بسم الله الرحمن الرحيم
Peraktek "thiyarah"
adalah anggapan bahwa kebaikan atau keburukan terjadi atau akan terjadi
dikarenakan oleh sesuatu selain Allah subhanahu wa ta'aalaa.
Pada mulanya orang jahiliyah
melakukannya dengan menerbangkan burung atau menunggu burung yang bertengker
ketika hendak melakukan sesuatu, jika burung tersebut terbang ke kanan maka
mereka melakukannya, dan jika terbang ke kiri mereka tidak melakukannya.
Peraktek “thiyarah” masuk kategori
mengundi nasib
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا
الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [المائدة:
90]
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. [Al-Maidah:
90-91]
{حُرِّمَتْ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ
بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا
أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا
بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ} [المائدة: 3]
Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)
yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
[Al-Maidah: 3]
Peraktek
“thiyarah” tidak punya pengaruh terhadap suatu kejadian
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ،
وَلاَ هَامَةَ، وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»
[صحيح البخاري]
"Tidak ada penyakit menular, tidak ada "thiyarah", tidak
ada "haamah"[1], dan tidak ada "shafara".
Menjaulah dari penderita kusta sebagaimana engkau menjauh dari singa".
[Sahih Bukhari]
Yang memberi kebaikan dan keburukan hanya Allah semata
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{أَلَا
إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ} [الأعراف: 131]
Ketahuilah, sesungguhnya
kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui. [Al-A'raaf:131]
{وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ، وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ
فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ، يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَهُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ} [يونس: 107]
Dan jika Allah menimpakan suatu
bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan
jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak
karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. [Yunus: 107]
{وَإِنْ
يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ
فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17) وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ
الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ} [الأنعام: 17، 18]
Dan jika Allah menimpakan suatu
bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika
Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan
Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Mahabijaksana, Maha
Mengetahui. [Al-An’am: 17-18]
{قُلْ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ
هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ
رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ} [الزمر: 38]
Katakanlah: "Maka
terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah
hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudharatan itu?, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?”. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". Kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah
diri". [Az-Zumar:38]
{أَأَتَّخِذُ
مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ
شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ . إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِين} [يس: 23- 24]
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan
selain-Nya jika (Allah) yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku,
niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka
tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada
dalam kesesatan yang nyata. [Yasin: 23-24]
Lihat: Sifat Al-Khauf; Takut hanya kepada Allah
Yang melakukan prakterk “thiyarah” tidak
mendapatkan derajat yang tinggi
Dari Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَنْ
يَلِجَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى مَنْ تَكَهَّنَ، أَوْ اسْتَقْسَمَ، أَوْ رَدَّهُ مِنْ
سَفَرٍ تَطَيُّرٌ» [مسند الشاميين للطبراني: حسن]
“Tidak akan masuk ke dalam
derajat yang tinggi (di surga) orang yang mendatangi peramal, atau mengundi
nasib, atau mengurungkan niatnya untuk bepergian karena burung”. [Musnad Asy-Syamiyyiin
karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Dalam riwayat lain:
«ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ لَمْ يَسْكُنِ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى، وَلَا أَقُولُ الْجَنَّةَ،
وَمَنْ تَكَهَّنَ أَوْ اسْتَقْسَمَ أَوْ رَدَّهُ مِنْ سَفَرِ تَطَيُّرٌ» [مسند الشاميين للطبراني: حسن]
“Ada tiga (perbuatan) siapa yang ada
padanya maka ia tidak menempati derajat yang tinggi, dan aku tidak mengatakan
itu surga: Orang yang meramal, atau mengundi nasib, atau mengurungkan niatnya
untuk bepergian jauh karena pemali”. [Musnad Asy-Syamiyyin karya
Ath-Thabaraniy: Hasan]
«مَنْ
تَكَهَّنَ، أَوْ تَطَيَّرَ طِيَرَةً تَرُدُّ عَنْ سَفَرٍ، لَمْ يَنْظُرْ إِلَى الدَّرَجَاتِ
الْعُلَى مِنَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [مساوئ الأخلاق للخرائطي]
“Siapa yang meramal, atau berpemali yang
menceganya bepergian jauh, maka ia tidak melihat derajat yang tinggi di surga
pada hari kiamat”. [Masawi’ul Akhlaq karya Al-Kharaithiy]
Peraktek
“thiyarah” adalah perbuatan syirik
Dari Fadhalah bin Ubaid
Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ
رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ فَقَدْ قَارَفَ الشِّرْكَ» [الجامع لابن وهب:
حسنه الألباني]
"Barangsiapa yang tidak
melaksanakan sesuatu karena "thiyarah" maka ia telah mendekati
kemusyrikan". [Al-Jami' karya Ibnu Wahb: Hasan]
Kategori syirik dalam hal
ini adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, kecuali
jika ia meyakini hal tersebut memberi manfaat atau keburukan dengan sendirinya
tanpa ada kuasa Allah, maka ini adalah kategori syirik besar yang bisa
mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (4); Takut dari perbuatan syirik
Orang yang melakukan praktek “thiyarah” bukan
gologan umat Islam
Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ
لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ، وَمَنْ عَقَدَ عُقْدَةً، وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا
فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " [مسند البزار: صحيح]
“Tidak termasuk golongan kami orang yang
meminta dan melakukan Tathayyur, meramal atau minta diramal, menyihir atau
minta disihirkan, dan orang yang membuat suatu buhulan, dan barangsiapa yang
mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya ia
telah kafir terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam.” [Musnad Al-Bazzar: Shahih]
Meninggalkan peraktek “thiyarah” berhak masuk
surga tanpa dihisab
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَأَخَذَ النَّبِيُّ
يَمُرُّ مَعَهُ الأُمَّةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ
مَعَهُ العَشَرَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الخَمْسَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ
وَحْدَهُ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، هَؤُلاَءِ أُمَّتِي؟
قَالَ: لاَ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ،
قَالَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، وَهَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفًا قُدَّامَهُمْ لاَ حِسَابَ
عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ، قُلْتُ: وَلِمَ؟ قَالَ: كَانُوا لاَ يَكْتَوُونَ، وَلاَ
يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ"
[صحيح البخاري ومسلم]
"Diperlihatkan padaku seluruh umat, aku melihat seorang Nabi lewat
bersama satu umat, dan Nabi lewat bersama beberapa orang, dan Nabi lewat
bersama sepuluh orang, dan Nabi lewat bersama lima orang, dan Nabi lewat
bersama satu orang. Kemudian aku melihat kerumunan banyak orang dan aku
bertanya: Wahai Jibril, apakah mereka itu adalah umatku? Jibril menjawab: Bukan,
akan tetapi lihatlah ke ufuk! Maka aku melihat kerumunan orang yang banyak.
Jibril berkata: Mereka itu adalah umatmu, dan tujuh puluh ribu dari mereka yang
terdepan akan masuk surga tanpa dihisab dan disiksa! Aku bertanya: Kenapa?
Jibril menjawab: Mereka tidak berobat dengan kai' (pengobatan api), tidak
meminta diruqyah, tidak meyakini thiyarah (keberuntungan atau musibah karena
sesuatu selain Allah), dan mereka senantiasa bertawakkal kepada Tuhan
mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (3); Siapa yang mengaplikasikan tauhid akan masuk surga tanpa perhitungan
Bagaimana menghindari praktek “thiyarah”?
Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk menghindari praktek “thiyarah”:
1.
Mengabaikannya.
Mu'awiyah bin Al-Hakam
As-Sulamiy radhiyallahu 'anhu bertanya: Ya Rasulullah, dulu di masa
Jahiliyah kami berprasangka buruk terhadap sesuatu (thiyarah)?
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab:
«ذَاكَ
شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ، فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ» [صحيح مسلم]
"Itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh seseorang dari kaliam dalam dirinya, maka jangan hal itu menghalanginya (melakukan sesuatu kebaikan). [Sahih Muslim]
2.
Berdo’a.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ، فَقَدْ أَشْرَكَ "
"Barangsiapa yang tidak
melaksanakan satu keperluannya karena "thiyarah" maka ia telah
berbuat syirik".
Sahabat bertanya: Ya
Rasulullah, apa kaffarah (penghapus dosa) perbuatan itu?
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menjawab:
" أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ: اللهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ،
وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ " [مسند أحمد: حسن]
"Dengan mengatakan: "Ya
Allah ... tidak ada kebaikan kecuali kebaikan (dari)-Mu, tidak ada keburukan
(yang terjadi) kecuali keburukan (atas kehendak)-Mu, dan tidak ada Ilah (yang
berhak disembah) selain-Mu!"." [Musnad Ahmad: Hasan]
Ø
Dari ‘Urwah bin ‘Amir
Al-Qurasyiy radhiyallahu 'anhu;
ذُكِرَتِ الطِّيَرَةُ عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ وَلَا
تَرُدُّ مُسْلِمًا، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ لَا
يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ، وَلَا يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ،
وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ» [سنن أبي داود:
حسن لغيره]
"Telah disebutkan thiyarah
di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian beliau bersabda:
"Yang terbaik adalah sikap optimisme (fa’l), dan thiyarah tidak
boleh menahan kehendak seorang muslim. Apabila salah seorang di antara kalian
melihat apa yang ia tidak sukai, maka hendaknya ia mengucapkan: Ya Allah,
tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang dapat
menolak keburukan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali
karena-Mu." [Sunan Abi Daud: Hasan ligairih]
Lihat: Sifat Ar-Rajaa’: Berharap hanya kepada Allah
3.
Tawakkal.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ
بِالتَّوَكُّلِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"At-Thiyarah adalah
syirik -Rasulullah mengulanginya tiga kali-, dan tidaklah seseorang dari kita
kecuali merasakan hal itu, tapi Allah menghilangkannya dengan bertawakkal".
[Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا
تَطَيَّرْتُمْ فَامْضُوا، وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا» [الفوائد الشهير بالغيلانيات لأبي بكر الشافعي: صحيح]
“Jika kamu merasa khawatir
dengan perasangka buruk (thiyarah) maka abaikanlah dan hanya kepada Allah-lah
kalian bertawakkal” [Al-Fawaid karya Abu Bakr Asy-Syafi’iy: Shahih]
Ø
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ} [آل عمران: 159]
Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [Ali 'Imran: 159]
Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
“Tasyaaum” sama dengan praktek “thiyarah”
"At-tasyaa-um" adalah berburuk
sangka terhadap sesuatu, ini masuk kategori "at-thiyarah"
menganggap sesuatu dapat memberi keburukan selain izin Allah.
At-Tasyaa-um misalnya ketika hendak melakukan suatu kebaikan tiba-tiba ia melihat
sesuatu, atau bertepatan pada waktu tertentu yang dianggap membawa sial, maka
ia mengurungkan niat baiknya tersebut.
Ini hukumnya tidak boleh
karena menganggap sesuatu bisa mendatangkan keburukan di luar kuasa Allah dan
menghilangkan rasa tawakkal dalam hati.[2]
Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- menyukai "al-Fa'l"
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ
طِيَرَةَ، وَخَيْرُهَا الفَأْلُ» قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟
قَالَ: «الكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ
يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada pengaruh jahat karena
burung (pemali). Dan yang paling baik adalah Al-Fa'l. Lalu beliau ditanya; 'Apa
itu Al-Fa'l, Ya Rasulullah? ' Jawab beliau; “Ucapan baik yang di dengar oleh
salah seorang di antara kalian.” [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
«لَا
عَدْوَى، وَلَا طِيَرَةَ، وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ» [صحيح مسلم]
"Tidak ada 'adwa
(penyakit menular dengan sendirinya), dan tidak ada thiyarah, dan aku menyukai Al-fa'l
yang baik". [Sahih Muslim]
"Al-Fa'l" adalah berbaik
sangka (mengharap kebaikan dari Allah) dengan sesuatu atau perkataan yang baik,
seperti ketika mendengar nama "Sahl" yang berarti kemudahan maka berharap
semoga Allah memberikan kemudahan dengan kehadiran Sahl.
Ketika Suhail bin 'Amr
radhiyallahu 'anhu mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam di Hudaibiyah untuk mengadakan perjanjian, Rasululah berkata kepada
sahabatnya:
«لَقَدْ سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Telah datang kemudahan untuk
kalian dalam masalah ini”. [Sahih Bukhari]
"Suhail" artinya yang
mudah.
Ø
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berdo'a di atas mimbar:
«غِفَارُ غَفَرَ اللَّهُ لَهَا،
وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Kabilah "Gifaar", semoga
Allah memberi ampunan untuknya, dan kabilah "Aslam" semoga
Allah memberinya keselamatan, sedangkan kabilah "Ushaiyah"
mereka telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
"Gifar" dari kata gafara yang
berarti ampunan, "Aslam" dari kata salima yang berarti
selamat, dan "Ushaiyah" dari kata 'ashaa yang berarti berdosa.
Sebab “syar’iy” dan sebab “kauniy”
Sebab “syar’iy”
atau “gaibiy” adalah sebab terjadinya sesuatu yang tidak nampak,
tidak mampu dijangkau dengan nalar, dikatakan “syar’iy” karena hanya sebatas
keyakinan yang harus berdasarkan dalil syar’iy.
Sebab “kauniy”
adalah sebab terjadinya sesuatu yang nampak, dapat diketahui dengan penelitian
ilmiyah atau pengalaman.
Dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَالشُّؤْمُ فِي ثَلاَثٍ: فِي المَرْأَةِ، وَالدَّارِ،
وَالدَّابَّةِ " [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada penyakit
menular (dengan sendirinya) dan tidak ada "thiyarah"
(menganggap keburukan datang dari sesuatu), dan (jika memang ada) prasangka
buruk terhadap sesuatu maka pada istri, rumah, dan kuda (kendaraan)".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا
طِيَرَةَ، وَالطِّيَرَةُ عَلَى مَنْ تَطَيَّرَ، وَإِنْ تَكُ فِي شَيْءٍ، فَفِي الدَّارِ
وَالْفَرَسِ وَالْمَرْأَةِ» [صحيح ابن حبان]
"Tidak ada "thiyarah",
keburukan itu akan terjadi pada orang yang berprasangka buruk terhadap sesuatu,
dan jika memang ada prasangka buruk terhadap sesuatu maka pada rumah, kuda
(kendaraan), dan perempuan (istri)". [Sahih Ibnu Hibban]
Anjuran mengambil sebab “kauniy” (usaha nyata)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، وَمَنْ يَتَحَرَّ
الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوقَهُ " [تاريخ بغداد للخطيب: صحيح]
"Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dangan belajar, dan sifat bijaksana
diperoleh dengan berusaha untuk bijaksana, dan siapa yang berusaha mendapatkan
kebaikan maka ia akan diberi, dan siapa yang bersusaha menjauhi keburukan maka
ia dihindarkan". [Tarikh Bagdad karya
Al-Khathib: Shahih]
Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengganti nama sahabat atau
daerah yang mengandung makna kurang baik bukan karena tasya-um, tapi
karena Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menyukai sesuatu yang baik dan tidak menyukai sesuatu
yang buruk.
Al-Musayyib berkata: Bapakku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu?
Bapakku menjawab:
"Hazn" (kesedihan).
Rasulullah berkata: أَنْتَ سَهْلٌ Namamu adalah "Sahl" (kemudahan)!
Bapakku menjawab: Aku tidak
mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku.
Sa'id bin Al-Musayyib
berkata: Oleh sebab itu kesedihan terus melanda keluarga kami. [Sahih Bukhari]
Ø
Buraidah radhiyallahu 'anhu berkata:
«أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَتَطَيَّرُ مِنْ شَيْءٍ، وَكَانَ
إِذَا بَعَثَ عَامِلًا سَأَلَ عَنِ اسْمِهِ، فَإِذَا أَعْجَبَهُ اسْمُهُ فَرِحَ بِهِ
وَرُئِيَ بِشْرُ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ، وَإِنْ كَرِهَ اسْمَهُ رُئِيَ كَرَاهِيَةُ ذَلِكَ
فِي وَجْهِهِ، وَإِذَا دَخَلَ قَرْيَةً سَأَلَ عَنِ اسْمِهَا فَإِنْ أَعْجَبَهُ اسْمُهَا
فَرِحَ وَرُئِيَ بِشْرُ ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ، وَإِنْ كَرِهَ اسْمَهَا رُئِيَ كَرَاهِيَةُ
ذَلِكَ فِي وَجْهِهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Bahwa Nabi ﷺ tidak melakukan tathayyur (pemali)
dari sesuatupun, beliau apabila telah mengutus seorang pekerja maka beliau
bertanya mengenai namanya, apabila tertarik dengan namanya maka beliau senang
dan terlihat kesenangan kepada hal tersebut pada wajah beliau. Dan apabila
tidak menyukai namanya maka terlihat ketidak senangan kepada hal tersebut pada
wajah beliau. Apabila beliau memasuki sebuah kampung maka beliau bertanya
mengenai namanya, apabila tertarik dengan namanya maka beliau senang dan
terlihat kesenangan kepada hal tersebut pada wajah beliau. Dan apabila beliau
tidak menyukai nama tersebut maka terlihat ketidak senangan kepada hal tersebut
pada wajah beliau." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Sa'ad
bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَرْبَعٌ
مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ
الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ،
وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ» [صحيح ابن حبان]
"Empat perkara yang membawa kebahagian
yaitu: Isteri Shalehah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik dan
kenderaan yang menyenangkan. Dan empat perkara yang membawa kesengsaraan yaitu:
Tetangga yang buruk sifatnya, isteri yang buruk akhlaknya, tempat tinggal yang
sempit, dan kenderaan yang buruk”.
[Sahih Ibnu Hibban]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Sugersi nama - Bulan Shafar tidak membawa sial - Do'a untuk istri, pembantu, dan kendaraan baru
Gambar makhluq bernyawa itu diharamkan, dalil larangan gambar itu banyak
BalasHapusBaarakallahu fiik
Hapus