Kamis, 07 Maret 2024

Amalan yang banyak dilalaikan di bulan Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم

Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ " [سنن الترمذي: صحيح]

“Pada awal malam bulan Ramadan setan-setan dibelenggu dan jin yag jahat, pintu-pintu neraka ditutup maka tidak satupun pintu yang terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka maka tidak satu pintu pun yang tertutup, dan ada yang berseru: "Wahai pencari kebaikan, marilah! Dan Wahai pencari keburukan, tinggalkanlah!".” [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Keistimewaan bulan Ramadhan

Rugilah orang yang tidak memenuhi bulan Ramadhan dengan kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ» [سنن الترمذي : صححه الألباني]

"Hinalah orang yang mendapati bulan Ramadhan dan berlalu sebelum dosanya diampuni". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  Dalam riwayat lain:

«أَتَانِي جِبْرِيلُ، فقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْتُ: آمِينَ» [صحيح ابن حبان]

“Jibril mendatangiku dan berdo'a: Wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati bulan Ramadan kemudian ia tidak diampuni dosanya maka Allah menjauhkannya dari rahmat-Nya! Aku berkata: Amiin!” [Sahih Ibnu Hibban]

Lihat: Hadits “Do'a kesengsaraan dari Jibril kepada 3 golongan”

Amalan yang banyak dilalaikan pada bulan Ramadhan.

Diantarnya:

1.      Puasa.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 183]

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. [Al-Baqarah:183]

Ø  Dai Abu Umamah Al-Bahiliy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِي رَجُلَانِ، فَأَخَذَا بِضَبْعَيَّ، فَأَتَيَا بِي جَبَلًا وَعْرًا، فَقَالَا: اصْعَدْ، فَقُلْتُ: إِنِّي لَا أُطِيقُهُ، فَقَالَا: إِنَّا سَنُسَهِّلُهُ لَكَ، فَصَعِدْتُ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِي سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا بِأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ، قُلْتُ: مَا هَذِهِ الْأَصْوَاتُ؟ قَالُوا: هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِي، فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ، مُشَقَّقَةٍ أَشْدَاقُهُمْ، تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ: قُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ"

"Ketika aku tidur, aku didatangi oleh dua orang, lalu memegangi lenganku, dan membawaku ke suatu gunung yang sulit didaki. Keduanya berkata: Naiklah! Maka aku menjawab: Aku tidak sanggup! Keduanya berkata: Kami akan memudahkannya untukmu! Maka akupun menaikinya sampai aku tiba dipuncak gunung, tiba-tiba aku mendengar suara keras, maka aku bertanya: Suara apakah ini? Mereka menjawab: Ini adalah rintihan penduduk neraka! Kemudian ia membawaku, lalu aku melihat satu kaum yang digantung dari mata kakinya, mulut mereka terbelah dan mengeluarkan darah. Aku bertanya: Siapa mereka itu? Ia menjawab: Mereka adalah orang yang berbuka sebelum waktu puasanya selesai. [Shahih Ibnu Khuzaimah]

Hukum orang yang meninggalkan puasa Ramadhan dengan sengaja

Ulama berselisih pendapat dalam hal ini:

Pendapat pertama: Wajib kaffarah dan menggantinya dengan puasa di hari lain.

Alasanya: Dikiaskan dengan orang yang sengaja menggauli istrinya di bulan Ramadhan.

Ini adalah pendapat kebanyakan ulama seperti Ibnu Mubarak, Ats-Tsauriy, Ishaq bin Rahawaih, Abu Hanifah.

Pendapat kedua: Hanya wajib menggantinya dengan puasa di hari lain.

Alasannya:

a)       Ada perbedaan antara membatalkan puasa karena jimak dengan selainnya.

b)      Karena puasa adalah hak Allah jika tidak dilakukan maka akan menjadi utang, dan utang Allah lebih berhak untuk ditunaikan.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: Ya Rasulullah, Sesungguhnya ibuku meninggal dan memiliki utang puasa sebulan, apakah boleh aku menunaikan untuknya?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

"نَعَمْ ، فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى" [صحيح البخاري ومسلم]

"Iya, utang kepada Allah lebih berhak ditunaikan". [Sahih Bukhari dan Muslim]

 Ini adalah madzha Syafi’iy dan Ahmad.

Pendapat ketiga: Tidak ada kaffarah dan tidak bisa menggantinya di hari lain.

Alasannya: Karena puasa punya waktu yang telah ditentukan, dan tidak boleh melakukannya di hari lain kecuali ada alasan syar’i. Berdasarkan kaidah:

"الواجبُ المُؤقَّتُ إذا فَاتَ وَقتُه لا يُقضَى إلا بأمرٍ جَدِيدٍ"

“Kewajiban yang telah ditentutkan waktunya, jika terlewatkan, maka tidak diqadha’ kecuali ada perintah syar’iy yang baru”

Yang mesti dilakukan adalah bertaubat dan memperbanyak puasa sunnah untuk menutupi kesalahannya.

Ini adalah madzhab Ibnu Mas’ud, yang dikuatkan oleh Ibnu Hazm, Syekh Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu ‘Utsaimin rahimahumullah.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhuberkata:

«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ مِنَ اللَّهِ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ، وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ»

“Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah dari Allah maka ia akan bertemu dengan Allah dengan dosanya itu sekalipun ia menggantiknya dengan berpuasa setahun penuh, jika Allah menghendaki Allah mengampuninya, dan jika Allah menghendaki Allah mengadzabnya”. [Mushannaf Abdurrazaq: Hasan]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (29) Jika bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan dan Bab (31) Orang bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan

2.      Shalat lima waktu dan berjama’ah di mesjid.

Ulama berselisih pendapat tentang hukum meninggalkan shalat lima waktu:

Pendapat pertama: Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja hukumnya kafir murtad keluar dari Islam.

Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ»

"Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka dia sungguh telah kafir'." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Pendapat kedua: Kafir kalau mengingkari kewajibannya, dan berdosa besar jika ditinggalkan karena malas.

Dari 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ، كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ» [سنن أبي داود: صححه الشيخ الألباني]

"Lima shalat, Allah mewajibkannya kepada semua hamba, maka barangsiapa yang mendirikannya, tidak melalaikan satupun darinya karena meremehkan haknya maka untuknya di sisi Allah janji akan memasukkannya syurga, dan barangsiapa yang tidak mendirikannya maka tidak ada untuknya di sisi Allah janji, jika Allah menghendaki akan menyiksanya, dan jika Allah menghendaki Allah akan memasukkannya syurga". [Sunan Abu Dawud: Sahih]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia

Hukum puasa orang yang tidak shalat

Ulama yang merajihkan bahwa orang yang sengaja tidak shalat maka dihukumi kafir, sehingga puasanya tidak sah.

Adapun yang berpendapat bahwa ia tidak kafir, maka puasanya diterima, tapi setelah kewajiban shalatnya sempurna.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ " [سنن الترمذي: صحيح]

"Sesungguhnya yang pertama diperiksa pada seorang hamba di hari kiamat dari amalannya adalah shalat-nya, maka jika sempurna maka beruntunglah ia dan selamatlah ia, dan jika rusak maka celakalah ia dan rugilah ia. Kemudian jika ada sesuatu yang kurang dari shalat wajibnya, Allah 'azza wa jalla berfirman: Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka dengannya disempurnakan apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian setelah itu amalan lain diperiksa seperti itu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Laki-laki yang sudah balig wajib shalat berjama’ah di mesjid, kecuali ada udzur.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ، فَيُحْطَبَ، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ، فَيُؤَذَّنَ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ، فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ، أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِينًا، أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ، لَشَهِدَ العِشَاءَ» [صحيح البخاري]

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin memerintahkan seseorang mengumpulkan kayu bakar kemudian aku perintahkan seseorang untuk adzan dan aku perintahkan seseorang untuk memimpin orang-orang shalat. Sedangkan aku akan mendatangi orang-orang (yang tidak ikut shalat berjama'ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seseorang di antara kalian mengetahui bahwa ia akan memperaleh daging yang gemuk, atau dua potongan daging yang bagus, pasti mereka akan mengikuti shalat 'Isya berjama'ah". [Sahih Bukhary dan Muslim]

Lihat: Kewajiban Shalat Jama'ah

3.      Shalat tarawih.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ» [سنن الترمذي: حسن]

“Hendaklah kalian mendirikan salat malam, karena itu adalah amalan rutin orang-orang saleh sebelum kalian, amalan untuk mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus keburukan, dan mencegah dari perbuatan dosa”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah berkata kepadanya:

«يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ»

“Wahai Abdullah, jangan engkau seperti si fulan yang dulunya sering salat malam kemudian ia tinggalkan”. [Sahih Bukhari]

Lihat: Keutaman shalat malam

4.      Mengkhatamkan Al-Qur’an dan memahaminya.

Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah bersabda:

«اقْرَإِ القُرْآنَ فِي شَهْرٍ»

"Bacalah Al Qur`an itu dalam satu bulan."

Aku berkata: "Sesungguhnya aku lebih mampu dari itu."

Beliau bersabda:

«فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ»

"Kalau begitu, bacalah (khatamkanlah) ia dalam tujuh hari, dan janganlah melewati batas itu." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

Ibnu ‘Amr berkata: "Aku sanggup yang lebih banyak dari itu". Dia terus saja mengatakan kemampuannya itu hingga akhirnya Beliau berkata: "Kalau begitu kamu khatamkan dalam tiga hari". [Sahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain: Beliau ﷺ bersabda:

«لَا يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ»

"Tidak akan dapat memahaminya orang yang mengkhatamkan Al Qur'an kurang dari tiga hari." [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata:

"لَوْ طَهُرَتْ قُلُوبُكُمْ مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ" [فضائل الصحابة لأحمد بن حنبل]

"Andai hati kalian bersih maka ia tidak akan puas dengan firman Allah 'azza wajalla". [Fadhail Ash-Shahabah karya Imam Ahmad]

Lihat: Ramadhan; Bulan Al-Qur’an

5.      Memberi makan orang yang berpuasa (sahur dan berbuka).

Zaid bin Khalid Al-Juhaniy -radhiallahu 'anhu- berkata, Rasulullah bersabda:

«مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا»

"Barangsiapa memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala mereka tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda ketika sahur:

«يَا أَنَسُ إِنِّي أُرِيدُ الصِّيَامَ، أَطْعِمْنِي شَيْئًا»، فَأَتَيْتُهُ بِتَمْرٍ وَإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ، وَذَلِكَ بَعْدَ مَا أَذَّنَ بِلَالٌ، فَقَالَ: «يَا أَنَسُ، انْظُرْ رَجُلًا يَأْكُلْ مَعِي»، فَدَعَوْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ، فَجَاءَ، فَقَالَ: إِنِّي قَدْ شَرِبْتُ شَرْبَةَ سَوِيقٍ وَأَنَا أُرِيدُ الصِّيَامَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «وَأَنَا أُرِيدُ الصِّيَامَ»، فَتَسَحَّرَ مَعَهُ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ

"Wahai Anas, aku ingin berpuasa, berilah sedikit makanan." Lalu aku datang dengan membawa kurma dan wadah yang berisi air yaitu setelah Bilal adzan. Lalu beliau bersabda: "Wahai Anas, lihatlah seorang yang -mau- makan bersamaku." Maka aku memanggil Zaid bin Tsabit, lalu ia datang dan berkata; "Aku sudah minum seteguk minuman yang terbuat dari tepung (sawiiq) dan aku ingin berpuasa." Maka Rasulullah bersabda: "Aku juga ingin berpuasa." Lalu beliau sahur bersamanya, kemudian berdiri lalu shalat sunnah dua rakaat, kemudian keluar untuk melaksanakan shalat subuh." [Sunan An-Nasa'iy: Shahih]

Ø  Al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu berkata:

دَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِلَى السَّحُورِ فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: «هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ الْمُبَارَكِ» [سنن أبي داود: صحيح]

Rasulullah mengundangku untuk makan sahur pada Bulan Ramadhan, beliau berkata; "Kemarilah untuk makan siang yang mendapat berkah!" [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Ramadhan dan keutamaan memberi makan dan minum

6.      Bersedekah.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Rasulullah adalah manusia yang paling pemurah (dermawan), dan beliau lebih pemurah lagi pada bulan Ramadhan ketika ditemui oleh Jibril, dan Jibril menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan kemudian mengajarkannya Al-Qur’an. Maka sungguh Rasulullah adalah manusia yang paling pemurah dengan kebaikan seperti angin yang berhembus”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا " [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata: "Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak!" Dan lainnya berkata: "Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit!" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Ramadhan; Bulan kedermawanan

7.      Mengejar malam lailatul Qadr.

Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata;

«كَانَ رَسُولُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ» [صحيح مسلم]

"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." [Shahih Muslim] 

Ø  Dalam riwayat lain;

«كَانَ رَسُولُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Ketika Rasulullah memasuki sepuluh terakhir (Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta menambah ibadahnya dan mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah bersabda:

«إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ، وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ، وَلَا يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ» [سنن ابن ماجه: حسن صحيح]

"Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya, maka dia telah diharamkan kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan." [Sunan Ibnu Majah: Hasan shahih]

Lihat: Malam lailatul Qadr

8.      I’tikaf.

Dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

«أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Bahwa Nabi beri'tikaf (tinggal di mesjid) pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

«كَانَ النَّبِيُّ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشَرَةَ أَيَّامٍ، فَلَمَّا كَانَ العَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا» [صحيح البخاري]

“Nabi selalu beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri'tikaf selama dua puluh hari". [Shahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Bekal dan peran seorang muslimah di bulan Ramadhan - Beberapa kekeliruan yang diabaikan masyarakat di bulan Ramadhan - Meneladani salafushalih menyambut Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...