Kamis, 25 Februari 2021

Syarah Arba’in hadits (32) Abu Sa'id; Tidak menimbulkan keburukan

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-, Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh membuat kemudharatan (pada diri sendiri) dan membuat kemudharatan pada orang lain."

Hadits ini hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ad-Daraquthniy, dan selainnya dengan sanad yang bersambung. Dan diriwayatkan oleh Imam Malik dalam “Al-Muwattha’” secara mursal (sanad terputus), dari 'Amru bin Yahya [Al-Muzaniy] dari Bapaknya, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ia menjatuhkan Abu Sa’id (dari sanad), dan hadits ini memiliki jalur lain yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudriy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Takhrij hadits Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-.

Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy -rahimahullah- dalam Sunan-nya (4/51) no.3079:

عن عَبْد الْعَزِيزِ بْن مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  «لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ، مَنْ ضَارَّ ضَرَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ»

Dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Ad-Darawardiy menceritakan kepadaku, dari ‘Amr bin Yahya Al-Maziniy, dari bapaknya, dari Abi Sa’id Al-Khudriy, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh ada kerusakan dan tidak boleh memberi kerusakan, barangsiapa yang memberi kerusakan maka Allah akan memberinya kerusakan, dan barangsiapa yang menyusahkan orang lain, maka Allah akan menyusahkannya”.

Sanad ini lemah, karena Abdul ‘Aziz bin Muhammad Ad-Darawardiy[1] seorang yang shaduq namun menyalahi riwayat yang lebih kuat yaitu riwayat imam Malik yang hanya meriwayatkannya secara mursal (terputus).

Nb: Saya tidak mendapatkan hadits ini dalam sunan Ibnu Majah dari riwayat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-. Wallahu a’lam!

Namun matan hadits ini memeliki beberapa penguat (syawahid), diantaranya:

A.     Hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu.

Diriwayatkna oleh Ibnu Majah -rahimahullah- dalam Sunan-Nya (2/784) no.2340:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى أَنْ لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ»

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menetapkan bahwasanya: "Tidak boleh ada kerusakan dan tidak boleh memberi kerusakan"

B.      Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.

Diriwayatkna oleh Ibnu Majah -rahimahullah- dalam Sunan-Nya (2/784) no.2341:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ»

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh ada kerusakan dan tidak boleh memberi kerusakan".

3.      Makna hadits.

Ada beberapa penafsiran ulama tentang hadits ini:

a)      Kalimat (لا ضرر) semakna dengan kalimat (لا ضِرار), disebutkan dua kali untuk menguatkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ» قَالُوا: وَمَا اللَّعَّانَانِ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ النَّاسِ، أَوْ فِي ظِلِّهِمْ» [صحيح مسلم]

“Jauhilah dua yang menyebabkan laknat.”

Sahabat bertanya: Apa itu wahai Rasulullah?

Rasulullah menjawab: “Orang yang buang hajat di jalanan atau di tempat perteduhan”. [Sahih Muslim]

b)      Makna (لا ضرر) tidak boleh merugikan orang lain terlebih dahulu, sedangkan (لا ضِرار) tidak membalas keburukan orang lain dengan keburukan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu!" [Sunan Abi Daud: Shahih]

c)       Makna (لا ضرر) tidak boleh merugikan orang lain sekalipun tanpa sengaja, sedangkan makna (لا ضِرار) tidak boleh merugikan orang lain dengan sengaja.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang makan bawang merah, bawang putih, dan yang sejenisnya, maka jangalah ia mendekati mesjid kami, karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari semua yang mengganggu anak cucu Adam". [Sahih Bukhari dan Muslim]

d)      Makna (لا ضرر) tidak mengambil keuntungan di atas kerugian orang lain, sedangkan makna (لا ضرار) tidak boleh merugikan orang lain sekalipun ia tidak mendapatkan keuntungan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا، فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ: «مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟» قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي» [صحيح مسلم]

Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau pun bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?"

Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah."

Beliau bersabda: "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas makanan agar manusia dapat melihatnya. Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." [Shahih Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ، وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ يَبِيعُ الرَّجُلُ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَلاَ يَخْطُبُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ، وَلاَ تَسْأَلُ المَرْأَةُ طَلاَقَ أُخْتِهَا لِتَكْفَأَ مَا فِي إِنَائِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang kota membeli dari orang desa yang akan menjual di kota (sebelum tahu harga hari itu), dan melarang meninggikan penawaran barang (yang sedang ditawar orang lain dengan maksud menipu), dan melarang seseorang membeli apa yang dibeli (sedang ditawar) oleh saudaranya, melarang pula seseorang meminang (wanita) pinangan saudaranya dan melarang seorang wanita meminta suaminya agar menceraikan isteri lainnya (madunya) dengan maksud periuknya sajalah yang dipenuhi (agar belanja dirinya lebih banyak) ". [Shahih Bukhari dan Muslim]

e)      Makna (لا ضرر) tidak merugikan orang lain, sedangkan makna (لا ضرار) tidak merugikan diri sendiri.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ} [البقرة: 195]

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. [Al-Baqarah:195]

{وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ} [النساء: 29-30]

Dan janganlah kamu membunuh dirimu. [An-Nisaa': 29-30]

4.      Lafadz hadits ini dijadikan oleh ulama sebagai salah satu dari lima kaidah fiqhi yang utama.

Dan dari kaidah ini, lahir beberapa kaidah. Diantaranya:

1)      Kemudharatan harus dihilangkan sesuai kemampuan.

Dari Aisyah -radhiyallahu 'anha-; bahwa Hindu binti ‘Utbah berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ وَلَيْسَ يُعْطِينِي مَا يَكْفِينِي وَوَلَدِي إِلَّا مَا أَخَذْتُ مِنْهُ وَهُوَ لَا يَعْلَمُ؟

"Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah seorang laki-laki yang pelit. Ia tidak memberikan kecukupan nafkah padaku dan anakku, kecuali jika aku mengambil dari hartanya dengan tanpa sepengetahuannya."

Maka beliau bersabda:

«خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ»

"Ambillah dari hartanya sekadar untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي؟ قَالَ: «فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي؟ قَالَ: «قَاتِلْهُ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي؟ قَالَ: «فَأَنْتَ شَهِيدٌ»، قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ؟ قَالَ: «هُوَ فِي النَّارِ»

"Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seorang lelaki yang ingin merampas harta bendaku? '

Beliau menjawab: 'Jangan kamu berikan hartamu kepadanya! '

Laki-laki itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana jika dia hendak membunuhku? '

Beliau menjawab: 'Lawan dia! '

Laki-laki itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana pendapatmu kalau dia berhasil membunuhku? '

Beliau menjawab: 'Maka kamu syahid'.

Dia bertanya lagi, 'Bagaimana pendapatmu jika aku yang berhasil membunuhnya? '

Beliau menjawab: 'Dia yang akan masuk ke dalam api neraka'." [Shahih Muslim]

2)      Suatu kemudharatan tidak boleh dihilangkan dengan melakukan kemudharatan yang sama atau lebih.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- bahwasanya seorang laki-laki pernah berkata; "Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya selalu berupaya untuk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap mereka, tetapi mereka tak acuh kepada saya."

Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

«لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ»

'Jika benar seperti apa yg kamu katakan, maka kamu seperti memberi makan mereka debu yg panas, dan selama kamu berbuat demikian maka pertolongan Allah akan selalu bersamamu.' [Shahih Muslim]

Ø  Dari 'Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ»

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka."

Beliau ditanya: "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?"

Maka beliau bersabda:

«لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، أَلَا مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ، فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ» [صحيح مسلم]

"Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka." [Sahih Muslim]

3)      Melakukan kemudharatan yang lebih ringan untuk menghilangkan kemudharatan yang lebih besar.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 179]

Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. [Al-Baqarah: 179]

{إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [البقرة: 173]

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 173]

Ø  Dari Aisyah -radhiyallahu 'anha-; Bahwa seorang laki-laki meminta izin kepada Nabi -shallalahu 'alaihi wasallam-, ketika beliau melihat orang tersebut, beliau bersabda: 

«بِئْسَ أَخُو الْعَشِيرَةِ وَبِئْسَ ابْنُ الْعَشِيرَةِ»

"Amat buruklah saudara Kabilah ini, atau seburuk-buruk saudara Kabilah ini." Saat orang itu duduk, beliau menampakkan wajahnya yang berseri-seri, setelah orang itu keluar 'Aisyah berkata; "Wahai Rasulullah, ketika anda melihat (kedatangan) orang tersebut, anda berkata seperti ini dan ini, namun setelah itu wajah anda nampak berseri-seri?!

Maka Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

«يَا عَائِشَةُ مَتَى عَهِدْتِنِي فَحَّاشًا إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ»

"Wahai 'Aisyah, kapankah kamu melihatku mengatakan perkataan keji? Sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia karena takut akan kekejiannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

5.      Segala bentuk perilaku yang berdampak buruk pada diri dan orang lain adalah haram.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ} [التوبة: 107، 108]

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang Telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. [At-Taubah: 107-108]

Lihat: ِSyarah Arba'in hadits (14) Ibnu Mas’ud; Haram darah seorang muslim

6.      Merugikan orang lain adalah perbuatan dzalim terhadap diri sendiri.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلَا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [البقرة: 231]

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [Al-Baqarah: 231]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (24) Abu Dzar; Keharaman perbuatan dzalim

7.      Perintah untuk tidak memberi keburukan kepada orang lain.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ} [النساء: 12]

Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). [An-Nisaa’: 12]

{لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ} [البقرة: 233]

Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. [Al-Baqarah: 233]

{أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ} [الطلاق: 6]

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. [Ath-Thalaq: 6]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» [صحيح البخاري]

"Muslim yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «فَيَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَوْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ» قَالُوا: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيَأْمُرُ بِالخَيْرِ» أَوْ قَالَ: «بِالْمَعْرُوفِ» قَالَ: فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «فَيُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ فَإِنَّهُ لَهُ صَدَقَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Wajib bagi setiap muslim untuk bersedekah."

Para sahabat bertanya; "Bagaimana jika ia tidak mendapatkannya? '

Beliau bersabda: 'Berusaha dengan tangannya, sehingga ia bisa memberi manfaat untuk dirinya dan bersedekah.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menolong orang yang sangat memerlukan bantuan.'

Mereka bertanya; 'Bagaimana jika ia tidak bisa melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menyuruh untuk melakukan kebaikan atau bersabda; menyuruh melakukan yang ma'ruf'

Dia berkata; 'Bagaimana jika ia tidak dapat melakukannya? '

Beliau bersabda: 'Menahan diri dari kejahatan, karena itu adalah sedekah baginya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba'in hadits (18) Abu Dzar dan Mu’adz; Perintah bertakwa, berbuat baik, dan berakhlak mulia

8.      Ancaman bagi orang yang memberi keburukan kepada orang lain.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ} [البقرة: 282]

Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. [Al-Baqarah: 282]

Ø  Dari Abu Shirmah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ ضَارَّ أَضَرَّ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ شَاقَّ شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]

"Barangsiapa yang memberi mudharat (kerusakan) kepada orang lain maka Allah akan memberi mudharat kepadanya karena itu, dan barangsiapa yang menyusahkan orang lain maka Allah akan memberi kesusahan padanya". [Sunan Abu Daud: Hasan]

Ø  Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a:

«اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ»

"Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia." [Sahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (31) Sahl; Keutamaan zuhud


[1] Lihat biografi "Ad-Darawardiy" dalam kitab: Ats-Tsiqat karya Al-‘Ijliy 2/97, Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/20, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 5/395, Ats-Tsiqat karya Ibnu Hibban 7/116, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 18/187, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 1/658, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.625.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...