Senin, 07 Desember 2020

Syarah Arba'in hadits (16) Abu Hurairah; Wasiat untuk menahan marah

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Bahwasanya seorang laki-laki meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Berilah aku wasiat!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jangan marah".

Namun orang tersebut terus mengulangi permintaannya, dan Rasulullah tetap menjawab: "Jangan marah".

Diriwayatkan oleh imam Bukhari.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

2.      Laki-laki yang meminta wasiat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Jariyah bin Qudamah As-Sa’idy.

Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain, Jariyah bin Qudamah As-Sa'diy -radhiyallahu 'anhu- bertanya pada Rasulullah :

يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي قَوْلًا يَنْفَعُنِي، وَأَقْلِلْ عَلَيَّ لَعَلِّي أَعِيهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَغْضَبْ»، فَأَعَادَ عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ عَلَيْهِ مِرَارًا كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ: «لَا تَغْضَبْ» [مسند أحمد: صحيح]

"Wahai Rasulullah, katakanlah padaku satu kalimat yang dengannya dapat memberi manfaat untukku, dan sedikitkanlah agar aku dapat menghafalkannya!"

Beliau bersabda, "Jangan kamu marah."

Ia pun mengulangi pertanyaannya terus-menerus." Namun beliau tetap menjawab, "Jangan kamu marah." [Musnad Ahmad: Shahih]

3.      Meminta wasiat kepada ulama.

Seorang mendatangi Nabi dan berkata;

أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ أَوْ قَالَ: أَنْتَ مُحَمَّدٌ؟ فَقَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: فَإِلَامَ تَدْعُو؟ قَالَ: «أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ، مَنْ إِذَا كَانَ بِكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَهُ عَنْكَ، وَمَنْ إِذَا أَصَابَكَ عَامُ سَنَةٍ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَ لَكَ، وَمَنْ إِذَا كُنْتَ فِي أَرْضٍ قَفْرٍ فَأَضْلَلْتَ فَدَعَوْتَهُ رَدَّ عَلَيْكَ» ، قَالَ: فَأَسْلَمَ الرَّجُلُ ثُمَّ قَالَ: أَوْصِنِي يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ لَهُ: «لَا تَسُبَّنَّ شَيْئًا»، أَوْ قَالَ: «أَحَدًا» ـ شَكَّ الْحَكَمُ ـ قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعِيرًا وَلَا شَاةً مُنْذُ أَوْصَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «وَلَا تَزْهَدْ فِي الْمَعْرُوفِ وَلَوْ مُنْبَسِطٌ وَجْهُكَ إِلَى أَخِيكَ وَأَنْتَ تُكَلِّمُهُ، وَأَفْرِغْ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي، وَاتَّزِرْ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ، وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ، فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ، وَاللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ» [مسند أحمد: صحيح]

Apakah baginda utusan Allah? -atau berkata; Apakah baginda adalah Muhammad?-

Rasulullah bersabda, "Ya."

Orang itu bertanya: Kemanakah tujuan dakwah baginda?

Rasulullah bersabda, "Menuju Allah semata, Yang kalian seru bila petaka menimpamu agar Ia melenyapkannya darimu, Yang kalian seru bila kau tertimpa kemarau panjang agar Ia menumbuhkan tanaman untukmu, Yang kau seru bila kau tersesat di tanah sepi agar Ia mengembalikanmu."

Orang itu pun masuk Islam kemudian berkata; Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat!

Rasulullah bersabda, "Jangan mencela apa pun -atau bersabda, siapa pun-!”

Ia berkata; Setelah Rasulullah berwasiat padaku, aku tidak pernah mencela apa pun, baik unta atau pun kambing-

(Lanjut wasiat Nabi) “Jangan pelit dalam kebaikan meski hanya menghadapkan wajahmu dengan senyuman ke wajah saudaramu saat kau berbicara dengannya, tuangkan gayungmu di bejana orang yang meminta air, kenakan sarung hingga setengah betis, bila kau enggan maka hingga dua mata kaki, janganlah kau menjulurkan sarung (sampai di bawah mata kaki) karena itu termasuk kesombongan dan Allah tidak menyukai kesombongan." [Musnad Ahmad Shahih]

Ø  Terlebih lagi jika ingin bepergian jauh.

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu bahwa seseorang berkata;

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُسَافِرَ فَأَوْصِنِي، قَالَ: «عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالتَّكْبِيرِ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ»، فَلَمَّا أَنْ وَلَّى الرَّجُلُ، قَالَ: «اللَّهُمَّ اطْوِ لَهُ الأَرْضَ، وَهَوِّنْ عَلَيْهِ السَّفَرَ» [سنن الترمذي: حسن]

Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ingin bersafar, maka berilah aku wasiat!

Beliau berkata, "Hendaknya engkau bertakwa kepada kepada Allah, dan bertakbir pada tempat tinggi." Kemudian tatkala orang tersebut telah berpaling beliau mengatakan, "Ya Allah, dekatkanlah jarak bumi, dan ringankanlah perjalanannya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Lihat: Adab bepergian jauh

4.      Memberi wasiat yang singkat.

Salah seorang sahabat Rasulullah bertanya: Ajarilah aku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga, tapi jangan terlalu banyak untukku!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: «لَا تَغْضَبْ» "Jangan marah". [Musnad Abu Ya'laa: Sahih]

5.      Memberi wasiat sesuai kondisi yang diberi wasiat.

6.      Marah adalah sifat manusiawi.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«اللهُمَّ إِنَّمَا مُحَمَّدٌ بَشَرٌ، يَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ، وَإِنِّي قَدِ اتَّخَذْتُ عِنْدَكَ عَهْدًا لَنْ تُخْلِفَنِيهِ، فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ آذَيْتُهُ، أَوْ سَبَبْتُهُ، أَوْ جَلَدْتُهُ، فَاجْعَلْهَا لَهُ كَفَّارَةً، وَقُرْبَةً، تُقَرِّبُهُ بِهَا إِلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [صحيح مسلم]

“Ya Allah .. sesungguhnya Muhammad juga manusia, bisa marah sebagaimana manusia lainnya marah, dan sesungguhnya aku sudah mengambil janji darimu Engkau tidak akan mengingkarinya, maka siapa saja mukmin yang aku sakiti, atau aku cela, atau aku cambuk, maka jadikanlah itu sebagai kaffarah baginya dan sebagai amalan yang mendekatkannya kepada-Mu di hari kiamat”. [Sahih Muslim]

7.      Bagaimana mencegah amarah?

Beberapa tips agar tidak mudah marah, diantaranya:

a)      Mengingat keutamaan menahan amarah.

Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Amalan apa yang bisa menjauhkanku dari murka Allah?

Rasulullah menjawab: «لَا تَغْضَبْ» "Jangan marah". [Musnad Ahmad: Sahih]

b)      Mengetahui bahwa dengan memaafkan maka seseorang bertambah mulia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا»

"Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan. [Sahih Muslim]

c)       Bersikap sabar dan bijaksana.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ} [يوسف: 18]

Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” [Yusuf: 18]

d)      Bergaul dengan orang yang penyabar dan bijaksana.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ»

"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang dicintainnya, maka hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai." [Sunan Abi Daud: Hasan]

e)      Mengingat kebencian orang terhadap pemarah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ} [آل عمران: 159]

"Ssekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka." [Ali 'Imran: 159]

f)        Mengingat akibat buruk yang mungkin terjadi setelah marah. Seperti: Membunuh, melukai, menyakiti orang lain, perceraian, dan akhirnya penyesalan.

g)      Mengingat pengaruh buruk di saat marah. Seperti: Raut muka yang berubah, ucapan yang tidak baik, bertingkah seperti orang gila, dan lain-lain.

Seorang sahabat Nabi berkata;

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي؟ قَالَ: «لَا تَغْضَبْ» ، قَالَ: قَالَ الرَّجُلُ: فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قَالَ، فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ [مسند أحمد: صحيح]

Wahai Rasulullah, berwasiatlah padaku!

Rasulullah bersabda, "Jangan marah."

Orang itu berkata; Lalu aku berfikir saat Nabi mengucapkan sabda itu, ternyata marah menyatukan seluruh keburukan. [Musnad Ahmad: Shahih]

8.      Bagaimana meredakan amarah?

Beberapa tips agar marah segera reda, diantaranya:

1)      Diam.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ»

"Jika seseorang dari kalian merasa marah, maka diamlah". [Musnad Ahmad: Sahih]

2)      Menahan diri.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ»

"Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang selalu mengalahkan lawannya, akan tetapi orang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah". [Sahih Bukhari dan Muslim]

3)      Membaca: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ .

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأعراف: 200]

"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." [Al-A'raaf:200]

Ø  Sulaiman bin Shurd radhiyallahu ‘anhu berkata: Dua orang saling mencaci di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami duduk bersamanya. Salah satu dari keduanya mencaci temannya dalam keadaan marah dengan wajah yang memerah. Maka Rasulullah bersabda:

«إِنِّى لأعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ ، لَوْ قَالَ : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ»

"Sesungguhnya aku tau kalimat yang kalau ia baca maka akan hilang amarah yang ia rasakan. Kalau ia membaca: "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang dirajam". [Sahih Bukhari dan Muslim]

4)      Kalau berdiri langsung duduk, dan kalau duduk langsung berbaring.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ»

"Jika seorang dari kalian lagi marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, dan jika amarahnya belum hilang maka berbaringlah. [Sunan Abu Daud: Sahih]

5)      Berwudhu.

Dari 'Athiyah As-Sa'diy radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ»

"Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan diciptakan dari api, dan sesungguhnya apa itu dipadamkan dengan air, maka jika seseorang dari kalian sedang marah maka berwudhulah". [Sunan Abi Daud: Hadits daif (lemah)]

6)      Mengingat kuasa Allah terhadapnya jika ia sedang menghukum.

Abu Mas'ud Al-Badry radhiyallahu ‘anhu berkata: Suatu hari aku memukul seorang budakku dengan cambuk, tiba-tiba aku mendengar suara dari belakangku "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!", tapi aku tidak paham dengan suara itu karena sedang marah. Ketika orang tersebut mendekat padaku, ternyata ia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berkata: "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud! Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!" Lalu aku menjatuhkan cambuk dari tanganku, dan Rasulullah bersabda:

«اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ، أَنَّ اللهَ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَى هَذَا الْغُلَامِ»

"Ketahuilah wahai Abu Mas'ud! Sesungguhnya Allah lebih berkuasa (memberikan hukuman) terhadapmu dari engkau terhadap budak ini".

Abu Mas'ud berkata: Aku tidak akan memukul budak lagi setelah ini. [Sahih Muslim]

7)      Mengingat pahala memaafkan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ } [النور: 22]

"Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [An-Nuur: 22]

{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [آل عمران: 133-134]

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [Ali 'Imran: 133-134]

Ø  Dari Mu'adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ» [سنن أبي داود: حسن]

"Barangsiapa yang menahan marah padahal ia manpu melampiaskannya, Allah akan memanggilnya di hadapan semua makluk pada hari kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih bidadari sesuai yang ia inginkan". [Sunan Abu Daud: Hasan]

9.      Istigfar setelah marah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي أَعَجِلْتُمْ أَمْرَ رَبِّكُمْ وَأَلْقَى الْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ إِلَيْهِ قَالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا يَقْتُلُونَنِي فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْأَعْدَاءَ وَلَا تَجْعَلْنِي مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ . قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ } [الأعراف: 150-151]

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum Ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim". Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang". [Al-A'raaf: 150-151]

10.  Marah ada yang tercela dan ada yang terpuji.

Lihat: Jangan marah!

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba'in hadits (15) Abu Hurairah; Sifat orang beriman kepada Allah dan hari akhirat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...