بسم الله الرحمن الرحيم
Ulama berkata: Taubat dari setiap dosa
hukumnya wajib, jika maksiat tersebut berkaitan antara hamba dan Allah ta’aalaa,
tidak berkaitan dengan hak hamba yang lain, maka syaratnya ada tiga:
Pertama: Meninggalkan maksiat.
Kedua: Menyesali atas perbuatannya.
Dari
Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«النَّدَمُ تَوْبَةٌ»
"Penyesalan adalah bentuk
taubat." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ketiga: Bertekad untuk tidak kembali terjerumus
untuk selamanya.
Jika salah satu dari tiga ini tidak
terpenuhi maka taubatnya tidak sah.
Adapun jika maksiatnya berkaitan dengan
hak hamba yang lain, maka syaratnya menjadi empat ditambah satu dari yang tiga
di atas yaitu:
Melepaskan diri dari hak orang yang ia
dzalimi. Jika berupa harta atau semisalnya maka ia mengembalikan kepadanya.
Dan jika berupa hukum had atau
semisalnya maka ia menyerahkan diri atau meminta maaf darinya. Dan jika berupa
gibah maka ia meminta penghalalan darinya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ،
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ،
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ
عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat
aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia
meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang
ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka
(nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya
sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya".
[Shahih Bukhari]
Dan wajib bertaubat dari seluruh
maksiat, namun jika ia hanya bertaubat dari sebagiannya maka taubatnya sah dari
maksiat tersebut menurut ulama, dan tersisa darinya apa yang belum ia taubati.
Dalil kewajiban taubat sangat jelas dari
Al-Qur’an, hadits, dan kesepakatan umat.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا
الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [النور: 31]
Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An-Nuur: 31]
{وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ} [هود: 3]
Dan hendaklah kamu meminta
ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. [Huud:3]
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا
إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحاً} [التحريم: 8]
Wahai
orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang
semurni-murninya. [At-Tahrim: 8]
Hadits
pertama dan kedua
1/13- وعَنْ أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه
قالَ: سمِعتُ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَقُولُ: "واللَّه
إِنِّي لأَسْتَغْفرُ الله، وَأَتُوبُ إِليْه، في اليَوْمِ، أَكثر مِنْ سَبْعِين
مرَّةً " رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Demi
Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada
Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." [Diriwayatkan oleh
Bukhari]
2/14- وعن الأَغَرِّ بْن يَسار المُزنِيِّ
رضي الله عنه قال: قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "يَا أَيُّها
النَّاس تُوبُوا إِلى اللَّهِ واسْتغْفرُوهُ فإِني أَتوبُ في اليَوْمِ مائة
مَرَّة" رواه مسلم.
Dan dari Al-Agarr bin Yasar Al-Muzaniy radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 'Wahai manusia, bertobatlah
kepada Allah dan mintalah ampunan-Nya, karena aku bertobat seratus kali dalam
sehari.' [Diriwayatkan oleh Muslim]
Penjelasan singkat dua
hadits di atas:
1.
Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Lihat: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
2.
Biografi
Al-Agar bin Yasar Al-Muzaniy radhiyallahu 'anhu.
Ia
termasuk shabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang hijrah di awal.
3.
Perintah
bertaubat dan istigfar.
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
«يَا
أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ
مِائَةَ مَرَّةٍ». [صحيح مسلم]
“Wahai
manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat
kepada-Nya dalam sehari 100 kali”. [Sahih Muslim]
Ø
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ
لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ:
«رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ». [سنن أبى داود: صحيح]
Kami menghitung dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam satu majlis sebanyak 100 kali mengucapkan: "Ya Tuhanku ..
ampunilah aku dan terimalah taubatku, Sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
4.
Kenapa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak bertaubat dan istigfar.
Dari Al-Aghar
Al-Muzaniy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ»
"Sesungguhnya hatiku terkadang dilalaikan (dari dzikir kepada Allah),
maka aku beristighfar seratus kali dalam sehari." [Shahih Muslim]
Lihat:
Apakah para Nabi maksum dari dosa kecil?
5.
Jika
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak bertaubat dan istigfar padahal
sudah mendapat jaminan ampunan dosa, bagaimana dengan kita?!
Lihat:
Taubat, kenapa tidak?!
Hadits
ketiga
3/ 15- وعنْ أبي حَمْزَةَ أَنَس بنِ مَالِكٍ
الأَنْصَارِيِّ خَادِمِ رسولِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، رضي الله عنه
قال: قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "للَّهُ أَفْرحُ بتْوبةِ
عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سقطَ عَلَى بعِيرِهِ وقد أَضلَّهُ في أَرضٍ فَلاةٍ"،
متفقٌ عليه.
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik
Al-Anshariy pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam -radhiallahu'anhu-
dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah
lebih gembira dengan tobat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang
mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas."
[Muttafaqun ‘alaihi]
وفي رواية لمُسْلمٍ: "للَّهُ أَشدُّ فَرَحاً بِتَوْبةِ عَبْدِهِ
حِين يتُوبُ إِلْيهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى راحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فلاةٍ،
فانْفلتتْ مِنْهُ وعلَيْها طعامُهُ وشرَابُهُ فأَيِسَ مِنْهَا، فأَتَى شَجَرةً
فاضْطَجَعَ في ظِلِّهَا، وقد أَيِسَ مِنْ رَاحِلتِهِ، فَبَيْنما هوَ كَذَلِكَ إِذْ
هُوَ بِها قَائِمة عِنْدَهُ، فَأَخذ بِخطامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الفَرحِ:
اللَّهُمَّ أَنت عبْدِي وأَنا ربُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الفرح".
Dan dalam riwayat Muslim: "Sungguh
kegembiraan Allah karena tobatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang
dari kalian terhadap hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas,
namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan
minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali.
kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia
mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera mengambil tali
kekangnya kemudian berkata; 'Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.' Dia
telah salah berdoa karena terlalu senang.'
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1.
Biografi
Anas radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Allah
‘azza wajalla gembira dengan taubat hambaNya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا تَوَطَّنَ رَجُلٌ مُسْلِمٌ الْمَسَاجِدَ لِلصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ
إِلَّا تَبَشْبَشَ اللَّهُ لَهُ كَمَا يَتَبَشْبَشُ أَهْلُ الْغَائِبِ
بِغَائِبِهِمْ إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِمْ» [سنن ابن ماجه: صححه
الألباني]
“Seseorang
muslim tidak rutin ke mesjid untuk shalat dan dzikir kecuali Allah gembira
untuknya sebagaimana gembira keluarga orang yang pergi jauh jika ia kembali
kepada mereka”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
3.
Allah
memaafkan kesalahan yang tidak disengaja.
Dari Abi Dzar Al-Gifariy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ،
وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memaafkan
dari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan
sesuatu yang dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
4.
Berkah
menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ} [الطلاق: 3]
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. [Ath-Thalaq: 3]
Ø Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu berkata:
"Barangsiapa yang membaca ketika pagi dan sore:
«حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ»
"Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan
yang memiliki 'Arsy yang agung"; Tujuh kali, maka Allah akan mencukupi apa
yang menjadi keperluannya". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
5.
Terlalu
gembira, sedih, atau marah, terkadang membuat orang keliru tanpa sadar.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ
غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي أَعَجِلْتُمْ
أَمْرَ رَبِّكُمْ وَأَلْقَى الْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ
إِلَيْهِ} [الأعراف: 150]
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah
dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang
kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji
Tuhanmu?” Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut)
kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. [Al-A'raaf:
150-151]
Hadits keempat, kelima,
dan keenam
4/16- وعن أبي مُوسى عَبْدِ اللَّهِ بنِ
قَيْسٍ الأَشْعَرِيِّ، رضِي الله عنه، عن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قَالَ: "إِن الله تَعَالَى يبْسُطُ يدهُ بِاللَّيْلِ ليتُوب مُسيءُ
النَّهَارِ، وَيبْسُطُ يَدهُ بالنَّهَارِ ليَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مغْرِبِها" رواه مسلم.
Dari Abu Musa Abdullah bin Qais
Al-Asy’ariy -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Allah 'azza wajalla akan senantiasa membuka
lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat
dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang
hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang
demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat." [Diriwayatkan
oleh Muslim]
5/17- وعَنْ أبي هُريْرةَ رضي الله عنه
قَالَ: قالَ رَسُول اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "مَنْ تَابَ قَبْلَ
أَنْ تطلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مغْرِبِهَا تَابَ الله علَيْه" رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang taubat sebelum matahari terbit dari barat, Allah terima taubatnya”. [Diriwayatkan oleh Muslim]
6/18- وعَنْ أبي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ
اللَّهِ بنِ عُمرَ بن الخطَّاب رضيَ اللهُ عنهما عن النَّبيِّ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "إِنَّ الله عزَّ وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَا لَم
يُغرْغرِ "رواه الترمذي وقال: حديث حسنٌ.
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar
bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba selama
nyawanya belum sampai ke tenggorokan." [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy,
dan ia berkata: Hadits ini hasan]
Penjelasan singkat 3
hadits di atas:
1.
Biografi
Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3.
Allah
senantiasa menerima taubat hambaNya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [الزمر: 53]
Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [Az-Zumar: 53 - 54]
4.
Batas
diterimanya taubat sebelum datang hari kiamat atau kematian.
Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي
تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا
لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا} [النساء: 18]
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah
dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal
kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya
saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang
yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami
sediakan siksa yang pedih. [An-Nisaa':18]
Hadits ketujuh
7/19- وعَنْ زِرِّ بْنِ حُبْيشٍ قَال:
أَتيْتُ صفْوانَ بْنِ عسَّالٍ رضِي الله عنْهُ أَسْأَلُهُ عَن الْمَسْحِ عَلَى
الْخُفَّيْنِ فَقالَ: مَا جَاءَ بِكَ يَا زِرُّ؟ فقُلْتُ: ابْتغَاءُ الْعِلْمِ،
فقَال: إِنَّ الْملائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحتِها لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضاء بمَا
يَطلُبُ، فَقلْتُ: إِنَّه قدْ حَكَّ في صدْرِي الْمسْحُ عَلَى الْخُفَّيْنِ بَعْدَ
الْغَائِطِ والْبوْلِ، وكُنْتَ امْرَءاً مِنْ أَصْحاب النَّبِيِّ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم، فَجئْت أَسْأَلُكَ: هَلْ سمِعْتَهُ يذْكرُ في ذَلِكَ شيْئاً؟
قَالَ: نعَمْ كانَ يأْمُرنا إِذَا كُنا سَفراً أوْ مُسافِرين أَن لا ننْزعَ
خفافَنا ثَلاثَةَ أَيَّامٍ ولَيَالِيهنَّ إِلاَّ مِنْ جنَابةٍ، لكِنْ مِنْ غائطٍ
وبْولٍ ونْومٍ. فقُلْتُ: هَل سمِعتهُ يذكُر في الْهوى شيْئاً؟ قَالَ: نعمْ كُنَّا
مَع رسولِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في سفرٍ، فبيْنا نحنُ عِنْدهُ إِذ
نادَاهُ أَعْرابي بصوْتٍ لَهُ جهوريٍّ: يَا مُحمَّدُ، فأَجَابهُ رسولُ الله صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم نحْوا مِنْ صَوْتِه: "هاؤُمْ" فقُلْتُ لهُ:
وَيْحَكَ اغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ فإِنَّك عِنْد النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم وقدْ نُهِيت عَنْ هذا، فقال: واللَّه لاَ أَغضُضُ: قَالَ الأَعْرابِيُّ:
الْمَرْءُ يُحِبُّ الْقَوم ولَمَّا يلْحق بِهِمْ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم: "الْمرْءُ مَعَ منْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيامةِ"، فَمَا
زَالَ يُحدِّثُنَا حتَّى ذَكَرَ بَاباً مِنَ الْمَغْرب مَسيرةُ عرْضِه أوْ يسِير
الرَّاكِبُ في عرْضِهِ أَرْبَعِينَ أَوْ سَبْعِينَ عَاماً. -قَالَ سُفْيانُ أَحدُ
الرُّوَاةِ: قِبل الشَّامِ- خلقَهُ اللَّهُ تعالى يوْم خلق السموات والأَرْضَ
مفْتوحاً لِلتَّوبة لا يُغلقُ حتَّى تَطلُعَ الشَّمْسُ مِنْهُ "، رواه
التِّرْمذي وغيره وَقالَ: حديث حسن صحيح.
Zirr bin Hubaisy berkata; Aku datang kepada
Shafwan bin 'Assal bertanya kepadanya mengenai mengusap sepatu. Kemudian
ia berkata; Apa yang engkau bawa wahai Zirr? Aku berkata; Keinginan mendapat
ilmu. Kemudian ia berkata; Sesungguhnya Malaikat meletakkan sayapnya untuk
penuntut ilmu karena ridha terhadap ilmu yang ia tuntut. Kemudian aku katakan; Sesungguhnya
terbetik di hatiku masalah mengusap sepatu setelah buang air besar dan air
kecil, sementara engkau adalah seorang sahabat Nabi ﷺ,
maka aku datang bertanya kepadamu, apakah engkau pernah mendengar beliau
menyebutkan sesuatu mengenai hal tersebut? Ia berkata; Ya. Beliau memerintahkan
kami apabila sedang bersafar agar tidak melepaskan sepatu kami selama tiga hari
tiga malam kecuali karena junub, akan tetapi karena buang air besar dan buang
air kecil serta tidur.
Aku katakan; Apakah engkau mendengar beliau
menyebutkan sesuatu mengenai cinta? Ia berkata; Ya. Kami pernah bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan, di saat kami
berada di sisinya tiba-tiba terdapat seorang Badui memanggil dengan suara
keras; Wahai Muhammad! Kemudian Rasulullah ﷺ
menjawabnya seperti suaranya, "Ada apa?" kemudian kami katakan
kepadanya; celaka engkau, pelankan suaramu! Sesungguhnya engkau di sisi Nabi ﷺ, dan engkau telah dilarang untuk melakukan
hal ini. Orang Badui tersebut berkata; Bagaimana nasib seseorang mencintai
sebuah kaum, namun ia belum berjumpa dengan mereka. Nabi ﷺ bersabda, "Seseorang akan bersama dengan orang yang
dicintainya pada hari kiamat." Ia terus bercerita kepada kami hingga ia
menyebutkan sebuah pintu di sebelah barat yang jaraknya sejauh perjalanan tujuh
puluh tahun, Atau jika ditempuh seorang pengendara memerlukan waktu selama
empat puluh atau tujuh puluh tahun. -Sufyan salah seorang perawi berkata; Pintu
tersebut berada di arah Syam-, Allah menciptakannya pada hari menciptakan
langit dan bumi, pintu tersebut dalam keadaan terbuka untuk tobat dan tidak ditutup
hingga matahari terbit dari barat. [Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits
hasan shahih]
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1. Biografi
Shafwan bin ‘Assal Al-Muradiy radhiyallahu ‘anhu.
Ia
ikut berperang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebanyak 12
kali, kemudian ia menetap di Kufah.
2. Keutamaan
mendatangi ulama untuk menuntut ilmu.
Dari Abu
Hurairah; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ
بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ
اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk
menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan
tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid)
membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali
Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan
malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di
sisi-Nya”. [Sahih Muslim]
3. Memberi
motifasi kepada orang yang ingin menuntut ilmu.
Shafwan
bin 'Assaal Al-Muradiy
berkata: Ya Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu!
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
«مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ
الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلَائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ
يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ
حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ» [المعجم الكبير للطبراني: حسنه الألباني]
“Selamat datang wahai penuntut ilmu, orang
yang menuntut ilmu dikelilingi oleh malaikat, dan dinaungi dengan sayapnya
kemudian mereka saling menaiki satu sama lain sampai mencapai langit dunia
karena cinta mereka kepada penuntut ilmu”. [Al-Mu'jam Al-Kabir Ath-Thabaraniy:
Hasan]
4. Malaikat
meletakkan sayapnya sebagai penghormatan kepada penuntutu ilmu.
Dari Abu
Ad-Dardaa'; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ
طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ» [سنن أبى داود: صححه الألباني]
"Barangsiapa yang menempuh satu jalan
untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
Sesungguhnya para malaikat merendahkan sayapnya karena meridhai seorang yang
menuntut ilmu". [Sunan Abu Daud: Sahih]
5. Keringanan
membasuh khuf ketika berwudhu tiga hari tiga malam bagi musafir dan sehari
semalam bagi yang muqim.
Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu berkata:
«لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى
بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian
bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh
saya telah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengusap
bagian atas kedua khufnya". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
Syuraih bin Hani' berkata: "Saya mendatangi Aisyah untuk menanyakan
kepadanya tentang mengusap bagian atas dua khuf. Maka dia menjawab: 'Hendaklah
kamu menanyakannya kepada (Ali) Ibnu Abu Thalib, karena dia pernah
bepergian bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.' Lalu kami bertanya
kepadanya, dia menjawab;
«جَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ، وَيَوْمًا
وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ»
'Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan waktu tiga hari tiga malam bagi
musafir (untuk mengusap khuf) dan sehari semalam bagi orang yang menetap
(muqim)." [Sahih Muslim]
6. Basuhan khuf
batal jika berhadats besar.
7. Anjuran
merendahkan suara di depan ulama dan orang terhormat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ
الْحَمِيرِ} [لقمان: 19]
Dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Luqman:19]
8. Sikap Arab
Baduwi yang terkadang kasar.
Anas
bin Malik radhiallahu 'anhu
berkata:
«كُنْتُ أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ
فَجَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهِ حَاشِيَةُ
الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ
الَّذِي عِنْدَكَ! فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ»
"Aku pernah berjalan bersama Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yang ketika itu Beliau mengenakan selendang yang tebal
dan kasar buatan Najran. Kemudian seorang Arab Baduy datang lalu menarik Beliau
dengan tarikan yang keras hingga aku melihat permukaan pundak Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam berbekas akibat tarikan yang keras itu. Lalu Beliau
berkata: "Perintahkanlah, agar aku diberikan harta Allah yang ada
padamu". Kemudian Beliau memandang kepada orang Arab Baduy itu dan tertawa
Lalu Beliau memerintahkan agar memberinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
9. Rasulullah
mengeraskan suaranya sebagai rahmat kepada A’rabiy agar amalannya tidak musnah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ
بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ
لَا تَشْعُرُونَ} [الحجرات: 2]
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara
nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. [Al-Hujuraat:2]
10. Seseorang
dibangkitan pada hari kiamat bersama orang yang dicintainya.
Anas
bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata: Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam: Kapan hari kiamat tiba?
Rasulullah
balik bertanya:
«وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا»
"Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?"
Sahabat
tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali cintaku kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»
"Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti".
Anas
berkata: Tidak pernah kami gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda
Rasulullah ini. Anas berkata: Sesungguhnya aku mencintai Rasulullah, Abu Bakr,
dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di akhirat dengan cintaku kepada
mereka sekalipun amalanku tidak seperti dengan amalan mereka. [Sahih Bukhari
dan Muslim]
11. Keutamaan
saling mencintai karena Allah.
Lihat:
Saling mencintai karena Allah 'azza wajalla
12. Luasnya
pintu taubat dan senantiasa terbuka sampai hari kiamat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ} [النجم:
32]
Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas
ampunanNya. [An-Najm:32]
Hadits kedelapan
8/20- وعنْ أبي سعِيدٍ سَعْد بْنِ مالكِ بْنِ سِنانٍ الْخُدْرِيِّ رضي
الله عنه أَن نَبِيَّ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَال: "كَانَ فِيمنْ
كَانَ قَبْلكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعةً وتِسْعين نفْساً، فسأَل عَنْ أَعلَم أَهْلِ
الأَرْضِ فدُلَّ عَلَى راهِبٍ، فَأَتَاهُ فقال: إِنَّهُ قَتَل تِسعةً وتسعِينَ
نَفْساً، فَهلْ لَهُ مِنْ توْبَةٍ؟ فقالَ: لا فقتلَهُ فكمَّلَ بِهِ مِائةً ثمَّ
سألَ عَنْ أَعْلَمِ أهلِ الأرضِ، فدُلَّ على رجلٍ عالمٍ فقال: إنهَ قَتل مائةَ
نفسٍ فهلْ لَهُ مِنْ تَوْبةٍ؟ فقالَ: نَعَمْ ومنْ يحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التوْبة؟
انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وكَذَا، فإِنَّ بِهَا أُنَاساً يعْبُدُونَ الله
تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعْهُمْ، ولاَ تَرْجعْ إِلى أَرْضِكَ فإِنَّهَا أَرْضُ
سُوءٍ، فانطَلَق حتَّى إِذا نَصَف الطَّريقُ أَتَاهُ الْموْتُ فاختَصمتْ فيهِ
مَلائكَةُ الرَّحْمَةِ وملاكةُ الْعَذابِ. فقالتْ ملائكةُ الرَّحْمَةَ: جاءَ
تائِباً مُقْبلا بِقلْبِهِ إِلى اللَّهِ تَعَالَى، وقالَتْ ملائكَةُ الْعذابِ:
إِنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خيْراً قطُّ، فأَتَاهُمْ مَلكٌ في صُورَةِ آدَمِيٍّ فجعلوهُ
بيْنهُمْ أَي -حَكَماً- فقالَ: قِيسُوا ما بَيْن الأَرْضَين فإِلَى أَيَّتهما كَان
أَدْنى فهْو لَهُ، فقاسُوا فوَجَدُوه أَدْنى إِلَى الأَرْضِ التي أَرَادَ
فَقبَضْتهُ مَلائكَةُ الرَّحمةِ" متفقٌ عليه.
Dari Abu Sa'id Sa’d bin Malik bin Sinan
Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Nabiyullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah
membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang
alim yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib (ahli
ibadah) dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus
terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah
taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu malahan menjawab; 'Tidak.
Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang
rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian
laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu
ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang
alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh seratus orang dan
apakah taubat saya akan diterima? ' Orang alim itu menjawab; 'Ya. Tidak ada
penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena
di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah -Subhanahu Wa Ta'ala-. Setelah
itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali
ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.' Maka
berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah
perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat
dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata; 'Orang laki-laki ini
telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah
dengan sepenuh hati. [Muttafaqun ‘alaihi]
وفي روايةٍ في الصحيح: "فكَان إِلَى الْقرْيَةِ الصَّالحَةِ
أَقْربَ بِشِبْرٍ، فجُعِل مِنْ أَهْلِها"
Dan dalam satu riwayat pada kitab
Ash-Shahih: “Maka ia lebih dekat kepada kampong yang shalih sejauh satu
jengkal, maka ia digolongkan orang yang shalih”.
وفي رِواية في الصحيح: " فأَوْحَى اللَّهُ تعالَى إِلَى هَذِهِ
أَن تَبَاعَدِى، وإِلى هَذِهِ أَن تَقرَّبِي وقَال: قِيسُوا مَا بيْنهمَا،
فَوَجدُوه إِلَى هَذِهِ أَقَرَبَ بِشِبْرٍ فَغُفَرَ لَهُ"
Dan dalam satu riwayat pada kitab
Ash-Shahih: “Maka Allah ta’aalaa mewahyukan kepada nergri ini (berpenduduk
dzalim) untuk menjauh, dan mewahyukan kepada nergi yang ini (yang berpenduduk
shalih) untu mendekat, kemudian berkata: Ukurlah jarak antara keduanya. Maka
mereka mendapati jarak ke negri yang shalih lebih dekat satu jengkal, maka
Allah megampuninya”.
وفي روايةٍ: "فنأَى بِصَدْرِهِ نَحْوهَا".
Dan dalam satu riwayat: “Maka Allah
memajukan dadanya menuju negri yang shalih”.
Lihat: Kisah taubat pembunuh 100 orang
Wallahu a’lam!
Lihaat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (01) Ikhlash (hadits 6-12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...