Selasa, 15 Oktober 2019

Syarah Kitab Tauhid bab (5); Mengajak untuk bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah

بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat dan 2 hadits:
Ø  Firman Allah subhanahu wata’aalaa:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [يوسف: 108]
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [Yusuf: 108]
a)      Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: Di kala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman, Nabi berpesan:
«إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى، فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا صَلَّوْا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِي أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ، وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ» [صحيح البخاري]
"Wahai Mu'adz, engkau mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah pertama-tama yang engkau sampaikan adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta'ala. Jika mereka telah sadar terhadap hal ini, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan lima shalat kepada mereka dalam sehari semalam. Jika mereka telah shalat, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka, yang diambil dari yang kaya, dan diberikan kepada yang miskin, dan jika mereka telah mengikrarkan yang demikian, ambilah harta mereka, dan jauhilah harta mereka yang terbaik." [Shahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah'." [Shahih Muslim]
b)      Hadits Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhuma: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada waktu perang Khaibar:
«لَأُعْطِيَنَّ هَذِهِ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ، يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ»، قَالَ: فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا، فَقَالَ: «أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ». فَقِيلَ: هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ، قَالَ: «فَأَرْسَلُوا إِلَيْهِ». فَأُتِيَ بِهِ فَبَصَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ، فَقَالَ عَلِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا؟ فَقَالَ: «انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ، فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sungguh esok hari aku akan menyerahkan bendera komando ini kepada seorang laki-laki yang lewat tangannya Allah akan memenangkan peperangan ini. Dia adalah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya."
Sahal berkata; "Maka semalaman orang-orang memperbincangkan siapa diantara mereka yang akan diberikan kepercayaan itu. Keesokan harinya, orang-orang telah berkumpul di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masing-masing berharap mendapat kepercayaan tersebut. Beliau bertanya: "Di manakan Ali bin Abu Thalib?."
Para sahabat menjawab; "Dia sedang sakit mata, wahai Rasulullah."
Beliau bersabda; "Datangilah dan bawa dia kemari".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu meludahi matanya dan mendoakannya. Seketika matanya sembuh seakan tidak ada bekas sakit sebelumnya. Akhirnya beliau menyerahkan bendera komando perang tersebut kepadanya.
'Ali berkata; "Wahai Rasulullah, "Aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita."
Beliau berkata; "Laksanakanlah dengan tenang hingga kamu singgah pada tempat tinggal mereka lalu ajaklah mereka menerima Islam dan kabarkan kepada mereka apa yang menjadi kewajiban mereka dari hak-hak Allah. Sungguh seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang lewat perantaraan kamu, hal itu lebih baik buatmu dari pada unta merah (harta yang paling baik)." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dari ayat dan hadits di atas,  syekh –rahimahullah- menyebutkan 30 faidah:
1.      Berda’wah mengajak kepada Allah adalah jalan orang-orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah shallallahlu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau menulis suatu garis di depannya dan berkata:
«هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ»
"Ini adalah jalan Allah"
Kemudian beliau menulis dua garis di sebelah kanan dan kiri garis tersebut, dan berkata:
«هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ»
"Ini adalah jalan-jalan syaitan"
Kemudian beliau meletakkan tangannya pada garis yang tengah, kemudian membaca ayat ini:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153]
Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. [Al-An'aam:153] [Musnad Ahmad: Sahih]
2.      Peringatan untuk senantiasa ikhlash, karena banyak orang ketika berda’wah kepada kebenaran, ia hanya mengajak kepada dirinya sendiri.
Jabir bin Abdillah berkata: Saat kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu berkata: Wahai kaum Anshar! Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kamum Muhajirin!
Ketika mendengarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
«مَا بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ»
Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?
Mereka menjawab: Ya Rasulullah seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar.
Maka Rasulullah bersabda:
«دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tinggalkan panggilan seperti itu, karena itu sangat busuk.” [Sahih Bukhari dan Muslim]
3.      Memiliki hujjah yang nyata adalah kewajiban bagi seorang da’i.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 168، 169]
Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-Baqarah: 168-169]
Dari Abu Ad-Dardaa' radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا، وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ [سنن أبى داود: صحيح]
"Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil sesuatu yang sangat besar. [Sunan Abu Daud: Sahih]
4.      Diantara tanda kebaikan tauhid, karena mensucikan Allah dari segala cela dan kekurangan.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} [الإخلاص: 1 - 4]
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". [Al-Ikhlash 1-4]
5.      Diantara keburukan syirik, karena ia termasuk celaan kepada Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman:
" كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي، كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفْئًا أَحَدٌ "
'Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal ia tidaklah mempunyai alasan sedikit pun. Dan ia juga telah mencemoohku padahal ia tidak mempunyai alasan melakukan hal itu. Ada pun kedustaanya padaku adalah ungkapannya, 'Dia tidak akan mengembalikanku sebagaimana ia telah menciptakanku pertama kali.' Padahal penciptaan yang pertama tidak lebih mudah daripada hanya sekedar mengembalikannya. Adapun pelecehannya pada-Ku adalah ungkapannya, 'Allah telah menjadikan anak untuk diri-Nya.' Sementara Aku adalah Rabb Yang Maha Esa, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa Dengan-Ku.'" [Shahih Bukhari]
6.      Ini adalah poin penting, yaitu: Menjauhkan seorang muslim dari kaum musyrik agar tidak mengikuti mereka sekalipun ia tidak terjerumus dalam kesyirikan.
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَنَا بَرِيءٌ مِنْ كُلِّ مُسْلِمٍ يُقِيمُ بَيْنَ أَظْهُرِ الْمُشْرِكِينَ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ؟ قَالَ: «لَا تَرَاءَى نَارَاهُمَا» [سنن أبي داود: صحيح]
"Aku berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di antara orang-orang musyrik."
Mereka bertanya; kenapa wahai Rasulullah?
Beliau berkata: “Jangan sampai api mereka saling melihat”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ [سنن أبي داود: صحيح]
"Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka". [Sunan Abi Daud: Shahih]
7.      Tauhid adalah kewajiban pertama.
Al-Musayyab bin Hazn -radhiyallahu ‘anhu- berkata; 'Saat Abu Thalib sekarat, nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk dan di dekatnya ada Abu Jahal dan 'Abdullah bin Abu Umaiyah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أَيْ عَمِّ قُلْ: لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ "
"Paman! Ucapkan: LAA ILAAHA ILLALLAAH sebuah kalimat yang akan aku jadikan sebagai pembela untukmu disisi Allah 'azza wajalla."
Abu jahal dan 'Abdullah bin Abu Umaiyah berkata: Hai Abu Thalib! Apa kau membenci agama 'Abdul Muththallib?
Keduanya terus mengucapkannya hingga Abu Thalib mengucapkan sesuatu di akhir kata-katanya yang menunjukkan ia berada di atas agama 'Abdul Muththallib. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ»
"Aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang darimu."
Kemudian turunlah ayat:
{مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ} [التوبة: 113]
Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. [At-Taubah:113]
Dan berkenaan dengan Abu Thalib Allah menurunkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ayat;
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص: 56]
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash:56] [Shahih Bukhari dan Muslim]
8.      Da’wah tauhid lebih didahulukan dari segala sesuatu sekalipun itu tentang shalat.
Karena orang kafir dan musyrik adalah najis, dan Allah tidak menerima shalat orang yang bernajis.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة: 28]
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis. [At-Taubah:28]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ [صحيح مسلم]
"Salat tidak diterima tanpa bersuci". [Sahih Muslim]
9.      Makna mentauhidkan Allah adalah makna kalimat syahadat: Bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا} [البقرة: 256]
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali (agama) yang amat kuat yang tidak akan putus. [Al-Baqarah: 256]
10.  Seseorang bisa jadi dari ahli kitab tapi tidak tahu tentang tauhid, atau ia tahu tapi tidak mengamalkannya.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30) اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [التوبة: 30-31]
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [At-Taubah: 30-31]
11.  Peringatan untuk mengajar dengan cara berurutan.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الْأَمْرِ كُلِّهِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan (melakukan sesuatu dengan perlahan) pada setiap urusan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
" إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ " [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya kelembutan tidak dibarenang pada susuatu kecuali membuatnya indah, dan tidak hilang dari sesuatu kecuali membuatnya buruk". [Sahih Muslim]
12.  Memulai da’wah dengan yang masalah yang lebih penting.
Jundub bin Abdullah radhiyallahu 'anhu berkata;
«كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا»
"Ketika kami bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, pada saat itu kami merupakan sosok pemuda-pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al Qur`an, kemudian kami mempelajari Al Qur`an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan kami." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
13.  Yang berhak menerima zakat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [التوبة: 60]
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [At-Taubah: 60]
14.  Seorang ulama bertugas untuk menghilangkan kesamaran pada muridnya.
Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، فَرَدَّ وَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ»، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ» ثَلاَثًا، فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ، فَعَلِّمْنِي، فَقَالَ: «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا» [صحيح البخاري]
Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang laki-laki masuk masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!"
Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi, kemudian datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!"
Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, "Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan haq, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku!"
Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur'an, kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu." [Shahih Bukhari]
15.  Larangan mengambil harta terbaik seseroang ketika memungut zakat.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: 188]
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. [Al-Baqarah:188]
16.  Menghindari do’a orang yang terzalimi.
Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا، فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ»
"Berhati-hatilah kalian dari doa orang teraniaya meskipun kafir, karena doa yang diucapkannya tiada penghalang." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
17.  Berita bahwa do’a orang yang terzalimi tidak ada penghalang (langsung dikabulkan).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
« ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ » [سنن أبى داود: حسن]
"Tiga do'a yang dikabulkan tanpa diragukan; Do'a ibu bapak, do'a seorang musafir, dan do'a orang yang dizalimi". [Sunan Abi Daud: Hasan]
18.  Diantara tanda tauhid, apa yang terjadi pada tuannya para Rasul dan petinggi wali-wali Allah dari kesulitan, kelaparan, dan penyakit.
Khabbab radhiyallahu ‘anhu berkata:
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً، وَهُوَ فِي ظِلِّ الكَعْبَةِ وَقَدْ لَقِينَا مِنَ المُشْرِكِينَ شِدَّةً، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ، فَقَعَدَ وَهُوَ مُحْمَرٌّ وَجْهُهُ، فَقَالَ: «لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الحَدِيدِ، مَا دُونَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ، مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُوضَعُ المِنْشَارُ عَلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ، فَيُشَقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَلَيُتِمَّنَّ اللَّهُ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، مَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ» [صحيح البخاري]
Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang duduk beralaskan selendang di bawah naungan Ka'bah, saat itu kami sedang mengalami siksaan yang sangat keras dari orang-orang Musyrikin. Aku berkata; "Wahai Rasulullah, tidakkah tuan memohon pertolongan?"
Seketika itu pula beliau bangun dengan muka merah lalu bersabda: "Sungguh diantara orang-orang sebelum kalian ada yang disisir dengan sisir besi lalu dagingnya terkupas dari tulangnya atau uratnya namun hal itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada juga yang diletakkan gergaji di tengah kepalanya lalu kepalanya itu digergaji hingga terbelah menjadi dua bagian, namun siksaan itu tidak menyurutkan dia dari agamanya. Sungguh, Allah akan menyempurnakan urusan (Islam) ini hingga ada seorang yang mengendarai tunggangannya berjalan dari Shan'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah". [Shahih Bukhari]
19.  Ucapan Nabi: "Sungguh esok hari aku akan menyerahkan bendera komando ini … “ adalah diantara tanda kenabian (mu’jizat).
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali ‘Imran:179]
{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26-27]
20.  Ludah beliau ke mata Ali juga sebagai tanda kenabian (mu’jizat).
Yaziid bin Abi Ubaid rahimahullah berkata: Aku melihat bekas luka pada betis Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, maka aku bertanya: Wahai Abu Muslim, ada apa dengan luka ini? Maka Salamah menjawab:
هَذِهِ ضَرْبَةٌ أَصَابَتْنِي يَوْمَ خَيْبَرَ، فَقَالَ النَّاسُ: أُصِيبَ سَلَمَةُ، فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَفَثَ فِيهِ ثَلاَثَ نَفَثَاتٍ، فَمَا اشْتَكَيْتُهَا حَتَّى السَّاعَةِ [صحيح البخاري]
Ini adalah luka yang mengenaiku pada hari perang Khaibar, kemudian orang-orang berkata: Salamah terluka! Maka aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau meludah (tanpa keluar liur) pada luka tersebut sebanyak tiga kali. Maka aku tidak pernah merasakan sakitnya sampai saat ini. [Sahih Bukhari]
21.  Keistimewaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu; bahwa Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- pernah menugasi Ali bin Abu Thalib untuk menjaga kaum muslimin ketika terjadi perang Tabuk (thn 9 H)." Ali berkata;
أَتُخَلِّفُنِي فِي الصِّبْيَانِ وَالنِّسَاء
"Ya Rasulullah, mengapa engkau hanya menugasi saya untuk menjaga kaum wanita dan anak-anak?"
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menjawab:
أَلَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ نَبِيٌّ بَعْدِي
"Tidak inginkah kamu memperoleh posisi di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa? Hanyasaja sesudahku tidak akan ada Nabi lagi" [Shahih Bukhari dan Muslim]
22.  Keistimewaan sahabat Nabi karena semangat meraih keutamaan yang dijanjikan oleh Nabi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ [صحيح مسلم]
"Semangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan dari Allah dan jangan lemah". [Sahih Muslim]
23.  Keimanan terhadap takdir karena sesuatu akan didapatkan sekalipun tidak berusaha meraihnya dan tidak didapatkan sekalipun sudah diusahakan.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari aku duduk di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
" يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ "
"Wahai bocah, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah kau akan mendapati-Nya di hadapanmu, jika kau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kau minta bantuan maka mintalah kepada Allah, ketahuilah .. sesungguhnya jika semua umat sepakat untuk memberimu suatu yang bermanfaat, mereka tidak akan memberimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka sepakat untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah kepadamu, pena telah diangkat dan lembaran telah kering. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
24.  Adab dalam bertindak untuk tidak tergesa-gesa, dalam ucapan Nabi: "Laksanakanlah dengan tenang …”.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{خُلِقَ الْإِنْسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ} [الأنبياء: 37]
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku, maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. [Al-Anbiyaa': 37]
{وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا} [الإسراء: 11]
"Dan manusia mendoa untuk keburukan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." [Al-Isra':11]
Sa'd bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«التُّؤَدَةُ فِي كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ»
"Berhati-hati (tidak tergesa-gesa) dalam segala sesuatu itu baik, kecuali dalam beramal untuk akhirat." [Sunan Abi Daud: Shahih]
25.  Mengajak masuk Islam sebelum diperangi.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka melakukan itu maka terjagalah dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka kepada Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
26.  Disyari’atkan memerangi orang yang sudah diajak untuk beriman tapi menolak.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (191) فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (192) وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ} [البقرة: 191 - 193]
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan kesyirikan itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah: 191-193]
{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ} [الأنفال: 39]
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. [Al-Anfaal: 39]
Ahli kitab tidak diperangi jika mau membayar jizyah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ} [التوبة: 29]
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. [At-Taubah:29]
27.  Berda’wah dengan penuh hikmah karena Nabi bersabda: “Kabarkan kepada mereka apa yang menjadi kewajiban mereka”.
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz dan Abu Musa ke negeri Yaman dan Beliau berpesan:
«يَسِّرَا وَلاَ تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلاَ تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا»
"Mudahkanlah (urusan) dan jangan dipersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari (tidak tertarik) dan bekerja samalah kalian berdua dan jangan berselisih". [Shahih Bukhari dan Muslim]
28.  Mengetahui hak Allah dalam agama Islam.
Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال:َ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه،ِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. فَقُلْت:ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟َ قَال:َ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: "Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]
29.  Pahala bagi orang yang telah menyebabkan seseorang mendapat hidayah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا " [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapat pahala seperti pahala yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. [Sahih Muslim]
30.  Bersumpah ketika berfatwa.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَيَسْتَنْبِئُونَكَ أَحَقٌّ هُوَ قُلْ إِي وَرَبِّي إِنَّهُ لَحَقٌّ} [يونس: 53]
Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya azab itu adalah benar". [Yunus: 53]
{زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ} [التغابن: 7]
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan. [At-Tagabun: 7]
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ} [سبأ: 3]
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Demi Tuhanku, pasti akan datang kepada kalian". [Saba':3]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...