Minggu, 08 November 2020

Syarah Arba’in hadits (12) Abu Hurairah; Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya."

Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh imam Tirmidziy dan selainnya seperti ini.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat di sini: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi

2.      Anjuran untuk semangat mencapai suatu yang bermanfaat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: " لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا "، وَلَكِنْ قُلْ: " قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ "، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»

'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.'" [Shahih Muslim]

3.      Lakukan suatu yang bermanfaat atau diam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam." [Shahih Bukhari]

4.      Meninggalkan sesuatu yang meragukan baik buruknya.

Dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ»

"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat hadits no.11

5.      Mengisi masa lesu dan malas dengan kebaikan.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّ لِكُلِّ عَابِدٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً، فَإِمَّا إِلَى سُنَّةٍ، وَإِمَّا إِلَى بِدْعَةٍ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ " [مسند أحمد: صحيح]

"Sesungguhnya setiap ahli ibadah punya waktu semangat, dan setiap waktu semangat ada waktu malas (lemah), bisa jadi diisi dengan amalan yang sunnah atau dengan bid'ah. Maka barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan sunnahku maka ia telah mendapat hidayah, dan barangsiapa yang mengisi waktu malasnya dengan selain itu maka ia telah binasa". [Musnad Ahmad: Sahih]

Lihat: Mengisi waktu luang dengan kebaikan

6.      Anjuran berlomba-lomba dalam kebaikan.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ} [البقرة : 148]

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. [Al-Baqarah: 148]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu-; Bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi." 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Maksud kalian?" 

Mereka menjawab: "Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya." 

Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

«أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ؟»

"Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?" 

Mereka menjawab; "Tentu, wahai Rasulullah?" 

Beliau bersabda: 

«تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً»

"Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali." 

Tidak lama kemudian para fuqara' Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; "Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!" 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

«ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ»

"Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!" [Shahih Muslim]

Lihat: Berlomba-lomba dalam kebaikan

7.      Senantiasa memberi manfaat adalah sifat muslim sejati.

Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu didatangkan bagian dalam pucuk pohon kurma (berwarna putih dan lembut dimakan dengan madu). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda:

«إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ المُسْلِمِ»

"Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada satu jenis pohon yang keberkahannya seperti seorang Muslim."

Lalu aku mempunyai perkiraan bahwa pohon itu adalah pohon kurma, aku berkeinginan menjawab; 'Wahai Rasulullah, itu adalah pohon kurma', namun aku melihat bahwa di antara sepuluh orang yang ada aku adalah yang paling muda. Maka aku pun diam. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menjawab pertanyaannya:

«هِيَ النَّخْلَةُ» [صحيح البخاري]

"  Yaitu pohon kurma." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيَأْمُرُ بِالخَيْرِ» أَوْ قَالَ: «بِالْمَعْرُوفِ» قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah."

Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? '

Beliau bersabda: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan’, atau bersabda; ‘Menyuruh melakukan yang baik'

Dia berkata; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab Ilmu Shahih Bukhari bab 4 dan 5; Hadits Ibnu Umar "Perumpamaan pohon kurma"

8.      Kualitas Islam seseorang bertingkat-tingkat.

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ»

"Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya". [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amru radhiyallahu ‘anhuma; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?"

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ»

"Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal". [Shahih Bukhari dan Muslim]

9.      Keutamaan sifat zuduh dan wara’.

Zuhud adalah meninggalkan suatu yang tidak bermanfaat di akhirat, sedangkan wara' adalah meninggalkan suatu yang membahayakan di akhirat. [Syarah Sahih Bukhari karya Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah 2/24]

Dari Abu Al-‘Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhuma berkata: "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ»

"Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خَيْرُ دِينِكِمُ الْوَرَعُ» [مسند البزار: صححه الألباني]

“Keutamaan ilmu lebih saya sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama (amalan) kalian adalah sifat wara'”. [Musnad Al-Bazzaar: Sahih]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (11) Al-Hasan bin Ali; Meninggalkan perkara yang meragukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...