku
bertanya kepada Asy-Sya’biy tentang seorang yang tidak berpuasa sehari di bulan
Ramadhan? Asy-Sya’biy berkata: “Ia berpuasa sehari sebagai gantinya, dan
beristigfar kepada Allah”.
Ini
juga yang dikatakan oleh Abu Hanifah, dari Hammad, dari Ibrahim.
B.
Penjelasan
kedua.
Hadits
Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1833 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
مُنِيرٍ، سَمِعَ يَزِيدَ بْنَ هَارُونَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى هُوَ ابْنُ سَعِيدٍ
[الأنصاري]، أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ القَاسِمِ، أَخْبَرَهُ عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ بْنِ العَوَّامِ بْنِ خُوَيْلِدٍ، عَنْ عَبَّادِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، أَخْبَرَهُ أَنَّهُ، سَمِعَ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، تَقُولُ: إِنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّهُ احْتَرَقَ، قَالَ: «مَا لَكَ؟»، قَالَ:
أَصَبْتُ أَهْلِي فِي رَمَضَانَ، فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِمِكْتَلٍ يُدْعَى العَرَقَ، فَقَالَ: «أَيْنَ المُحْتَرِقُ» قَالَ:
أَنَا، قَالَ: «تَصَدَّقْ بِهَذَا»
1833 - Telah
menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Munir, dia mendengar Yazid bin Harun (berkata),
telah menceritakan kepada kami Yahya -dia adalah anaknya Sa'id [Al-Anshariy]-,
bahwa 'Abdurrahman bin Al-Qasim mengabarkannya dari Muhammad bin Ja'far bin Az-Zubair
bin Al-'Awam bin Khuwaylid, dari 'Abbad bin 'Abdullah bin Az-Zubair mengabarkan
kepadanya bahwa dia mendengar 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
"Ada seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
lalu berkata, "Wah aku terbakar!"
Beliau
bertanya: "Maksudmu, ada apa denganmu?".
Orang
itu menjawab: "Aku telah berhubungan dengan isteriku pada siang hari di
bulan Ramadhan".
Kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dibawakan sekeranjang kurma, maka
Beliau berkata: "Mana orang yang celaka itu?".
Orang
itu menjawab: "Aku".
Maka
Beliau berkata: "Bershadaqahlah dengan kurma ini".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Aisyah radhiyallahu
‘anha.
Lihat di sini: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
2.
Kejujuran sahabat dalam menjalankan
ajaran Islam.
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu
berkata: Seorang laki-laki melakukan dosa dengan mencium seorang wanita yang
tidak halal baginya, maka ia mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam kemudian meceritakan hal tersebut, maka diturunkanlah kepadanya ayat:
{وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الحَسَنَاتِ
يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ، ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua
tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
[Huud:114]
Orang itu bertanya: Apakah ini khusus
untukku?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«لِمَنْ
عَمِلَ بِهَا مِنْ أُمَّتِي»
"Untuk semua yang mengamalkannya dari umatku".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
3.
Boleh menceritakan dosa yang telah
dilakukan untuk mengetahui hukum.
Adapun menceritakan perbuatan dosa untuk
dipamerkan, maka hukumnya haram.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu
'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ
أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ
يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ
عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ
يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ
"Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang
menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa)
adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah
menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata: 'Wahai fulan semalam aku telah
melakukan ini dan itu, ' padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi
oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh
Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh
Allah'." [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.
Menyesal setelah melakukan dosa.
Ibnu Ma'qil rahimahullah berkata;
saya bersama ayahku menemui Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu 'anhu-,
maka saya mendengar dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«النَّدَمُ تَوْبَةٌ»
"Penyesalan adalah bentuk taubat."
Maka ayahku bertanya kepadanya;
"Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bahwa penyesalan adalah taubat?"
Dia menjawab; "Ya." [Sunan Ibnu
Majah: Shahih]
5.
Berhubungan suami istri membatalkan
puasa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ
شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي " [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah 'azza wa jalla berfirman: Puasa adalah
untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya langsung. Meninggalkan
syahwatnya, makan dan minumnya demi Aku". [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.
Berhubungan suami istri di siang
hari Ramadhan adalah dosa besar.
Karena sahabat ini mengaggap dirinya telah
terbakar api neraka karena telah melakukan dosa besar, dan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menyetujui anggapan tersebut.
7.
Kaffarah (penghapus dosa) bagi orang yang
berhubungan suami istri ketika berpuasa.
Dalam riwayat ini hanya disebutkan sedekah
dengan memberi makan fakir miskin sebagai kaffarahnya, sama seperti riwayat
imam Muslim:
Aisyah radhiyallahu 'anha -isteri
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- berkata;
أَتَى رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللهِ، احْتَرَقْتُ، احْتَرَقْتُ، فَسَأَلَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَا شَأْنُهُ؟» فَقَالَ: أَصَبْتُ أَهْلِي، قَالَ:
«تَصَدَّقْ» فَقَالَ: وَاللهِ، يَا نَبِيَّ اللهِ، مَالِي شَيْءٌ، وَمَا أَقْدِرُ
عَلَيْهِ، قَالَ: «اجْلِسْ» فَجَلَسَ، فَبَيْنَا هُوَ عَلَى ذَلِكَ أَقْبَلَ
رَجُلٌ يَسُوقُ حِمَارًا عَلَيْهِ طَعَامٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيْنَ الْمُحْتَرِقُ آنِفًا؟» فَقَامَ الرَّجُلُ، فَقَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تَصَدَّقْ بِهَذَا» فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللهِ، أَغَيْرَنَا؟ فَوَاللهِ، إِنَّا لَجِيَاعٌ، مَا لَنَا شَيْءٌ،
قَالَ: «فَكُلُوهُ»
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam di masjid tepatnya pada bulan Ramadhan. Laki-laki itu
berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah binasa, saya telah binasa."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pun bertanya padanya, "Ada apa denganmu?"
Laki-laki itu menjawab, "Saya telah
menyetubuhi isteriku (pada siang hari di bulan Ramadhan)."
Beliau bersabda: "Bersedekahlah."
Ia berkata, "Demi Allah, wahai
Nabiyullah, saya tidak mempunyai sesuatu pun dan saya tidak sanggup untuk
menuanaikannya."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Kalau begitu, duduklah."
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba
datanglah seorang laki yang menuntun himar yang membawa makanan, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun berdiri dan bertanya: "Kemanakah
laki-laki yang (katanya) binasa tadi?"
Orang itupun berdiri, kemudian beliau
bersabda: "Bersedekahlah dengan ini."
Maka laki-laki itu berkata, "Wahai
Rasulullah, apakah mesti (aku berikan) kepada orang lain? Demi Allah, kami
benar-benar dalam keadaan lapar, kami tidak miliki makanan sedikit pun."
Akhirnya beliau bersabda: "Kalau
begitu, makanlah (bersama keluargamu)." [Shahih Muslim]
Ø
Dan dalam riwayat lain
disebutkan kaffarah memerdekakan budak.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ظِلٍّ فَارِعٍ , فَأَتَاهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي بَيَاضَةَ ,
فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، احْتَرَقْتُ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا لَكَ؟» قَالَ: وَقَعْتُ بِامْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ
وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ , فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَعْتِقْ رَقَبَةً» قَالَ: لَا أَجِدُهُ , قَالَ: «أَطْعِمْ سِتِّينَ
مِسْكِينًا» , قَالَ: لَيْسَ عِنْدِي , قَالَ: «اجْلِسْ» , فَجَلَسَ , فَأُتِيَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ عِشْرُونَ صَاعًا
, فَقَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ آنِفًا؟» قَالَ: هَا أَنَا ذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
, قَالَ: «خُذْ هَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ» , قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , عَلَى
أَحْوَجَ مِنِّي وَمِنْ أَهْلِي؟ فَوَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا لَنَا
عَشَاءُ لَيْلَةٍ , قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَعُدْ
بِهِ عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ» [صحيح ابن خزيمة]
Suatu hari Nabi berada di bawah naungan
pohong tinggi, lalu seorang lelaki dari Bani Bayadhah mendatangi beliau dan
berkata: Wahai Nabi Allah, aku telah terbakar!
Nabi bertanya kepadanya: Ada apa denganmu?
Ia menjawab: Aku telah menggauli istriku
sementara aku berpuasa dan itu terjadi di bulan Ramadhan.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepadanya: Merdekakanlah budak!
Ia menjawab: Aku tidak memilikinya.
Nabi bersabda: Berilah makan enam puluh
orang miskin!
Ia menjawab: Aku tidak punya.
Nabi bersabda: Duduklah dulu!
Maka ia pun duduk, kemudian didatangkan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekeranjang kurma yang
berisi dua puluh sha’, maka Nabi bertanya: Mana orang yang bertanya tadi?
Orang itu menjawab: Ini aku wahai
Rasulullah!
Nabi bersabda: Ambil ini dan besedekahlah
dengannya!
Orang itu berkata: Wahai Rasulullah, kepada
orang yang lebih membutuhkan dariku dan keluargaku? Demi Dzat Yang mengutusmu
dengan kebenaran, kami tidak memiliki makanan malam ini!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Maka kembalikanlah untuk dirimu dan keluargamu! [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Ø Tapi dalam hadits Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- yang akan datang pada bab berikutnya disebutkan satu
kaffarah lain sebelum bersedekah.
8.
Selain kaffarah, apakah wajib
mengganti puasanya di hari lain?
Ulama berselisih pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama: Wajib
mengqadha’ puasanya di hari yang lain.
Karena dalam beberapa riwayat hadits Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
ada tambahan lafadz perintah berpuasa, diantaranya:
a.
Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam “As-Sunan”
2/314 no.2393, ia berkata:
حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُسَافِرٍ،
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ ابْنِ
شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ
فِي رَمَضَانَ بِهَذَا الْحَدِيثِ. قَالَ: فَأُتِيَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ قَدْرُ
خَمْسَةَ عَشَرَ صَاعًا، وَقَالَ فِيهِ: «كُلْهُ أَنْتَ، وَأَهْلُ بَيْتِكَ،
وَصُمْ يَوْمًا، وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ»
Telah menceritakan kepada kami Ja'far bin
Musafir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan
kepada kami Hisyam bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Abu Hurairah, ia berkata; Seorang laki-laki telah datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia telah berbuka pada Bulan Ramadhan
dengan hadits ini. Ia berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam diberi kerangjang yang berisi kurma seukuran lima belas sha'.
Dalam hadits tersebut beliau mengatakan; “Makanlah engkau dan penghuni rumahmu
dan berpuasalah satu hari dan mintalah ampun kepada Allah”.
b.
Dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam
Sunan-Nya 1/534 no.1671, ia berkata:
حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى
قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنِي
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ فَقَالَ: «وَصُمْ
يَوْمًا مَكَانَهُ»
Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin
Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdul Jabbar bin Umar[3]
berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Al-Musayyab
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
sebagaimana dalam hadits (kisah orang yang menggauli istrinya di siang hari
bulan Ramadhan), beliau bersabda: "Berpuasalah satu hari untuk
menggantinya."
Hadits ini di-shahih-kan
dari berbagai jalur periwayatannya oleh syekh Albaniy rahimahullah.
[Al-Irwaa’ 4/93]
Pendapat keuda: Tidak wajib
qadha, karena dalam hadits ini tidak disebutkan bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam memerintahkan untuk mengganti puasanya di hari lain.
Adapaun tambahan lafadz perintah mengganti
puasanya di hari lain, maka tambahan lafadz tersebut derajatnya sangat lemah munkar, karena perawinya lemah dan
menyalahi riwayat yang lebih banyak dan kuat yang tidak menyebutkan tambahan
tersebut.
Pendapat ketiga: Wajib
mengqadha’ jika ia membayar kaffarah dengan memerdekakan budah atau memberi
makan. Adapun jika ia berpuasa dua bulan maka qadha’nya sudah tertutupi.
9.
Kasih sayang dan lemah lembut Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada umatnya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ} [التوبة: 128]
Sungguh telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]
{وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ} [آل
عمران: 159]
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka." [Ali 'Imran:159]
10. Sifat dermawan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata:
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ،
وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ [صحيح البخاري ومسلم]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah orang yang paling suka memberi kebaikan, dan saat paling suka
memberi adalah di bulan Ramadan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
11. Keringanan
syari’at Islam, khususnya puasa.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم
مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Allah tidak hendak menyulitkan kamu
(dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
{وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ}
Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
● Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا، وَقَارِبُوا،
وَأَبْشِرُوا
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan
tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat
dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan
berilah kabar gembira". [Shahih Bukhari]
● Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
أَنَّ فِي دِينِنَا فُسْحَةً، إِنِّي
أُرْسِلْتُ بِحَنِيفِيَّةٍ سَمْحَةٍ
"Sungguh dalam agama kita terdapat
kelapangan, karena saya diutus dengan agama yang lapang dan mudah." [Musnad
Ahmad: Hasan]
Wallahu a’lam!
[1]
Lihat biografi " Abu Al-Muthawwis " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil
karya Ibnu Abi Hatim 9/287, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 3/157, Adh-Dhu'afaa'
karya Ibnu Al-Jauziy 3/240, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 34/299, Miizaan
Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 4/574, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.674.
[2]
Lihat biografi " Al-Muthawwis " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 8/428, Tahdziib Al-Kamaal 28/89, Taqriib
At-Tahdziib hal.535.
[3]
Lihat biografi " Abdul Jabbar bin
Umar " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy
hal.82, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.211, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya
Al-'Uqaily 3/86, Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/31, Al-Majruhiin 2/158, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 7/13, Adh-Dhu'afaa' karya
Ad-Daraquthniy 2/163, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/82, Tahdziib Al-Kamaal 16/388, Miizaan Al-I'tidaal 2/534, Taqriib
At-Tahdziib hal.332.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...