بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Anas radhiyallahu
'anhu, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: "Allah ta'alaa berfirman: "Wahai anak cucu Adam, tidaklah
engkau berdoa kepadaKu dan berharap kepadaKu melainkan Aku ampuni dosa yang ada
padamu dan Aku tidak perduli. Wahai anak cucu Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai setinggi langit kemudian engkau meminta ampun kepadaKu niscaya Aku
akan mengampunimu. Wahai anak cucu Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan
membawa kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dengan tidak menyekutukan
sesuatu denganKu niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh
bumi."
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan ia berkata: “Hasan Shahih”.
Penjelasan singkat
hadits ini:
1. Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Keutamaan berdo’a.
Diantaranya:
a)
Mengampuni dosa-dosa.
b)
Ibadah yang mulia di sisi Allah subhanahu wata'alaa.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَيْسَ
شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ» [سنن الترمذي: حسن]
“Tidak ada yang lebih mulia
di sisi Allah dari pada do'a”. [Sunan Tirmidzi: Hasan]
c)
Menahan takdir buruk.
Dari Salman radhiyallahu
‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا
يَرُدُّ القَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ، وَلَا يَزِيدُ فِي العُمْرِ إِلَّا البِرُّ»
[سنن الترمذي: حسنه الشيخ الألباني]
“Tidak ada yang bisa
menolak takdir selain do'a, dan tidak ada yang bisa menambah umur selain kebaikan”.
[Sunan Tirmidzi: Hasan]
Lihat: Keutamaan berdo’a
3. Keutamaan sifat Rajaa’ (Berharap hanya kepada
Allah).
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ
رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [البقرة:
218]
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
[Al-Baqarah: 218]
Lihat:
Sifat Ar-Rajaa’: Berharap hanya
kepada Allah
4. Keutamaan istigfar dan taubat.
Diantaranya:
1) Allah mengampuni segala jenis dosa dengan taubat.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا
عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [الزمر:
53 - 54]
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
[Az-Zumar: 53 - 54]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam
hadits qudsi:
«أَذْنَبَ
عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ
اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا
فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ
عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ » [صحيح البخاري، ومسلم]
Seorang hamba melakukan suatu dosa lalu berkata: Ya Allah .. ampunilah
dosaku. Allah tabaaraka wa ta'aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu
kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia
hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah
dosaku. Allah tabaaraka wa ta'aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu
kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia
hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah
dosaku. Allah tabaaraka wa ta'aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu
kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.
Berbuatlah sesukamu .. maka Aku akan mengampunimu (selama engkau bertaubat).
[Sahih Bukhari dan Muslim]
2) Allah gembira dengan taubat hambaNya.
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَلَّهُ أَشَدُّ
فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى
رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ
وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ
أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً
عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللهُمَّ
أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ " [صحيح
مسلم]
"Sungguh kegembiraan Allah karena tobatnya
hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan
tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut
lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa
putus asa untuk menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon,
namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di
sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata; 'Ya Allah
Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.' Dia telah salah berdoa karena terlalu
senang.' [Shahih Muslim]
Lihat: Taubat, kenapa tidak?!
5. Keutamaan mati dalam keadaan mentauhidkan Allah.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ
سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ
تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي
الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عَنْ ذَلِكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ
لَا فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ
الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ
مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ
فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ»
[سنن ابن ماجه: صحيح]
“Seorang dari umatku dipanggil
pada hari kiamat di depan semua makluk. Lalu diperlihatkan untuknya 99 buku
besar berisi dosa-dosanya, setiap buku panjangnya sejauh mata memandang.
Kemudian Allah berkata padanya: Apakah ada yang engkau ingkari dari buku-buku
tersebut? Apakah malaikat pencatatku mendzalimu kamu? Apakah kamu punya alasan?
Sang hamba menjawab: Tidak , Ya Rab. Allah bertanya lagi: Apakah kamu punya
kebaikan? Sang hamba dengan rasa malu menjawab: Tidak ada ya Rab. Allah
berkata: Tapi engkau punya kebaikan pada kami, dan pada hari ini kamu tidak
akan didzalimi. Lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu berisi dua kalimat
syahadat. Sang hamba bertanya: Ya Rab .. apa yang bisa diperbuat oleh kartu ini
dengan buku-buku besar itu? Allah menjawab: Kamu tidak akan didzalimi. Lalu
buku-buku besar itu ditaruh pada satu piring timbangan dan kartu itu di piring
yang satunya lagi, tiba-tiba buku-buku besar itu terangkat dan kartu itu berat
di timbangan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (2): Keutamaan Tauhid, dan yang menghapuskan dosa
6. Allah tidak mengampuni orang yang mati dengan membawa
dosa syirik.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ}
[النساء: 48] [النساء: 116]
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar. [An-Nisaa:48] [An-Nisaa:116]
{إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun". [Al-Maidah:72]
Ø
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
لَقِىَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ
بِهِ دَخَلَ النَّارِ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang bertemu
dengan Allah tampa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, ia akan masuk surga.
Dan barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan musyrik, ia akan masuk
neraka”. [Sahih Muslim]
Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (4); Takut dari perbuatan syirik
7. Bantahan kepada kaum Khawarij dan Mu’tazilah yang
menghukumi pelaku dosa besar dengan kekekalan dalam neraka.
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau memakai
baju putih dan sedang tidur. Kemudian aku mendatanginya lagi dan telah bangun
sambil bersabda:
«مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى
ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Tidak seorang hamba pun yang mengatakan "tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah" kemudaian mati dengan keyakinan itu kecuali
ia akan masuk surga”.
Aku bertanya: Sekalipun ia telah berzina dan mencuri?
Rasulullah menjawab:
«وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ»
“Sekalipun ia telah berzina dan mencuri.”
Aku bertanya lagi: Sekalipun ia telah berzina dan mencuri?
Rasulullah menjawab:
«وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ»
“Sekalipun ia telah berzina dan mencuri.”
Aku bertanya lagi: Sekalipun ia telah berzina dan mencuri?
Rasulullah menjawab:
«وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ»
“Sekalipun ia telah berzina dan mencuri, hinalah Abi Dzar.”
Abu Dzar jika menyampaikan hadits ini selalu mengatakan: Hinalah Abi
Dzar. [Sahih Bukhari]
8. Betapa besar rahmat dan kasih sayang Allah kepada
hambaNya.
Umar bin Al-Khatthab radhiallahu'anhu
berkata;
قَدِمَ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ، فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ
السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي، إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي
السَّبْيِ أَخَذَتْهُ، فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً
وَلَدَهَا فِي النَّارِ» قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ
تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Rasulullah ﷺ pernah memperoleh beberapa orang tawanan
perang. Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang perempuan yang biasa
menyusui anak kecil, apabila dia mendapatkan anak kecil dalam tawanan tersebut,
maka ia akan mengambilnya dan menyusuinya, lalu Nabi ﷺ
bersabda kepada kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan
bayinya ke dalam api? ' Kami menjawab; 'Sesungguhnya ia tidak akan tega
melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari
api tersebut.' Lalu beliau bersabda, 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap
hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya.' [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (41) Ibnu ‘Amr; Nafsu harus tunduk pada tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...