بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka hendaklah ia berkata baik atau
diam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
Akhirat maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim
Penjelasan
singkat hadits ini:
1. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat di sini: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Hadits
yang sama diriwayatkan oleh beberapa sahabat yang lain:
Abu Syuraih Al-'Adawiy radhiyallahu 'anhu berkata: Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan
kedua mataku ketika Rasulullah ﷺ mengucapkan sabdanya:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ» قَالَ: وَمَا جَائِزَتُهُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ،
فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan
tamunya, dan menjamunya"
Dia bertanya; 'Apa yang
dimaksud dengan menjamunya wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab,
"Yaitu pada siang dan malam harinya (menjamu dengan yang terbaik), bertamu
itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut. Dan barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau
diam." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu
'anha; Nabi ﷺ
bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ، فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ» [مسند أحمد:
صحيح لغيره]
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
Akhir janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam, dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah ia menghormati
tamunya." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَحْفَظْ جَارَهُ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ
لِيَصْمُتْ» [مسند أحمد:
حسن لغيره]
"Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia menjaga
tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah
ia berbicara yang baik atau diam." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
3. Kewajiban
beriman kepada Allah dan hari Akhirat.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat
4. Kualitas
iman seseorang dilihat dari akhlaknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» [سنن
أبي داود: صحيح]
“Orang beriman yang paling sempurna
keimanannya adalah yang paling mulia akhlaknya”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Keutamaan akhlak mulia
5. Perintah
berkata baik.
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنًا} [البقرة: 83]
Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. [Al-Baqarah:83]
Ø Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ:
اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ
اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Jika
anak cucu Adam memasuki waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya menegur lidah
dan berkata: Bertakwalah engkau (wahai lidah) kepada Allah terhadap kami,
karena sesungguhnya kami tergantung engkau, jika engkau baik maka kami juga
baik, dan jika engkau buruk maka kami juga buruk”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«الكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ
صَدَقَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Perkataan yang baik adalah sedekah”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
6. Diam
jika tidak mempu berkata baik.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf:18]
Ø Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُحَدِّثُ حَدِيثًا، لَوْ عَدَّهُ الْعَادُّ لَأَحْصَاهُ»
“Dulu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbicara, dan seandainya ada orang yang menghitung
kata-katanya maka ia pasti bisa”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ صَمَتَ نَجَا» [سنن الترمذي:
صححه الألباني]
“Barangsiapa
yang diam (dari perkataan buruk) maka ia akan selamat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
7. Bahaya
ucapan buruk.
Dari Jabir bin
Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ
مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ»
Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat
dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya, dan sesungguhnya yang
yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat “ats-tsartsaruun”
(yang banyak bicara), “al-mutasyaddiquun” (yang terlalu
bergaya/berlebian cara berbicaranya), dan “al-mutafaihiquun”.
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah tahu makna “ats-tsartsaruun”
dan “al-mutasyaddiquun”, lalu apa makna “al-mutafaihiquun”?
Rasulullah menjawab:
«المُتَكَبِّرُونَ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Orang yang sombong (dalam berbicara).” [Sunan At-Tirmidziy:
Sahih]
Ø
Dari Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ
المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Allah membenci dari kalian tiga perkara: Banyak bicara
(yang tidak bermanfaat), menghambur-hamburkan harta, dan banyak meminta
(bertanya)”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Mu’adz radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Wahai nabi Allah, apakah kita akan dihukum atas apa yang kita ucapkan?
Rasulullah menjawab:
«يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ
فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ»
[سنن الترمذي: صحيح]
“Wahai Mu’adz, apakah orang-orang berjalan di
neraka dengan wajah dan hidungnya (tidak disiksa demikian) kecuali karena
perbuatan lidahnya?” [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا
فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat, ia tidak memikirkan
kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari
jarak antara timur dan barat”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
«إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ
مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ،
وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا
بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ» [صحيح البخاري]
“Sungguh seorang hamba
berbicara satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan
Allah mengangkat derajatnya. Dan sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat
yang dimurkai Allah, tanpa ia pikirkan, menyebabkan ia terjerumus ke dalam
neraka jahannam”. [Sahih Bukhari]
Lihat: Adab berkomunikasi
8. Perintah
memuliakan tetangga.
Lihat: Adab bertetangga dalam Islam
9. Perintah
memuliakan tamu.
Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam
10. Sifat
lain bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Diantaranya:
a) Bertaqwa kepada Allah ‘azza wajalla.
Dari beberapa Sahabat Rasulullah ﷺ
bahwa beliau bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ، وَلْيُكْرِمْ جَارَهُ،
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ،
وَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ،
فَلْيَتَّقِ اللَّهَ، وَلْيَقُلْ حَقًّا، أَوْ لِيَسْكُتْ» [مسند أحمد:
صحيح]
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
bertakwa kepada Allah -'Azza wa Jalla- dan memuliakan tetangganya.
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bertakwa kepada
Allah dan memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan berkata benar atau diam." [Musnad
Ahmad: Shahih]
b) Merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika berselisih.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]
c) Berjihad dengan harta dan jiwanya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا يَسْتَأْذِنُكَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ} [التوبة: 44]
Orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad
dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.
[At-Taubah: 44]
d) Menegakkan hukum Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا
كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ
فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ} [النور: 2]
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. [An-Nuur: 2]
e) Menegakkan kesaksian karena Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ
ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ} [الطلاق: 2]
Dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian
itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat. [Ath-Thalaq: 2]
f)
Tidak berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا
آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ} [المجادلة:
22]
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman
pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. [Al-Mujadilah: 22]
g) Menyambung silaturahim.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia menyambung (berbuat
baik kepada) kerabatnya". [Sahih Bukhari]
h)
Tidak duduk pada hidangan khamar.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يَجْلِسْ
عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا بِالخَمْرِ» [سنن الترمذي: حسنه
الألباني]
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat maka janganlah ia duduk pada hidangan yang dihidangkan di atasnya
khamar (minuman memabukkan)". [Sunan Tirmidziy: Hasan]
i)
Tidak bepergian
jauh tanpa muhrim bagi wanita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ
تُسَافِرَ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لَيْسَ مَعَهَا حُرْمَةٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Tidak halal bagi seorang
wanita yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, bepergian sejauh pejalanan sehari
semalam, kecuali bersama seorang muhrim (yang haram ia nikahi untuk
selama-lamanya)". [Sahih Bukhari dan Muslim]
j)
Tidak
menyembunyikan kehamilannya ketika ditalak.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالْمُطَلَّقَاتُ
يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ
يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ} [البقرة: 228]
Wanita-wanita yang ditalak handaklah
menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa
yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. [Al-Baqarah: 228]
k) Tidak menghalaing wanita yang bercerai untuk rujuk kepada mantan suaminya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ
فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ
إِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوفِ ذَلِكَ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ
مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ} [البقرة:
232]
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu,
lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka
kawin lagi dengan mantan suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara
mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. [Al-Baqarah:
232]
l)
Mencintai
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id
Al-Khudriy radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
«لَا يُبْغِضُ الْأَنْصَارَ رَجُلٌ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ» [صحيح مسلم]
"Orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat tidak akan membenci kaum Anshar". [Sahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: ِSyarah Arba'in hadits (14) Ibnu Mas’ud; Haram darah seorang muslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...