Senin, 04 Maret 2024

Beberapa kekeliruan yang diabaikan masyarakat di bulan Ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم

Banyak kekeliruan yang terjadi di bulan Ramadhan namun diabaikan oleh umat Islam, diantaranya:

1.     Tidak bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»

"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah (mubarak), Allah 'azza wajalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan itu, dibuka pada bulan itu pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan setan yang jahat dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia betul-betul telah terhalang dari kebaikan". [Sunan An-Nasa'i: Shahih]

Lihat: Menyambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan

2.     Tidak mempelajari fiqhi tentang puasa dan ibadah lain yang diamalkan di bulan Ramadhan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

"Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Lihat: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal

3.     Tidak berpuasa dan berhari raya mengikut pemerintah.

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata;

«تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ أَنِّي رَأَيْتُهُ فَصَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ»

“Orang-orang berusaha untuk melihat hilal, kemudian aku beritahukan kepada Rasulullah bahwa aku telah melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa”. [Sunan Abi Dawud: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ، وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ»

"Berpuasa itu pada hari kalian berpuasa dan berbuka itu pada hari dimana kalian semua berbuka, demikian juga dengan Idul Adha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ، وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ»

"Idul Fitri ialah hari di mana orang-orang berbuka dan Idul Adlha ialah hari di mana orang-orang berkurban." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (11) Jika kalian melihat hilal

4.     Menentukan awal dan akhir Ramadhan dengan metode hisab tanpa ru’yah.

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ، الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلاَثِينَ

"Kita ini adalah ummat yang ummiy, yang tidak biasa menulis dan juga tidak menghitung, satu bulan itu jumlah harinya segini dan segini", yaitu sekali berjumlah dua puluh sembilan dan sekali berikutnya tiga puluh hari. [Shaih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ»

“Puasalah kalian ketika melihat hilal Ramadhan, dan berbukalah (hari ied) ketika melihat hilal Syawal, dan jika pandang kalian terhalangi maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban 30 malam”. [Shaih Bukhari]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (13) "Kita tidak menulis dan tidak menghitung"

5.     Berpuasa pada hari syak (diragukan).

Ammar bin Yasir radiyallahu 'anhuma berkata:

«مَنْ صَامَ اليَوْمَ الَّذِي يَشُكُّ فِيهِ النَّاسُ فَقَدْ عَصَى أَبَا القَاسِمِ ﷺ»

“Barang siapa yang puasa di hari diragukan (mulai tidaknya bulan ramadhan) maka ia telah durhaka kepada Abu Al-Qasim (Rasulullah )”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ»

"Janganlah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari kecuali apabila seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunnat) maka pada hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (14) 'Tidak boleh mendahulukan puasa Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari"

6.     Tidak mengakhirkan sahur.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُؤَخِّرَ سُحُورَنَا، وَنُعَجِّلَ فِطْرَنَا» [صحيح ابن حبان]

“Sesungguhnya kami para nabi diperintahkan untuk mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka”. [Sahih Ibnu Hibban]

Ø  Zaid bin Tsabit radliallahu 'anhu berkata:

«تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ» قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ «قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً»

"Kami pernah makan sahur bersama Nabi kemudian Beliau pergi untuk melaksanakan shalat. Anas bertanya: "Berapa antara adzan (Shubuh) dan sahur?” Dia menjawab: "Sebanyak ukuran bacaan lima puluh ayat (sekitar 20 menit)". [Shahih Bukhari]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (19) Berapa selang waktu antara sahur dan shalat subuh

7.     Tidak memperbanyak do’a saat sahur.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الذاريات: 15 - 18]

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu sahur sebelum fajar. [Adz-Dzaariyaat: 15 - 18]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»

"Tuhan kita tabaraka wata'ala turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berkata: "Siapa yang berdo'a kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberikan, siapa yang memohon ampun pada-Ku akan Kuampuni!" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Waktu-waktu Mustajab untuk berdo''a

8.     Keliru menetapkan waktu imsak.

Waktu imsak menahan makan, minum dan syahwat bagi yang akan berpuasa adalah saat fajar waktu azan salat subuh mulai dikumandangkan. Dalilnya:

a)       Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. [Al-Baqarah:187]

b)      Hadits Ibnu Abbas; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْفَجْرُ فَجْرَانِ: فَجَرٌ يَحْرُمُ فِيهِ الطَّعَامُ وَيَحِلُّ فِيهِ الصَّلَاةُ، وَفَجَرٌ يَحْرُمُ فِيهِ الصَّلَاةُ وَيَحِلُّ فِيهِ الطَّعَامُ» [صحيح ابن خزيمة]

“Fajar itu ada dua: Fajar (shadiq) diharamkan makan (bagi yang mau berpuasa) dan sudah dibolehkan melakukan salat subuh, dan fajar (kadzib beberapa waktu sebelum fajar shadiq) diharamkan melakukan salat subuh dan dihalalkan makan”. [Sahih Ibnu Khuzaimah]

Lihat: Waktu imsak yang benar

9.     Tidak berpuasa tanpa udzur syar’iy.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ مِنَ اللَّهِ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ، وَإِنْ صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ»

“Siapa yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah dari Allah maka ia akan bertemu dengan Allah dengan dosanya itu sekalipun ia menggantiknya dengan berpuasa setahun penuh, jika Allah menghendaki Allah mengampuninya, dan jika Allah menghendaki Allah mengadzabnya”. [Mushannaf Abdurrazaq: Hasan]

10.Tidak megqhada’ puasa yang ditinggalkan saat nifas dengan alasan menyusui.

Mu'adzah -rahimahallah- berkata: Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha seraya berkata:

مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]

Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?' Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah?' Aku menjawab; 'Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.' Dia menjawab; 'Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (40) Wanita haid meninggalkan puasa dan shalat

11.Tidak berpuasa alasan hamil dan menyusui padahal mampu dan tidak membahayakan anaknya.

Dari Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنِ المُسَافِرِ الصَّوْمَ، وَشَطْرَ الصَّلَاةِ، وَعَنِ الحَامِلِ أَوِ المُرْضِعِ الصَّوْمَ»

“Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mewajibkan puasa atas musafir dan memberi keringanan separoh shalat untuknya, dan juga memberi keringan bagi wanita hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (38) {Dan wajib bagi orang-orang yang bisa menjalankan puasa (namun mereka tidak berpuasa) membayar fidyah}

12.Tidak membaca Al-Qur’an dengan baik dan tidak mengamalkannya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ} [البقرة: 121]

Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. [Al-Baqarah:121]

Lihat: Pentingnya mempelajari Al-Qur'an

13.Berpuasa tapi tidak shalat fardhu.

Ulama yang merajihkan bahwa orang yang sengaja tidak shalat maka dihukumi kafir, sehingga puasanya tidak sah.

Adapun yang berpendapat bahwa ia tidak kafir, maka puasanya diterima, tapi setelah kewajiban shalatnya sempurna.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ " [سنن الترمذي: صحيح]

"Sesungguhnya yang pertama diperiksa pada seorang hamba di hari kiamat dari amalannya adalah shalat-nya, maka jika sempurna maka beruntunglah ia dan selamatlah ia, dan jika rusak maka celakalah ia dan rugilah ia. Kemudian jika ada sesuatu yang kurang dari shalat wajibnya, Allah 'azza wa jalla berfirman: Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka dengannya disempurnakan apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian setelah itu amalan lain diperiksa seperti itu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat pembahasan hukum meninggalkan shalat di: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia

14.Berpuasa tapi tidak meninggalkan maskiat dan tidak memperbaiki akhlak.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak mengharapkan darinya untuk meninggalkan makanan dan minumannya".

Ø  Dalam riwayat lain:

«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ ...» [صحيح البخاري]ٍ

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, dan berkelakuan bodoh ...” [Shahih Bukhari]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari;Bab (8) Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya ketika puasa

15.Bermalas-malasan saat berpuasa dan menghabiskan watktu dengan perkara yang tidak bermanfaat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak penting baginya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (12) Abu Hurairah; Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat

16.Tidak berkumur dan sikat gigi saat berpuasa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ الْوُضُوءِ» [مسند أحمد: صحيح]

"Seandainya bukan karena aku akan menyulitkan bagi umatku maka akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap berwudhu". [Musnad Ahmad: Sahih]

Ø  Dalam riwayat lain:

«لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Seandainya bukan karena aku akan menyulitkan bagi umatku atau bagi orang-orang maka akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Laqith bin Shabirah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«بَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ، إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا» [سنن أبي داود: صحيح]

"  Berlebihanlah dalam beristinsyaq, kecuali jika engkau sedang puasa". [Sunan Abi Dawud: Sahih]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (27) Siwak basah dan kering bagi orang yang berpuasa

17.Berbuka puasa secara berlebihan.

Dari Miqdam bin Ma'di Kariib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Tidak ada yang sering dipenuhi oleh seorang manusia yang lebih berbahaya dari pada perutnya, cukupalah anak cucu Adam baginya beberapa suap untuk menguatkan badannya, jika tidak cukup maka jadikanlah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk bernafas." [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Makan dan minum di bulan Ramadhan

18.Tergesa-gesa shalat setelah buka puasa dihidangkan.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ، وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ» [صحيح مسلم]

"Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir hidangan makanan, dan tidak pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ»

"Jika makan malam seseorang dari kalian sudah dihidangkan kemudian iqamah untuk shalat dikumandangkan, maka mulailah dengan makan malam, dan jangan terburu-buru sampai ia selesai dari makannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari;Bab (42), (43) dan (44) Tentang berbuka puasa

19.Tidak mendo’akan orang yang memberi buka puasa.

Anas radiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah mendatangi Sa'ad bin Ubadah, kemudan Sa'ad menghidangkan roti dan minyak. Rasulullah pun memakannya dan berdo'a setelahnya:

«أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ»

"Semoga orang yang berpuasa berbuka di tempatmu, orang-orang baik memakan makananmu, dan para malaikat berselawat (berdo'a) untukmu." [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  Abdullah bin Busr radiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah mendatangi ayahku, kemudian kami menghidangkan makanan, kemudian dihidangkan kurma dan beliau memakannya, kemudian disugukan minuman dan beliau meminumnya dan menyerahkan minuman kepada orang yang berada di samping kanannya.

Kemudian ayahku berkata kepada Rasulullah sewaktu memegang kendali hewan tunggangannya: Berdo'alah untuk kami!

Maka Rasulullah berdo'a:

«اللهُمَّ، بَارِكْ لَهُمْ فِي مَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ»

"Ya Allah .. berkahilah rezki yang Engkau berikan kepada mereka, ampunilah dosa-dosa mereka, dan rahmatilah mereka". [Sahih Muslim]

Lihat: Do’a-do'a makan

20.Wanita tabarruj, memakai parfun dan bercampur dengan laki-laki saat ke mesjid.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ لِامْرَأَةٍ تَطَيَّبَتْ لِهَذَا الْمَسْجِدِ، حَتَّى تَرْجِعَ فَتَغْتَسِلَ غُسْلَهَا مِنَ الجَنَابَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai wewangian karena ingin pergi ke masjid ini, sehingga ia kembali dan mandi sebagaimana ia mandi dari junub." [Sunan Abu Daud: Sahih]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

«لَوْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ رَأَى مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ الْمَسْجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ» [صحيح البخاريٍ ومسلم]

Seandainya Rasulullah melihat apa yang diperbuat wanita jaman sekarang maka ia akan melarang mereka pergi ke mesjid sebagaimana wanita bani Israil dilarang”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Perempuan shalat jama’ah di masjid

21.Tidak shalat tarwih bersama imam sampai akhir.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Sesungguhnya jika seseorang salat malam bersama imam sampai selesai maka dihitung baginya pahala salat semalam penuh”. [Sunan Abu Daud: Shahih]

22.Semangat beribadah berkurang di akhir Ramadhan.

Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata;

«كَانَ رَسُولُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ» [صحيح مسلم]

"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain;

«كَانَ رَسُولُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Ketika Rasulullah memasuki sepuluh terakhir (Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta menambah ibadahnya dan mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)." [Shahih Bukhari dan Muslim]

23.Mengamalkan hadits palsu tentang shalat sunnah di Jum’at terakhir Ramadhan untuk mengadha’ shalat fardhu yang terlewatkan.

Lihat: Takhriij hadits “SOLAT SUNNAT QODHO FAWAIT”

24.Beribadah di bulan Ramadhan dan meninggalkannya setelah Ramadhan.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah berkata kepadanya:

«يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ»

“Wahai Abdullah, jangan engkau seperti si fulan yang dulunya sering salat malam kemudian ia tinggalkan”. [Sahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Meneladani salafushalih menyambut Ramadhan - Andai ini Ramadhan terakhirku! - Ramadhan dan keutamaan memberi makan dan minum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...