بسم الله الرحمن الرحيم
Banyak
kekeliruan yang terjadi di bulan Ramadhan namun diabaikan oleh umat Islam, diantaranya:
1. Tidak
bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، لِلَّهِ فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ»
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah (mubarak),
Allah 'azza wajalla mewajibkan atas kalian untuk berpuasa pada bulan
itu, dibuka pada bulan itu pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka, dan
setan yang jahat dibelenggu. Pada bulan itu Allah memiliki satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya
berarti ia betul-betul telah terhalang dari kebaikan". [Sunan An-Nasa'i:
Shahih]
Lihat:
Menyambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan
2. Tidak
mempelajari fiqhi tentang puasa dan ibadah lain yang diamalkan di bulan Ramadhan.
Dari Anas
bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ» [سنن ابن
ماجه: صححه الألباني]
"Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim". [Sunan Ibnu Majah:
Shahih]
Lihat:
Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal
3. Tidak
berpuasa dan berhari raya mengikut pemerintah.
Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma
berkata;
«تَرَاءَى النَّاسُ الْهِلَالَ فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ أَنِّي رَأَيْتُهُ فَصَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ»
“Orang-orang berusaha untuk melihat hilal,
kemudian aku beritahukan kepada Rasulullah ﷺ bahwa aku telah melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan
memerintahkan orang-orang agar berpuasa”. [Sunan Abi Dawud: Shahih]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi Shallallaahu
'alaihi wasallam bersabda:
«الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ، وَالْفِطْرُ
يَوْمَ تُفْطِرُونَ، وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ»
"Berpuasa itu pada hari kalian
berpuasa dan berbuka itu pada hari dimana kalian semua berbuka, demikian juga
dengan Idul Adha, yaitu pada hari kalian semuanya berkurban." [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
Ø Dari 'Aisyah radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ، وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي
النَّاسُ»
"Idul Fitri ialah hari di
mana orang-orang berbuka dan Idul Adlha ialah hari di mana orang-orang
berkurban." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (11) Jika kalian melihat hilal
4. Menentukan awal
dan akhir Ramadhan dengan metode hisab tanpa ru’yah.
Dari Ibnu
'Umar radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّا أُمَّةٌ
أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ، الشَّهْرُ هَكَذَا وَهَكَذَا» يَعْنِي
مَرَّةً تِسْعَةً وَعِشْرِينَ، وَمَرَّةً ثَلاَثِينَ
"Kita
ini adalah ummat yang ummiy, yang tidak biasa menulis dan juga tidak
menghitung, satu bulan itu jumlah harinya segini dan segini", yaitu sekali
berjumlah dua puluh sembilan dan sekali berikutnya tiga puluh hari.
[Shaih Bukhari]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«صُومُوا
لِرُؤْيَتِهِ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا
عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ»
“Puasalah kalian ketika melihat hilal
Ramadhan, dan berbukalah (hari ied) ketika melihat hilal Syawal, dan jika
pandang kalian terhalangi maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban 30 malam”.
[Shaih Bukhari]
5. Berpuasa
pada hari syak (diragukan).
Ammar
bin Yasir radiyallahu
'anhuma berkata:
«مَنْ
صَامَ اليَوْمَ الَّذِي يَشُكُّ فِيهِ النَّاسُ فَقَدْ عَصَى أَبَا القَاسِمِ ﷺ»
“Barang
siapa yang puasa di hari diragukan (mulai tidaknya bulan ramadhan) maka ia
telah durhaka kepada Abu Al-Qasim (Rasulullah ﷺ)”. [Sunan
Tirmidzi: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ
يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ
الْيَوْمَ»
"Janganlah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa
satu atau dua hari kecuali apabila seseorang sudah biasa melaksanakan puasa
(sunnat) maka pada hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya".
[Shahih Bukhari dan Muslim]
6. Tidak
mengakhirkan sahur.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّا مَعْشَرَ
الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُؤَخِّرَ سُحُورَنَا، وَنُعَجِّلَ فِطْرَنَا» [صحيح ابن حبان]
“Sesungguhnya
kami para nabi diperintahkan untuk mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka”.
[Sahih Ibnu Hibban]
Ø Zaid bin Tsabit radliallahu 'anhu berkata:
«تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ» قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ «قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً»
"Kami pernah makan sahur bersama Nabi ﷺ
kemudian Beliau pergi untuk melaksanakan shalat. Anas bertanya: "Berapa antara adzan
(Shubuh) dan sahur?” Dia menjawab:
"Sebanyak ukuran bacaan lima puluh ayat (sekitar 20 menit)". [Shahih
Bukhari]
7. Tidak
memperbanyak do’a saat sahur.
Allah
subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
(15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ
مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17)
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الذاريات: 15 - 18]
Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata
air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu
sahur sebelum fajar.
[Adz-Dzaariyaat: 15 - 18]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ»
"Tuhan kita tabaraka wata'ala turun setiap malam ke langit dunia
pada sepertiga malam terakhir dan berkata: "Siapa yang berdo'a kepada-Ku
akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberikan, siapa yang
memohon ampun pada-Ku akan Kuampuni!" [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Waktu-waktu Mustajab untuk berdo''a
8. Keliru
menetapkan waktu imsak.
Waktu
imsak menahan makan, minum dan syahwat bagi yang akan berpuasa adalah saat
fajar waktu azan salat subuh mulai dikumandangkan. Dalilnya:
a)
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَكُلُوا وَاشْرَبُوا
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ
الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]
Dan
makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. [Al-Baqarah:187]
b)
Hadits Ibnu Abbas; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«الْفَجْرُ
فَجْرَانِ: فَجَرٌ يَحْرُمُ فِيهِ الطَّعَامُ وَيَحِلُّ فِيهِ الصَّلَاةُ،
وَفَجَرٌ يَحْرُمُ فِيهِ الصَّلَاةُ وَيَحِلُّ فِيهِ الطَّعَامُ» [صحيح ابن خزيمة]
“Fajar
itu ada dua: Fajar (shadiq) diharamkan makan (bagi yang mau berpuasa)
dan sudah dibolehkan melakukan salat subuh, dan fajar (kadzib beberapa waktu
sebelum fajar shadiq) diharamkan melakukan salat subuh dan dihalalkan makan”.
[Sahih Ibnu Khuzaimah]
Lihat:
Waktu imsak yang benar
9. Tidak
berpuasa tanpa udzur syar’iy.
Ibnu
Mas’ud radhiyallahu
'anhu berkata:
«مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا
مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ مِنَ اللَّهِ لَقِيَ اللَّهَ بِهِ، وَإِنْ
صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ»
“Siapa
yang tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa ada rukhsah dari Allah maka
ia akan bertemu dengan Allah dengan dosanya itu sekalipun ia menggantiknya
dengan berpuasa setahun penuh, jika Allah menghendaki Allah mengampuninya, dan
jika Allah menghendaki Allah mengadzabnya”. [Mushannaf Abdurrazaq: Hasan]
10.Tidak
megqhada’ puasa yang ditinggalkan saat nifas dengan alasan menyusui.
Mu'adzah
-rahimahallah- berkata: Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha seraya
berkata:
مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ.
فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي
أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ،
وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]
Kenapa
wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?' Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah?' Aku menjawab; 'Aku bukan Haruriyah, akan
tetapi aku hanya bertanya.' Dia menjawab; 'Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan
untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih
Muslim]
11.Tidak
berpuasa alasan hamil dan menyusui padahal mampu dan tidak membahayakan anaknya.
Dari Anas
bin Malik -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ عَنِ المُسَافِرِ
الصَّوْمَ، وَشَطْرَ الصَّلَاةِ، وَعَنِ الحَامِلِ أَوِ المُرْضِعِ الصَّوْمَ»
“Sesungguhnya
Allah Ta'ala tidak mewajibkan puasa atas musafir dan memberi keringanan
separoh shalat untuknya, dan juga memberi keringan bagi wanita hamil dan
menyusui untuk tidak berpuasa". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
12.Tidak
membaca Al-Qur’an dengan baik dan tidak mengamalkannya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ
أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
[البقرة: 121]
Orang-orang yang telah kami berikan Al
Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu
beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah
orang-orang yang rugi. [Al-Baqarah:121]
Lihat: Pentingnya mempelajari
Al-Qur'an
13.Berpuasa
tapi tidak shalat fardhu.
Ulama
yang merajihkan bahwa orang yang sengaja tidak shalat maka dihukumi kafir,
sehingga puasanya tidak sah.
Adapun
yang berpendapat bahwa ia tidak kafir, maka puasanya diterima, tapi setelah
kewajiban shalatnya sempurna.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
" إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ
مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ
فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ
الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ
بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى
ذَلِكَ " [سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya yang pertama diperiksa pada seorang hamba di hari kiamat
dari amalannya adalah shalat-nya, maka jika sempurna maka beruntunglah ia dan
selamatlah ia, dan jika rusak maka celakalah ia dan rugilah ia. Kemudian jika
ada sesuatu yang kurang dari shalat wajibnya, Allah 'azza wa jalla
berfirman: Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah. Maka dengannya
disempurnakan apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian setelah itu amalan
lain diperiksa seperti itu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat pembahasan hukum meninggalkan shalat di: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia
14.Berpuasa
tapi tidak meninggalkan maskiat dan tidak memperbaiki akhlak.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ
لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ
يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»
"Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak
mengharapkan darinya untuk meninggalkan makanan dan minumannya".
Ø
Dalam riwayat lain:
«مَنْ لَمْ يَدَعْ
قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ وَالجَهْلَ ...» [صحيح البخاري]ٍ
"Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, dan berkelakuan
bodoh ...” [Shahih Bukhari]
15.Bermalas-malasan
saat berpuasa dan menghabiskan watktu dengan perkara yang tidak bermanfaat.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ» [سنن ابن
ماجه: صحيح]
"Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak
penting baginya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Lihat:
Syarah Arba'in Nawawiy, hadits (12) Abu Hurairah;
Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
16.Tidak
berkumur dan sikat gigi saat berpuasa.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي، لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ
مَعَ الْوُضُوءِ» [مسند أحمد: صحيح]
"Seandainya bukan karena aku akan menyulitkan bagi umatku maka akan aku
perintahkan mereka bersiwak setiap berwudhu". [Musnad Ahmad: Sahih]
Ø Dalam riwayat lain:
«لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ
لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلاَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Seandainya bukan karena aku akan menyulitkan bagi umatku atau bagi
orang-orang maka akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap hendak
shalat". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Laqith bin
Shabirah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«بَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ، إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا» [سنن أبي
داود: صحيح]
"
Berlebihanlah dalam
beristinsyaq, kecuali jika engkau sedang puasa". [Sunan Abi Dawud: Sahih]
17.Berbuka
puasa secara berlebihan.
Dari Miqdam
bin Ma'di Kariib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ
آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ
لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Tidak ada yang sering dipenuhi oleh seorang manusia yang lebih berbahaya
dari pada perutnya, cukupalah anak cucu Adam baginya beberapa suap untuk
menguatkan badannya, jika tidak cukup maka jadikanlah sepertiga perutnya untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk bernafas."
[Sunan Tirmidzi: Sahih]
Lihat:
Makan dan minum di bulan Ramadhan
18.Tergesa-gesa
shalat setelah buka puasa dihidangkan.
Dari Aisyah
radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ، وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ
الْأَخْبَثَانِ» [صحيح مسلم]
"Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir hidangan makanan, dan tidak
pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih Muslim]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ،
فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ»
"Jika makan malam seseorang dari kalian sudah dihidangkan kemudian iqamah
untuk shalat dikumandangkan, maka mulailah dengan makan malam, dan jangan
terburu-buru sampai ia selesai dari makannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari;Bab (42), (43) dan (44) Tentang berbuka puasa
19.Tidak
mendo’akan orang yang memberi buka puasa.
Anas radiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ mendatangi Sa'ad bin Ubadah, kemudan Sa'ad
menghidangkan roti dan minyak. Rasulullah pun memakannya dan berdo'a
setelahnya:
«أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ
عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ»
"Semoga
orang yang berpuasa berbuka di tempatmu, orang-orang baik memakan makananmu,
dan para malaikat berselawat (berdo'a) untukmu." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Abdullah bin Busr radiyallahu
'anhuma berkata: Rasulullah ﷺ
mendatangi ayahku, kemudian kami menghidangkan makanan, kemudian dihidangkan
kurma dan beliau memakannya, kemudian disugukan minuman dan beliau meminumnya
dan menyerahkan minuman kepada orang yang berada di samping kanannya.
Kemudian ayahku berkata kepada Rasulullah
sewaktu memegang kendali hewan tunggangannya: Berdo'alah untuk kami!
Maka Rasulullah ﷺ berdo'a:
«اللهُمَّ، بَارِكْ
لَهُمْ فِي مَا رَزَقْتَهُمْ، وَاغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ»
"Ya Allah .. berkahilah rezki yang
Engkau berikan kepada mereka, ampunilah dosa-dosa mereka, dan rahmatilah
mereka". [Sahih Muslim]
Lihat:
Do’a-do'a makan
20.Wanita tabarruj,
memakai parfun dan bercampur dengan laki-laki saat ke mesjid.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«لَا
تُقْبَلُ صَلَاةٌ لِامْرَأَةٍ تَطَيَّبَتْ لِهَذَا الْمَسْجِدِ، حَتَّى تَرْجِعَ
فَتَغْتَسِلَ غُسْلَهَا مِنَ الجَنَابَةِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Tidak
akan diterima shalat seorang wanita yang memakai wewangian karena ingin pergi
ke masjid ini, sehingga ia kembali dan mandi sebagaimana ia mandi dari
junub." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø
Aisyah radhiyallahu
'anha berkata:
«لَوْ أَنَّ
رَسُولَ اللهِ ﷺ رَأَى مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ
الْمَسْجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ» [صحيح البخاريٍ ومسلم]
“Seandainya
Rasulullah ﷺ melihat apa yang diperbuat wanita jaman
sekarang maka ia akan melarang mereka pergi ke mesjid sebagaimana wanita bani
Israil dilarang”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Perempuan shalat jama’ah di masjid
21.Tidak shalat
tarwih bersama imam sampai akhir.
Dari Abu
Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ
حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Sesungguhnya
jika seseorang salat malam bersama imam sampai selesai maka dihitung baginya
pahala salat semalam penuh”. [Sunan Abu Daud: Shahih]
22.Semangat
beribadah berkurang di akhir Ramadhan.
Aisyah -radhiallahu 'anha-
berkata;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا
يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ» [صحيح مسلم]
"Pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan
Rasulullah ﷺ lebih
giat beribadah melebihi hari-hari selainnya." [Shahih Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ketika Rasulullah ﷺ memasuki sepuluh terakhir
(Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail)
dan membangunkan keluarganya serta menambah ibadahnya dan mengencangkan ikatan
kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
23.Mengamalkan
hadits palsu tentang shalat sunnah di Jum’at terakhir Ramadhan untuk mengadha’
shalat fardhu yang terlewatkan.
Lihat:
Takhriij hadits “SOLAT SUNNAT QODHO FAWAIT”
24.Beribadah di
bulan Ramadhan dan meninggalkannya setelah Ramadhan.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah ﷺ berkata kepadanya:
«يَا عَبْدَ اللَّهِ، لاَ تَكُنْ
مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ، فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ»
“Wahai Abdullah, jangan engkau
seperti si fulan yang dulunya sering salat malam kemudian ia tinggalkan”.
[Sahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Lihat
juga: Meneladani salafushalih menyambut Ramadhan - Andai ini Ramadhan terakhirku! - Ramadhan dan keutamaan memberi makan dan minum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...