Kamis, 12 November 2020

Adab bertetangga dalam Islam

 بسم الله الرحمن الرحيم

Perintah berbuat baik kepada tetangga

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا} [النساء: 36]

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. [An-Nisaa': 36]

Ø  Dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jibril senantiasa memberiku nasihat agar aku berbuat baik kepada tetanggaku, hingga aku punya perkiraaan bahwa dia akan menjadikannya ahli waris." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abdullah bin Amru radhiyallahu 'anhuma pernah menyembelih kambing, lalu berkata: Apakah kalian telah beri tetanggaku yang Yahudi? Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Jibril senantiasa memberiku nasihat agar aku berbuat baik kepada tetanggaku, hingga aku punya perkiraaan bahwa dia akan menjadikannya ahli waris." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«مَا زَالَ جِبْرَائِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Jibril masih saja berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira bahwa tetangga juga akan menjadi ahli waris." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Seorang laki-laki Anshar radhiyallahu 'anhu berkata: Aku keluar dari keluargaku hendak menemui Nabi . Ketika aku berdiri di sisi beliau, tiba-tiba ada seseorang yang sedang menghadap beliau. Aku mengira ada urusan di antara mereka berdua. Demi Allah, Rasulullah telah berdiri (lama) hingga aku kasihan terhadap Rasulullah karena lamanya berdiri. Ketika akan beranjak, kukatakan; 'Wahai Rasulullah, laki-laki itu telah bersama Anda hingga saya kasihan terhadap Anda karena lamanya berdiri. '

Beliau bersabda, "Apakah kau benar-benar melihatnya."

Kujawab, 'Ya. '

Beliau bertanya, "Tahukah kau siapa dia?"

Kujawab; 'Tidak. '

Beliau bersabda:

" ذَاكَ جِبْرِيلُ مَا زَالَ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ "، ثُمَّ قَالَ: " أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَلَّمْتَ عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْكَ السَّلَامَ " [مسند أحمد: صحيح]

"Dia adalah Jibril 'alaihissalam. Jibril selalu berwasiat kepadaku (suapaya berbuat baik) terhadap tetangga hingga kukira seakan-akan tetangga juga akan memperoleh harta warisan." Sabda beliau lagi, "Ketahuilah, sesungguhnya jika kau mengucap salam kepadanya, niscaya ia akan menjawab salammu." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata:

«سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوصِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ» [مسند أحمد: صحيح لغيره]

“Saya mendengar Rasulullah senantiasa mewasiatkan tentang tetangga hingga aku mengira beliau memberinya hak waris”. [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

Keutamaan berbuat baik kepada tetangga

Diantaranya:

1.      Kedudukan terbaik di sisi Allah subhanahu wata’aalaa.

Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah bersabda:

«خَيْرُ الأَصْحَابِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْرُ الجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling terbaik di sisi Allah adalah seorang yang paling baik baik terhadap tetangganya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

2.      Menguatkan keimanan.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda:

«مَنْ يَأْخُذُ عَنِّي هَؤُلَاءِ الكَلِمَاتِ فَيَعْمَلُ بِهِنَّ أَوْ يُعَلِّمُ مَنْ يَعْمَلُ بِهِنَّ»؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَقُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَخَذَ بِيَدِي فَعَدَّ خَمْسًا وَقَالَ: «اتَّقِ المَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ، وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ» [سنن الترمذي: حسن]

"Siapa yang mau mengambil kalimat-kalimat itu dariku lalu mengamalkannya atau mengajarkan pada orang yang mengamalkannya?"

Abu Hurairah menjawab: Saya, wahai Rasulullah.

Beliau meraih tanganku lalu menyebut lima hal; “Jagalah dirimu dari keharaman-keharaman niscaya kamu menjadi orang yang paling ahli ibadah, terimalah pemberian Allah dengan rela niscaya kau menjadi orang terkaya, berbuat baiklah terhadap tetanggamu niscaya kamu menjadi orang mukmin, cintailah untuk sesama seperti yang kau cintai untuk dirimu sendiri niscaya kau menjadi orang muslim, jangan sering tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Lihat: Keimanan dan kekafiran

3.      Menambah kekayaan dan memanjangkan umur.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Sesungguhnya barangsiapa yang diberi bagiannya dari sifat lemah lembut maka ia telah diberi bagiannya dari kebaikan dunia dan akhirat, dan silaturahmi, akhlak yang mulia, dan berbuat baik kepada tetangga akan menambah kekayaan dan memanjangkan umur". [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Mau rezki berlimpah?

4.      Mendapatkan ampunan.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَشْهَدُ لَهُ أَرْبَعَةٌ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْأَدْنَيْنَ، إِلَّا قَالَ: قَدْ قَبِلْتُ عِلْمَكُمْ فِيهِ، وَغَفَرْتُ لَهُ مَا لَا تَعْلَمُونَ "

"Tidak ada seorang muslim yang meninggal kemudian ada empat tetangga rumah dekatnya yang datang kepadanya, melainkan Allah akan berfirman: Sungguh Aku telah menerima amalnya dengan kehadiran kalian dan aku mengampuninya dengan apa yang kalian tidak tahu." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Amalan Penghapus Dosa

5.      Memberi kebahagiaan.

Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ» [صحيح ابن حبان]

"Empat perkara yang membawa kebahagian yaitu: Isteri Shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan kenderaan yang menyenangkan". [Sahih Ibnu Hibban]

Ancaman berbuat buruk kepada tetangga

1)      Tidak sempurna keimanannya.

Dari Abu Syuraih radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ»

"Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman".

Sahabat bertanya: Siapa itu ya Rasulullah?

Rasulullah menjawab:

«الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ» [صحيح البخاري]

"Orang yang tidak selamat tetangganya dari kejahatannya". [Sahih Bukhari]

2)      Berhak mendapatkan laknat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Seorang berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي جَارًا يُؤْذِينِي، فَقَالَ: «انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَتَاعَكَ إِلَى الطَّرِيقِ» ، فَانْطَلَقَ فَأَخْرِجَ مَتَاعَهُ، فَاجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ، فَقَالُوا: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: لِي جَارٌ يُؤْذِينِي، فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «انْطَلِقْ فَأَخْرِجْ مَتَاعَكَ إِلَى الطَّرِيقِ» ، فَجَعَلُوا يَقُولُونَ: اللَّهُمَّ الْعَنْهُ، اللَّهُمَّ أَخْزِهِ. فَبَلَغَهُ، فَأَتَاهُ فَقَالَ: ارْجِعْ إِلَى مَنْزِلِكَ، فَوَاللَّهِ لَا أُؤْذِيكَ [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]

Wahai Rasulullah, sungguh saya punya tetangga yang suka menyakitiku!

Maka Rasulullah bersabda: “Pergilah, kemudian keluarkan barang-barangmu ke jalan!”

Maka ia pergi lalu mengeluarkan barang-barangnya (dari rumah). Maka orang-orang mengerumunginya dan bertanya: Ada apa denganmu?

Ia menjawab: Saya punya tetangga yang selalu menyakitiku, lalu aku adukan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda: “Pergilah, kemudian keluarkan barang-barangmu ke jalan!”

Maka orang-orang berkata: “Ya Allah, laknatlah ia (tetangganya itu), ya Allah, hinakanlah ia”

Maka tetangganya itu mendatanginya dan berkata: Kembalilah ke rumahmu, karena demi Allah aku tidak akan menyakitimu lagi. [Al-Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhariy: Shahih]

3)      Tidak masuk surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ» [صحيح مسلم]

"Tidak akan masuk surga, orang yang mana tetangganya tidak aman dari bahayanya." [Shahih Muslim]

4)      Menjadi penghuni neraka.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah (seorang wanita) terkenal dengan banyak melakukan salat, puasa, dan sedekah, akan tetapi ia menyakiti tetangganya dengan lidahnya?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" هِيَ فِي النَّارِ "

"Ia adalah penghuni neraka!"

Orang itu bertanya lagi: Ya Rasulullah, si Fulanah yang lain terkenal dengan sedikit melakukan puasa, sedekah dan salat, ia hanya bersedekah dengan secuil keju akan tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lidahnya?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" هِيَ فِي الْجَنَّةِ " [مسند أحمد: صحيح]

"Ia adalah penghuni surga!" [Musnad Ahmad: Sahih]

Adab bertetangga

Diantaranya:

1)      Tidak menyakiti atau mengganggu tetangga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan juga kepada hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya (orang sekitarnya)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Nabi bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ» [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir janganlah ia menyakiti tetangganya." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

2)      Berbuat baik kepada tetangga.

Abu Syuraih Al-'Adawiy radhiyallahu 'anhu berkata: Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika Rasulullah mengucapkan sabdanya,

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ» [صحيح البخاري]

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya”. [Shahih Bukhari]

Dalam riwayat lain:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُحْسِنْ إِلَى جَارِهِ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya”. [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ» [صحيح مسلم]

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. [Shahih Muslim]

Ø  'Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu 'anhuma menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاجِ الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ» "

Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?"

Az-Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu".

Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu".

Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang". [Shahih Bukhari dan Muslim]

3)      Menjaga tetangga.

Dari Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَحْفَظْ جَارَهُ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia menjaga tetangganya." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Ø  'Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata; Aku bertanya kepada Nabi :

" أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ». قُلْتُ: إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: «وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ». قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: «أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ» [صحيح البخاري ومسلم]

'Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?

Beliau menjawab; “Bila kamu menyekutukan Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu”

Aku berkata; tentu itu sungguh besar.' Aku bertanya lagi; 'Kemudian apa?

Beliau menjawab; “Apabila kamu membunuh anakmu karena takut akan kelaparan.”

Aku bertanya lagi; 'Kemudian apa? '

Beliau menjawab; “Berzina dengan istri tetanggamu.” [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah bersabda kepada para sahabat beliau:

«مَا تَقُولُونَ فِي الزِّنَا؟» قَالُوا: حَرَّمَهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهُوَ حَرَامٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: «لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرَةِ نِسْوَةٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ» ، قَالَ: فَقَالَ: «مَا تَقُولُونَ فِي السَّرِقَةِ؟» قَالُوا: حَرَّمَهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَهِيَ حَرَامٌ، قَالَ: «لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ» [مسند أحمد: صحيح]

"Zina menurut kalian bagaimana?"

Mereka menjawab: Allah dan rasul-Nya mengharamkannya, ia haram hingga hari kiamat.

Rasulullah bersabda kepada para sahabat beliau, "Sungguh seseorang berzina dengan sepuluh wanita itu lebih ringan baginya bagi pada berzina dengan istri tetangganya."

Beliau bersabda, "Mencuri menurut kalian bagaimana?"

Mereka menjawab: Allah dan rasul-Nya mengharamkannya, ia haram hingga hari kiamat.

Rasulullah bersabda kepada para sahabat beliau, "Sungguh seseorang mencuri dari sepuluh rumah itu lebih ringan baginya bagi pada mencuri dari tetangganya." [Musnad Ahmad: Shahih]

4)      Bersabar atas gangguan tetangga.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْكُو جَارَهُ، فَقَالَ: «اذْهَبْ فَاصْبِرْ» فَأَتَاهُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، فَقَالَ: «اذْهَبْ فَاطْرَحْ مَتَاعَكَ فِي الطَّرِيقِ» فَطَرَحَ مَتَاعَهُ فِي الطَّرِيقِ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَسْأَلُونَهُ فَيُخْبِرُهُمْ خَبَرَهُ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَلْعَنُونَهُ: فَعَلَ اللَّهُ بِهِ، وَفَعَلَ، وَفَعَلَ، فَجَاءَ إِلَيْهِ جَارُهُ فَقَالَ لَهُ: ارْجِعْ لَا تَرَى مِنِّي شَيْئًا تَكْرَهُهُ [سنن أبي داود: صحيح]

"Seorang laki-laki datang kepada Nabi mengadukan tetangganya. Beliau lalu bersabda, "Hendaklah engkau pergi dan bersabarlah." Laki-laki itu kembali mendatangi Nabi hingga dua atau tiga kali, beliau pun bersabda, "Pergilah, dan buanglah semua perabotmu ke jalan." Laki-laki itu kemudian membuang semua perabotnya ke jalan, hingga orang-orang bertanya kepadanya. Ia lalu mengabarkan kepada mereka tentang nasib yang dialaminya hingga mereka melaknat tentangganya tersebut dengan lakanat "Allah Akan melakukan hukuman kepadanya, dan menimpakan keburukan". Kemudian tetangga itu mendatangi laki-laki tersebut dan berkata, "Kembalilah pulang, engkau tidak akan lagi melihat sesuatu yang engkau benci dariku." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Ibnul Ahmasiy -rahimahullah- berkata: Aku bertemu dengan Abu Dzar radhiyallahu 'anhu kemudian aku katakan kepadanya,

بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ تُحَدِّثُ حَدِيثًا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ: أَمَا إِنَّهُ لَا تَخَالُنِي أَكْذِبُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَمَا سَمِعْتُهُ مِنْهُ، فَمَا الَّذِي بَلَغَكَ عَنِّي؟ قُلْتُ: بَلَغَنِي أَنَّكَ تَقُولُ: «ثَلَاثَةٌ يُحِبُّهُمُ اللَّهُ، وَثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ» قَالَ: قُلْتُ: وَسَمِعْتَهُ. قُلْتُ: فَمَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُحِبُّ اللَّهُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ يَلْقَى الْعَدُوَّ فِي الْفِئَةِ فَيَنْصِبُ لَهُمْ نَحْرَهُ حَتَّى يُقْتَلَ، أَوْ يُفْتَحَ لِأَصْحَابِهِ، وَالْقَوْمُ يُسَافِرُونَ فَيَطُولُ سُرَاهُمْ حَتَّى يُحِبُّوا أَنْ يَمَسُّوا الْأَرْضَ، فَيَنْزِلُونَ فَيَتَنَحَّى أَحَدُهُمْ، فَيُصَلِّي حَتَّى يُوقِظَهُمْ لِرَحِيلِهِمْ، وَالرَّجُلُ يَكُونُ لَهُ الْجَارُ يُؤْذِيهِ جِوَارُهُ، فَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُ حَتَّى يُفَرِّقَ بَيْنَهُمَا مَوْتٌ أَوْ ظَعْنٌ» قُلْتُ: وَمَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ؟ قَالَ: " التَّاجِرُ الْحَلَّافُ، أَوْ قَالَ: الْبَائِعُ الْحَلَّافُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ " [مسند أحمد: صحيح]

"Telah sampai kepadaku bahwa kamu telah menceritakan sebuah hadits dari Rasulullah ?"

Kemudian dia berkata, "Adapun hal itu tidak mungkin aku berdusta kepada Rasulullah setelah aku mendengarnya dari beliau, maka apa yang telah sampai kepadamu dariku?"

Aku berkata, "Telah sampai kepadaku bahwa kamu mengatakan, 'Ada tiga orang yang dicintai oleh Allah dan ada tiga orang yang dibenci oleh Allah 'Azza wa Jalla. '

Abu Dzar menjawab, "Aku telah mengatakannya dan kamu telah mendengarnya."

Aku bertanya, "Lalu siapakah orang-orang yang dicintai oleh Allah?"

Dia menjawab, "(1) Seorang lelaki yang berhadapan dengan musuh dalam barisan perang kemudian dia memasang badannya hingga terbunuh atau membukakan kemenangan untuk para sahabatnya, (2) suatu kaum yang melakukan perjalanan jauh sampai-sampai mereka berkeinginan untuk menyentuh tanah (tidur karena ngatuk), kemudian mereka berhenti dan salah seorang dari mereka menjauh dari yang lain lalu melaksanakan shalat sehingga tiba saat membangunkan mereka untuk berangkat lagi, dan (3) seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang menyakitinya namun dia bersabar atas perbuatan tetangganya sehingga keduanya dipisahkan oleh kematian, atau bepergian."

Aku bertanya, "Kemudian siapakah mereka yang dibenci oleh Allah?"

Dia menjawab, "Orang yang suka sumpah -atau ia menyebutkan-, penjual yang banyak mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad: Shahih]

Lihat: Keutamaan orang sabar

5)      Tidak melarang untuk menempelkan sesuatu di dindingnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يَمْنَعْ جَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ فِي جِدَارِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Janganlah seseorang melarang tetangganya untuk menyandarkan kayunya di dinding rumahnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

6)      Memberi makanan yang kita makan.

Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata: Kekasih saya, Rasulullah pernah berpesan kepada saya:

«إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ، فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ» [صحيح مسلم]

'Apabila kamu memasak kuah sayur, maka perbanyaklah airnya, lalu lihatlah jumlah keluarga tetanggamu dan berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan baik.'" [Shahih Muslim]

Lihat: Keutamaan memberi makan

7)      Peka terhadap kondisi tetangga.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ» [الأدب المفرد للبخاري: صحيح]

"Bukanlah seorang mukmin (sempurna imannya) yang ia kenyang sedangkan tetangganya kelaparan". [Al-Adabul Mufrad karya Imam Bukhari: Shahih]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا آمَنَ بِي مَنْ بَاتَ شَبْعَانًا وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن لغيره]

"Tidak beriman kepadaku (dengan keimanan yang sempurna) orang yang tidur di malam hari sedangkan tetangganya kelaparang di sampingnya dan ia tahu hal tersebut". [Al-Mu'jamul Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]

8)      Mendahulukan tetangga yang terdekat.

Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي؟ قَالَ: «إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا» [صحيح البخاري]

"Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga, lalu manakah yang lebih aku beri hadiah terlebih dahulu?" beliau menjawab, "Yang lebih dekat dengan pintu rumahmu." [Shahih Bukhari]

9)      Menawarkan kepada tetangga terlebih dahulu jika ingin menjual tanah atau rumahnya.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi , beliau bersabda:

«مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَأَرَادَ بَيْعَهَا، فَلْيَعْرِضْهَا عَلَى جَارِهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح لغيره]

"Barangsiapa memiliki tanah kemudian ingin menjualnya, maka hendaklah ia tawarkan kepada tetangganya." [Sunan Ibnu Majah: Shahih ligairih]

Ø  Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata, "Rasulullah bersabda:

«الْجَارُ أَحَقُّ بِشُفْعَةِ جَارِهِ يُنْتَظَرُ بِهَا، وَإِنْ كَانَ غَائِبًا إِذَا كَانَ طَرِيقُهُمَا وَاحِدًا» [سنن أبي داود: صحيح]

"Tetangga lebih berhak untuk membeli rumah tetangganya, (ia ditunggu) walaupun ia sedang tidak berada di rumah, apabila jalan mereka berdua adalah satu." [Sunan Abi Daud: Shahih]

10)  Saling berbagi ilmu dan kebaikan.

Di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu saling bergantian dengan tetangganya dalam menuntut ilmu. Beliau berkata:

كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ [صحيح البخاري]

Dulu aku dan seorang tetanggaku dari kaum Anshar saling bergantian mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia pergi sehari dan aku pergi sehari. Jika aku yang pergi maka aku menyampaikan kepadanya apa yang terjadi pada hari itu baik itu tentang wahyu yang turun atau selainnya, dan jika ia yang pergi maka ia pun melakukan hal yang seperti itu. [Sahih Bukhari]

Lihat: Keutamaan Amar ma’ruf Nahi mungkar

11)  Menjadi teladan bagi tetangganya.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ, فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الْحَقِّ فَقَالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلَانٌ فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ

"Tidak diperbolehkan hasad kecuali pada dua perkara, yaitu; Seseorang yang telah diajari Al-Qur`an oleh Allah, sehingga ia membacanya di pertengahan malam dan siang, sampai tetangga yang mendengarnya berkata, 'Duh .. , sekiranya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan kepada si Fulan, niscaya aku akan melakukan apa yang dilakukannya.' Kemudian seseorang diberi karunia harta oleh Allah, sehingga ia dapat membelanjakannya pada kebenaran, lalu orang pun berkata, 'Seandainya aku diberi karunia sebagaimana si Fulan, maka niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukannya.'" [Shahih Bukhari]

Tetangga adalah ujian

Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ، وَالصَّلَاةُ، وَالصَّدَقَةُ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Cobaan (kelalaian) seseorang karena keluarga, harta, dirinya, anak, dan tetangganya dihapuskan dengan puasa, shalat, sedekah, amar ma'ruf, dan nahi mungkar". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Minta perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah bersabda:

«تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَارِ السَّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ، فَإِنَّ جَارَ الْبَادِيَةِ يَتَحَوَّلُ عَنْكَ» [سنن النسائي: صحيح]

"Berlindunglah kepada Allah dari tetangga yang jahat di tempat tinggal, sebab tetangga yang Badui (yang suka berpindah tempat) nantinya akan pergi darimu." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Adab bertamu dalam Islam - Adab menerima tamu dalam Islam - Adab berdebat dan berselisih pendapat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...