بسم
الله الرحمن الرحيم
‘Utsman bin ‘Affan bin Abi Al-‘Ash bin
Umayyah bin Abdisyams Al-Qurasyiy Al-Umawiy. Amirul Mu’minin Abu Abdillah dan
Abu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu.
Diberi gelar “Dzun Nuuraini” karena
menikahi dua putri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Ruqayyah dan
Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhuma.
Beliau wafat tahun 35 hijriyah di Madinah.
Diantara keistimewaannya:
1.
Salah seorang dari 10
yang mendapat jaminan masuk surga dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari 'Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَبُو
بَكْرٍ فِي الجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الجَنَّةِ،
وَعَلِيٌّ فِي الجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الجَنَّةِ،
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الجَنَّةِ،
وَسَعِيدٌ فِي الجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ فِي الجَنَّةِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Abu Bakr (akan masuk) dalam surga,
Umar dalam surga, Utsman dalam surga, Ali dalam surga, Thalhah dalam surga,
Az-Zubair dalam surga, Abdurrahman bin 'Auf dalam surga, Sa'ad (bin Abi
Waqqash) dalam surga, Sa'id (bin Zayd) dalam surga, dan Abu 'Ubaidah bin
Al-Jarraah dalam surga". [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam sebuah kebun lalu
memerintahkan aku untuk menjaga pintu kebun. Tiba-tiba datang seorang laki-laki
meminta izin masuk, maka beliau berkata:
«ائْذَنْ لَهُ وَبَشِّرْهُ
بِالْجَنَّةِ»
"Izinkanlah dan sampaikan kabar
gembira kepadanya dengan surga".
Ternyata laki-laki itu adalah Abu Bakr.
Kemudian datang laki-laki lain meminta izin masuk, maka beliau berkata:
«ائْذَنْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»
"Izinkanlah dan sampaikan kabar
gembira kepadanya dengan surga".
Ternyata laki-laki itu adalah 'Umar. Kemudian
datang lagi seorang laki-laki meminta izin masuk, maka beliau terdiam sejenak
lalu berkata:
«ائْذَنْ لَهُ
وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى سَتُصِيبُهُ»
"Izinkanlah dan sampaikan kabar
gembira kepadanya dengan surga namun denagn berbagai ujian yang akan
menimpanya".
Ternyata laki-laki itu adalah 'Utsman bin
'Affan. [Shahih Bukhari dan Muslim]
2.
Mendapat gelar syahid
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya Nabis shallallahu 'alaihi wa sallam mendaki bukit
Uhud bersama Abu Bakr, Umar, dan
Utsman. Tiba-tiga bukit Uhud bergetar karena mereka, maka Rasulullah
bersabda:
«اثْبُتْ
أُحُدُ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ، وَصِدِّيقٌ، وَشَهِيدَانِ» [صحيح البخاري]
"Tenanglah wahai Uhud, karena sesungguhnya di atasmu
hanya ada seorang Nabi, shiddiiq, dan dua orang syahid".
[Sahih Bukhari]
3.
Paling pemalu
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَرْحَمُ
أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللَّهِ عُمَرُ،
وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالحَلَالِ
وَالحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ،
وَأَقْرَؤُهُمْ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ
الأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Diantara ummatku yang paling belas kasih terhadap
ummatku (yang lain) adalah Abu Bakr, sedangkan yang paling tegas terhadap
perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang
paling mengetahui halal haram adalah Mu'adz bin Jabal, dan yang paling
mengetahui tentang fara'idh (ilmu tentang pembagian harta waris) adalah Zaid
bin Tsabit, serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka'ab, dan setiap
ummat memiliki orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan ummat ini adalah
Abu 'Ubaidah bin Jarrah." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
4.
Malaikat dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam malu kepadanya.
Aisyah radiyallahu 'anha
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Ketika Abu Bakr
datang engkau tidak merubah posisi dan tidak peduli, kemudian Umar datang dan
engkau tidak merubah posisi
dan tidak peduli, kemudian
Usman datang
maka engkau memperbaiki posisi dan mengatur pakaian?
Rasulullah menjawab:
«أَلَا
أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ» [صحيح مسلم]
“Apakah aku tidak merasa malu kepada orang
yang Malaikat merasa malu kepadanya?!” [Sahih Muslim]
5.
Menjaga kesuciannya
sejak masa Jahiliyah.
Abu Umamah bin Sahl -rahimahullah- berkata, Aku pernah
bersama Utsman -radhiyallahu 'anhu- saat ia dikepung dalam rumahnya. Dalam rumahnya ada
sebuah lorong, jika seseorang masuk ke dalamnya maka ia akan dapat mendengar
percakapan orang yang berada di atasnya. Utsman masuk ke dalam lorong itu, lalu
ia keluar dengan wajah telah berubah pucat. Ia berkata, "Mereka
berkeinginan untuk membunuhku."
Lalu kami berkata, "Cukuplah Allah
sebagai pelindungmu wahai Amirul Mukminin."
Utsman bertanya (bingung), "Kenapa
mereka ingin membunuhku? Padahal aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" لَا يَحِلُّ دَمُ
امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ: كُفْرٌ بَعْدَ إِسْلَامٍ، أَوْ زِنًا
بَعْدَ إِحْصَانٍ، أَوْ قَتْلُ نَفْسٍ بِغَيْرِ نَفْسٍ "
"Tidak halal darah seorang muslim kecuali
karena tiga hal; kafir setelah beriman, zina setelah nikah, dan membunuh jiwa
orang lain."
Demi Allah, aku tidak pernah melakukan
perzinaan baik di masa Jahilliyah atau setelah Islam, aku juga tidak pernah
berharap untuk mengganti agamaku setelah Allah memberi petunjuk kepadaku, dan
aku juga tidak pernah membunuh jiwa seorang pun (tanpa hak). Lalu dengan alasan
apa mereka akan membunuhku?"
Abu Dawud berkata, "Utsman dan Abu
Bakar radhiyallahu 'anhuma tidak pernah minum khamer pada masa
Jahilliyah." [Sunan Abi Daud: Shahih]
6.
Sahabat Nabi yang terbaik
setelah Abu Bakr dan Umar
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma
berkata;
«كُنَّا
نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ، ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ
عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ»
"Kami memilih-milih orang terbaik diantara manusia pada
zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Akhirnya yang terpilih adalah
Abu Bakr, kemudian 'Umar bin Al-Khaththab, lalu 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu
'anhum". [Shahih Bukhari]
7.
Menafkahi prajurit
perang
Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu
'anhu berkata:
Utsman datang
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan seribu dinar
ketika sedang membekali prajurit perang Al-'Usrah kemudian meletakkannya di pangkuannya.
Abdurrahman berkata: Maka aku melihat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam membolak-balikkannya di pangkuannya dan berkata:
«مَا
ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ اليَوْمِ مَرَّتَيْنِ»
"Apapun yang dilakukan Ustman tidak
akan membahayakannya setelah hari ini", Rasulullah mengucapkannya dua
kali. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
8.
Memberli sumur Rumah
dan menafkahi perluasan masjid Nabawiy.
Tsumamah bin Hazn Al-Qusyairiy -rahimahullah- berkata; Saya
menyaksikan rumah Utsman ketika Utsman -radhiyallahu 'anhu- menampakkan diri kepada mereka kemudian
berkata; Datangkanlah kepadaku dua tokoh kalian yang memiliki maksud
terhadapku."
Lantas mereka mendatangkan keduanya, dan
kedua orang itu seperti dua ekor unta atau dua ekor keledai. Lalu Utsman
menampakkan diri kepada mereka dan berkata; Saya bertanya kepada kalian dan
bersumpah dengan nama Allah dan Islam, apakah kalian mengetahui bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah dan tidak ada padanya
air segar selain sumur Ruumah (nama sumur di Madinah), kemudian beliau
bersabda:
«مَنْ يَشْتَرِي بِئْرَ
رُومَةَ فَيَجْعَلَ دَلْوَهُ مَعَ دِلَاءِ المُسْلِمِينَ بِخَيْرٍ لَهُ مِنْهَا
فِي الْجَنَّةِ»
"Barangsiapa yang membeli sumur Rumah
maka ia menjadikan embernya sama dengan ember orang-orang muslim berisi
kebaikan untuknya dalam Surga."
Lalu saya membelinya dari hartaku secara
murni, namun sekatang kalian melarangku minum darinya hingga saya minum dari
air laut?
Mereka mengatakan; "Ya Allah,
benar."
Utsman berkata; Saya bertanya kepada kalian
dan bersumpah dengan nama Allah dan Islam, apakah kalian mengetahui bahwa
masjid telah sesak dengan penghuninya kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ يَشْتَرِي بُقْعَةَ
آلِ فُلَانٍ فَيَزِيدَهَا فِي المَسْجِدِ بِخَيْرٍ لَهُ مِنْهَا فِي الجَنَّةِ»
"Siapakah yang membeli lahan keluarga
Fulan kemudian menambahkannya di masjid, dengan kebaikannya itu maka ia masuk
Syurga?"
Lalu saya membelinya dari hartaku secara
murni namun hari ini kalian melarangku untuk melakukan shalat dua rekaat di
dalamnya?
Mereka mengatakan; ya Allah, benar."
Utsman berkata; "Saya bertanya kepada
kalian dan bersumpah dengan nama Allah dan Islam, apakah kalian mengetahui
bahwa saya telah mempersiapkan pasukan Al 'Usrah (pasukan perang Tabuk) dari
hartaku?
Mereka berkata; ya Allah, benar.
Kemudian Utsman melanjutkan; Saya bertanya
kepada kalian dan bersumpah dengan nama Allah dan Islam, apakah kalian
mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berada
di atas Tsabir Makkah dan bersamanya Abu Bakr, Umar dan saya. Kemudian gunung
itu bergerak hingga bebatuannya terjatuh ke bawah, kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjejakkan kakinya sambil bersabda:
«اسْكُنْ ثَبِيرُ
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ»
"Diamlah Tsabir, sesungguhnya di
atasmu terdapat seorang Nabi, shiddiq, dan dua orang syahid."
Mereka menjawab; "Ya Allah,
benar."
Utsman berkata; Allahu akbar, demi Rabb
pemilik Ka'bah mereka telah bersaksi bahwa saya adalah seorang syahid."
Dia mengucapkannya hingga tiga kali. [Sunan
Tirmidziy: Hasan]
9.
Hijrah dua kali.
Dari Ubaidullah bin 'Adi bin Al-Khiyar,
bahwa Al-Miswar bin Al-Makhramah dan 'Abdurrahman bin Al Aswad bin 'Abdu
Yaghuts berkata kepadanya; "Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada
pamanmu 'Utsman tentang perkara saudaranya Al-Walid bin Al-Uqbah. Padahal dia
adalah orang yang paling banyak mengakibatkan 'Utsman di lecehkan".
'Ubaidullah berkata; Maka aku sengaja
menanti 'Utsman ketika dia keluar untuk shalat, kemudian aku berkata kepadanya;
"Aku punya keperluan dengan anda yaitu nasehat".
'Utsman berkata; "Wahai laki-laki, aku
berlindung kepada Allah dari kamu".
Maka aku berpaling darinya, setelah aku
selesai dari shalat, aku duduk bermajelis dengan Al-Miswar dan Ibnu 'Abdi
Yaghuts, lalu aku sampaikan apa yang aku katakan kepada 'Utsman dan apa yang
dikatakannya kepadaku. Maka keduanya berkata; "Kamu sudah menunaikan apa
yang menjadi kewajibanmu".
Tatkala aku sedang duduk bermajelis bersama
keduanya itu, tiba-tiba utusan 'Utsman datang menemuiku. Saat itu pula keduanya
berkata kepadaku; "Allah telah menguji kamu".
Maka aku berangkat menemui 'Utsman,
kemudian dia bertanya; "Apa nasehat yang hendak kamu sampaikan
tadi?".
'Ubaidullah berkata; Maka aku bersaksi dan
berkata; "Sesungguhnya Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah mengutus Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam dan telah menurunkan Kitab kepada beliau, anda termasuk
orang yang menyambut seruan Allah Ta'ala dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi
wasallam dan mengimaninya, anda berhijrah sebanyak dua kali dan
telah mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, serta telah
melihat petunjuknya. Sungguh banyak orang telah membicarakan persoalan Al Walid
bin 'Uqbah. Maka itu sudah sepatutnya anda menegakkan ketentuan hukum
kepadanya".
Maka 'Utsman berkata kepadaku; "Wahai
saudaraku, apakah kamu pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam?".
'Ubaidullah berkata; Aku jawab;
"Tidak. Akan tetapi ilmu beliau telah sampai kepadaku sebagaimana sampai
kepada gadis yang dipingit dalam bilik rumahnya".
'Ubaidllah berkata; Maka 'Utsman bersaksi
lalu berkata;
إِنَّ
اللَّهَ قَدْ بَعَثَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالحَقِّ،
وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ الكِتَابَ، وَكُنْتُ مِمَّنِ اسْتَجَابَ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَآمَنْتُ بِمَا بُعِثَ بِهِ مُحَمَّدٌ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهَاجَرْتُ الهِجْرَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ، كَمَا
قُلْتَ: وَصَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ وَبَايَعْتُهُ، وَاللَّهِ مَا عَصَيْتُهُ
وَلاَ غَشَشْتُهُ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اسْتَخْلَفَ اللَّهُ أَبَا
بَكْرٍ، فَوَاللَّهِ مَا عَصَيْتُهُ وَلاَ غَشَشْتُهُ، ثُمَّ اسْتُخْلِفَ عُمَرُ،
فَوَاللَّهِ مَا عَصَيْتُهُ وَلاَ غَشَشْتُهُ، ثُمَّ اسْتُخْلِفْتُ، أَفَلَيْسَ
لِي عَلَيْكُمْ مِثْلُ الَّذِي كَانَ لَهُمْ عَلَيَّ؟
"Sesungguhnya Allah telah mengutus
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dengan benar dan telah menurunkan
al Qur'an kepada beliau dan aku adalah termasuk diantara orang yang menyambut
seruan Allah dan Rasul-Nya. Aku juga beriman dengan apa yang beliau bawa
sebagai utusan dan aku juga telah berhijrah ke dua negeri hijrah
sebagaimana yang tadi kamu katakan, aku juga telah mendampingi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan berbai'at kepada beliau. Demi Allah, tidaklah aku
membangkang dan menipu beliau sampai Allah 'azza wajalla mewafatkan
beliau. Kemudian Allah menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah dan demi Allah,
tidaklah aku membangkang dan menipunya. Kemudian 'Umar diangkat menjadi
khalifah dan demi Allah, tidaklah aku membangkang dan menipunya. Kemudian aku
diangkat menjadi khalifah. Apakah aku tidak punya hak terhadap kalian
sebagaimana mereka punya hak?".
'Ubaidullah menjawab; "Ya, anda punya
hak".
Dia berkata; "Lalu apa maksud
pembicaan kalian yang telah sampai kepadaku. Adapun yang kamu sebutkan tentang
persoalan Al Walid, kami akan menegakkan urusannya dengan benar, insya
Allah".
'Ubaidullah berkata; Maka 'Utsman mencambuk
Al Walid sebanyak empat puluh kali dan memerintahkan 'Ali agar mencambuknya,
dan 'Ali mencambuknya. [Shahih Bukhari]
10.
Mendapat pahala mujahid
perang badr dan Nabi mewakilinya pada ba’iat Ridwan.
'Utsman bin Mawhab -rahimahullah- berkata; "Ada
seorang laki-laki dari penduduk Mesir menuaikan 'ibadah haji lalu melihat
sekumpulan orang sedang duduk bernajelis lalu bertanya; "Siapakah kaum
itu?".
Orang-orang menjawab; "Mereka adalah
suku Quraisy".
Orang Mesir itu bertanya lagi;
"Siapakah sesepuh mereka?".
Mereka menjawab; " 'Abdullah bin 'Umar -radhiyallahu 'anhuma- ".
Orang itu berkata; "Wahai Ibnu 'Umar,
aku bertanya kepadamu tentang sesuatu maka itu jelaskanlah kepadaku;
"Apakah kamu tahu bahwa 'Utsman lari dari perag Uhud?".
Ibnu 'Umar menjawab; "Ya".
Orang itu bertanya lagi; "Apakah kamu
juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut perang Badar?".
Dia (Ibnu 'Umar) menjawab; "Ya".
Orang itu bertanya lagi; "Apakah kamu
juga tahu bahwa dia tidak hadir dan tidak ikut Bai'atur Ridlwan?".
Dia (Ibnu 'Umar) menjawab; "Ya".
Orang itu berkata; "Allahu
Akbar".
Ibnu 'Umar berkata;
تَعَالَ
أُبَيِّنْ لَكَ، أَمَّا فِرَارُهُ يَوْمَ أُحُدٍ، فَأَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَفَا
عَنْهُ وَغَفَرَ لَهُ، وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ عَنْ بَدْرٍ فَإِنَّهُ كَانَتْ
تَحْتَهُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ
مَرِيضَةً، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ
لَكَ أَجْرَ رَجُلٍ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا، وَسَهْمَهُ» وَأَمَّا تَغَيُّبُهُ
عَنْ بَيْعَةِ الرِّضْوَانِ، فَلَوْ كَانَ أَحَدٌ أَعَزَّ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ
عُثْمَانَ لَبَعَثَهُ مَكَانَهُ، فَبَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عُثْمَانَ وَكَانَتْ بَيْعَةُ الرِّضْوَانِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ عُثْمَانُ
إِلَى مَكَّةَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ
اليُمْنَى: «هَذِهِ يَدُ عُثْمَانَ». فَضَرَبَ بِهَا عَلَى يَدِهِ، فَقَالَ:
«هَذِهِ لِعُثْمَانَ» فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ اذْهَبْ بِهَا الآنَ مَعَكَ [صحيح البخاري]
"Kamari, aku jelaskan semuanya
kepadamu. Kaburnya 'Utsman dalam perang Uhud, sungguh aku bersaksi bahwa Allah
telah memaafkan dan mengampuninya. Sedangkan tidak ikutnya dia pada perang
Badar, saat itu dia sedang merawat putri Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam yang sedang sakit dan telah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam katakan kepadanya: "Kamu mendapat pahala dan andil
sebagaimana mereka yang ikut perang Badar". Sedangkan ketika dia tidak
hadir saat Bai'atur Ridlwan, sungguh seandainya ada orang lain di kota Makkah
yang lebih mulia dari 'Utsman tentu beliau shallallahu 'alaihi wasallam
mengutusnya menggantikan posisinya. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mengutus 'Utsman. Apalagi kejadian Bai'atur Ridlwan justru terjadi
setelah 'Utsman berangkat menuju Makkah yang ketika itu Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda dengan membuka telapak tangan kanannya: "Ini
tangan 'Utsman", lalu beliau menggenggamkan telapak tagannya yang
kanan ke telapak tangan kiri lalu bersabda: "Ini untuk 'Utsman".
Kemudian Ibnu 'Umar berkata kepada orang
itu; "Sekarang pergilah kamu dengan membawa penjelasan tadi". [Shahih
Bukhari]
11.
Salah satu dari enam
ahli syura dan kandidat khalifah setelah Umar
Umar bin Khathab radhiyallahu
'anhu berwasiat sebelum wafatnya:
إِنِّي
لاَ أَعْلَمُ أَحَدًا أَحَقَّ بِهَذَا الأَمْرِ مِنْ هَؤُلاَءِ النَّفَرِ
الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
عَنْهُمْ رَاضٍ، فَمَنِ اسْتَخْلَفُوا بَعْدِي فَهُوَ الخَلِيفَةُ فَاسْمَعُوا
لَهُ وَأَطِيعُوا، فَسَمَّى عُثْمَانَ، وَعَلِيًّا، وَطَلْحَةَ، وَالزُّبَيْرَ،
وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ، وَسَعْدَ بْنَ أَبِي وَقَّاصٍ [صحيح البخاري]
Aku tidak mengetahui seseorang yang lebih
berhak pada perkara ini (khilafah) selain daripada mereka, yaitu orang-orang
yang ketika Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam meninggal beliau telah
meridhai mereka, maka barangsiapa yang menggantikan aku setelahku maka dialah
khalifah, wajib dengar dan taatlah padanya. Lalu ia menyebut nama: 'Utsman,
'Ali, Thalhah, Az-Zubair, 'Abdur-Rahman bin 'Auf, dan Saad bin Abi Waqqash.
[Shahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
فَالْخِلَافَةُ
شُورَى بَيْنَ هَؤُلَاءِ السِّتَّةِ، الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُمْ رَاضٍ [صحيح مسلم]
Maka kekhilafahan adalah dipilih dengan
cara musyawarah di antara enam orang yang Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam
wafat dalam keadaan ridha kepada mereka. [Shahih Muslim]
12.
Khalifah ketiga setelah
Umar.
Dari ‘Amru bin Maimun -rahimahullah-;
فَلَمَّا فُرِغَ مِنْ دَفْنِهِ
اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ الرَّهْطُ، فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ: اجْعَلُوا أَمْرَكُمْ
إِلَى ثَلاَثَةٍ مِنْكُمْ، فَقَالَ الزُّبَيْرُ: قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى
عَلِيٍّ، فَقَالَ طَلْحَةُ: قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى عُثْمَانَ، وَقَالَ
سَعْدٌ: قَدْ جَعَلْتُ أَمْرِي إِلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، فَقَالَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ: أَيُّكُمَا تَبَرَّأَ مِنْ هَذَا الأَمْرِ، فَنَجْعَلُهُ
إِلَيْهِ وَاللَّهُ عَلَيْهِ وَالإِسْلاَمُ، لَيَنْظُرَنَّ أَفْضَلَهُمْ فِي
نَفْسِهِ؟ فَأُسْكِتَ الشَّيْخَانِ، فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ:
أَفَتَجْعَلُونَهُ إِلَيَّ وَاللَّهُ عَلَيَّ أَنْ لاَ آلُ عَنْ أَفْضَلِكُمْ
قَالاَ: نَعَمْ، فَأَخَذَ بِيَدِ أَحَدِهِمَا فَقَالَ: لَكَ قَرَابَةٌ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالقَدَمُ فِي الإِسْلاَمِ مَا
قَدْ عَلِمْتَ، فَاللَّهُ عَلَيْكَ لَئِنْ أَمَّرْتُكَ لَتَعْدِلَنَّ، وَلَئِنْ
أَمَّرْتُ عُثْمَانَ لَتَسْمَعَنَّ، وَلَتُطِيعَنَّ، ثُمَّ خَلاَ بِالْآخَرِ
فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ، فَلَمَّا أَخَذَ المِيثَاقَ قَالَ: ارْفَعْ يَدَكَ
يَا عُثْمَانُ فَبَايَعَهُ، فَبَايَعَ لَهُ عَلِيٌّ، وَوَلَجَ أَهْلُ الدَّارِ
فَبَايَعُوهُ " [صحيح البخاري]
Setelah selesai menguburkan jenazah 'Umar,
orang-orang (yang telah ditunjuk untuk mencari pengganti khalifah) berkumpul.
'Abdur Rahman bin 'Auf berkata; "Jadikanlah urusan kalian ini kepada tiga
orang diantara kalian.
Maka Az-Zubair berkata; "Aku serahkan
urusanku kepada 'Ali.
Sementara Thalhah berkata; "Aku
serahkan urusanku kepada 'Utsman.
Sedangkan Sa'ad berkata; "Aku serahkan
urusanku kepada 'Abdur Rahman bin 'Auf.
Kemudian 'Abdur Rahman bin 'Auf berkata;
"Siapa diantara kalian berdua yang mau melepaskan urusan ini maka kami
akan serahkan kepada yang satunya lagi, Allah dan Islam akan mengawasinya sungguh
seseorang dapat melihat siapa yang terbaik diantara mereka menurut pandangannya
sendiri. Dua pembesar ('Utsman dan 'Ali) terdiam.
Lalu 'Abdur Rahman berkata; "Apakah
kalian menyerahkan urusan ini kepadaku. Allah tentu mengawasiku dan aku tidak
akan semena-mena dalam memilih siapa yang terbaik diantara kalian".
Keduanya berkata; "Baiklah".
Maka 'Abdur Rahman memegang tangan salah
seorang dari keduanya seraya berkata; "Engkau adalah kerabat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan dari kalangan pendahulu dalam Islam (senior)
sebagaimana yang kamu ketahui dan Allah akan mengawasimu. Seandainya aku
serahkan urusan ini kepadamu tentu kamu akan berbuat adil dan seandainya aku
serahkan urusan ini kepada 'Utsman tentu kamu akan mendengar dan menta'atinya".
Kemudian dia berbicara menyendiri dengan
'Utsman dan berkata sebagaimana yang dikatakannya kepada 'Ali. Ketika dia
mengambil perjanjian bai'at, 'Abdur Rahman berkata; "Angkatlah tanganmu
wahai 'Utsman".
Maka Abdur Rahman membai'at 'Utsman lalu
'Ali ikut membai'atnya kemudian para penduduk masuk untuk membai'at
'Utsman". [Shahih Bukhari]
13.
Menyatukan bacaan
Al-Qur’an
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata; Hudzaifah
bin Al-Yaman datang kepada Utsman setelah sebelumnya memerangi Ahlus Syam yakni
pada saat penaklukan Armenia dan Azerbaijan bersama penduduk Irak. Dan ternyata
perselisihan mereka dalam Qira`ah mengejutkan Hudzaifah. Maka Hudzaifah pun
berkata kepada Utsman, "Rangkullah ummat ini sebelum mereka berselisih
tentang Al Qur`an sebagaimana perselisihan yang telah terjadi pada kaum Yahudi
dan Nasrani."
Akhirnya, Utsman mengirim surat kepada
Hafshah yang berisikan,
«أَنْ أَرْسِلِي إِلَيْنَا بِالصُّحُفِ
نَنْسَخُهَا فِي المَصَاحِفِ، ثُمَّ نَرُدُّهَا إِلَيْكِ»
"Tolong, kirimkanlah lembaran Al-Quran
kepada kami, agar kami dapat segera menyalinnya ke dalam lembaran yang lain,
lalu kami akan segera mengembalikannya pada Anda."
Maka Hafshah pun mengirimkannya kepada
Utsman. Lalu Utsman memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair,
Sa'id bin Al Ash, dan Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, sehingga mereka pun
menyalinnya ke dalam lembaran shuhuf yang lain.
Utsman berkata kepada tiga orang Quraisy
dari mereka,
«إِذَا اخْتَلَفْتُمْ أَنْتُمْ
وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ فِي شَيْءٍ مِنَ القُرْآنِ فَاكْتُبُوهُ بِلِسَانِ
قُرَيْشٍ، فَإِنَّمَا نَزَلَ بِلِسَانِهِمْ»
"Jika kalian berselisih dengan Zaid
bin Tsabit terkait dengan Al Qur`an, maka tulislah dengan bahasa Quraisy, sebab
Al Qur`an turun dengan bahasa mereka."
Kemudian mereka melaksanakan perintah itu
hingga penyalinan selesai dan Utsman pun mengembalikannya ke Hafshah. Setelah
itu, Utsman mengirimkan sejumlah Mushaf yang telah disalin ke berbagai penjuru
negeri kaum muslimin, dan memerintahkan untuk membakar lembaran Al Qur`an yang
ada selain Mushaf tersebut. [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...