بسم الله الرحمن الرحيم
Perintah menunaikan ibadah haji
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ
الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ
عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 97]
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [Ali 'Imran:97]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى
خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ،
وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
" [صحيح البخاري ومسلم]
“Islam dibangun atas lima
perkara: Bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan
haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Perintah menyegerakan ibadah haji.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ»
[سنن أبي داود: حسنه الشيخ الألباني]
“Barangsiapa yang ingin
menunaikan ibadah haji maka segerakanlah”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Keutamaan ibadah haji dan umrah:
a. Menghapuskan
dosa, menghilangkan kemiskinan, dan mendapatkan surga.
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تَابِعُوا بَيْنَ الحَجِّ وَالعُمْرَةِ،
فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الكِيرُ خَبَثَ الحَدِيدِ،
وَالذَّهَبِ، وَالفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ المَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلَّا الجَنَّةُ»
[سنن الترمذي: صحيح]
“Seringlah menunaikan ibadah
haji dan umrah karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa seperti
api menghilangkan kotoran besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala bagi haji
yang mabrur kecuali surga”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
b. Nafkah di jalan
Allah 700 kali lipat.
Dari Buraidah Al-Aslamiy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" النَّفَقَةُ فِي الْحَجِّ
كَالنَّفَقَةِ فِي سَبِيلِ اللهِ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ " [مسند أحمد: حسن]
“Nafkah (biaya) ibadah haji
senilai dengan nafkah perang di jalan Allah 700 kali lipat”. [Musnad Ahmad:
Hasan]
c. Berada dalam
jaminan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ فِي ضَمَانِ اللَّهِ:
رَجُلٌ خَرَجَ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ خَرَجَ
غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ خَرَجَ حَاجًّا " [حلية الأولياء: صححه الألباني]
“Ada tiga orang yang berada
dalam jaminan Allah: (1) Seorang yang keluar menuju mesjid dari mesjid-mesjid
Allah 'azza wajalla, (2) seorang yang keluar berperang di jalan Allah,
dan (3) seorang yang pergi menunaikan ibadah haji”. [Hilyatul auliyaa': Sahih]
d. Do'a mustajab
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْغَازِي فِي سَبِيلِ الله، وَالحَاجُّ وَالمُعْتَمِرُ وَفْدُ الله ، دَعَاهُمْ
فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فأَعْطَاهُمْ [سنن ابن ماجه: حسنه
الألباني]
“Perajurid perang di jalan
Allah, jama'ah haji dan umrah, adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka maka mereka
menjawab panggilan-Nya, dan mereka meminta kepada Allah maka Allah memberikan
kepada mereka apa yang mereka minta”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
e. Pahala
perjalanan
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا يَرْفَعُ إِبِلُ الْحَاجِّ
رِجْلًا وَلَا يَضَعُ يَدًا إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، أَوْ مَحَى عَنْهُ
سَيِّئَةً، أَوْ رَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً " [شعب الإيمان للبيهقي: حسنه الألباني]
“Tidaklah onta kendaraan
jama'ah haji mengangkat kaki dan tidak pula meletakkan tangan kecuali dicatat
oleh Allah untuknya satu kebaikan atau dihapus darinya satu keburukan atau
diangkat dengannya satu derajat”. [Syu'ab al-iman Al-Baehaqiy: Hasan]
Persiapan perjalanan
haji dan umrah:
1.
Meng-ikhlash-kan niat.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا
نَوَى [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya amalan itu
dinilai sesuai niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai apa yang ia
niatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah tabaraka
wata'ala berfirman (dalam hadits quds)i:
" أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ
عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ " [صحيح
مسلم]
"Aku adalah yang paling tidak
membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan amalah yang menyekutukan Aku di
dalamnya dengan selain-Ku maka Aku abaikan ia dengan sekutunya". [Sahih
Muslim]
2.
Meminta maaf kepada
semua yang pernah ia dzalimi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَتْ لَهُ
مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ
اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ
عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat aniaya
(zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia
meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang
ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka
(nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya
sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya".
[Shahih Bukhari]
3.
Mempersiapkan bekal.
Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu
'anhuma- berkata:
" كَانَ أَهْلُ
اليَمَنِ يَحُجُّونَ وَلاَ يَتَزَوَّدُونَ، وَيَقُولُونَ: نَحْنُ
المُتَوَكِّلُونَ، فَإِذَا قَدِمُوا مَكَّةَ سَأَلُوا النَّاسَ، فَأَنْزَلَ
اللَّهُ تَعَالَى: {وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى} [البقرة: 197] [صحيح البخاري]
"Dahulu para penduduk Yaman berhaji
namun mereka tidak membawa bekal dan mereka berkata: Kami adalah orang-orang
yang bertawakal. Ketika mereka tiba di Makkah, mereka meminta-minta kepada
manusia. Maka Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: {"Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa"} [Al-Baqarah: 197] [Shahih
Bukhari]
4.
Memilih teman
seperjalanan yang baik.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«لَا
تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Janganlah engaku berteman kecuali dengan sorang yang beriman,
dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa”. [Sunan
Abi Daud: Hasan]
5.
Berwasiat sebelum
pergi.
Dari Abdullah
bin Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي
فِيهِ، يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Tidak
berhak seorang muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan padanya,
kemudian ia tidur dua malam kecuali wasiatnya telah tertulis di sisinya”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
6.
Mempergunakan harta
yang halal.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ
طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ
فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا
إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ}، وَقَالَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ
السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا
رَبِّ ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ،
وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ [صحيح
مسلم]
“Wahai manusia ... sesungguhnya
Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah
memerintahkan orang-orang yang beriman seperti apa yang diperintahkan kepada
para Rasul. Allah berfirman: "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan
yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mu'minuun:51] Dan berfirman: "Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
kami berikan kepadamu". [Al-Baqarah:172]
Kemudian menceritakan seorang laki-laki
yang jauh bepergian, rambutnya kusut, tubuhnya penuh debu, ia mengangkat
tangannya ke langit dan berdo'a: "Ya ... Rabb, Ya .. Rabb!!!"
Akan tetapi makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya
dari yang haram, dan diberi makan dari yang haram, lalu bagaimana do'anya bisa
dikabulkan?” [Sahih Muslim]
7.
Mengikuti tuntunan Nabi
dalam ibadah.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فَإِنِّي
لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ [صحيح مسلم]
"Pelajarilah tata cara pelaksanaan
haji kalian dariku, karena sesungguhnya aku tidak tahu bisa jadi aku tidak
menunaikan haji lagi setelah ibadah hajiku ini". [Sahih Muslim]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح
مسلم]
"Barangsiapa mengamalkan
suaru perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak." [Sahih
Muslim]
Amalan ibadah ‘umrah:
a)
Mengambil miqat (tempat
memulai ihram)
Dari Ibnu Umar -radhiyallahu
'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«يُهِلُّ أَهْلُ
المَدِينَةِ مِنْ ذِي الحُلَيْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ الشَّأْمِ مِنَ الجُحْفَةِ،
وَيُهِلُّ أَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ» وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ وَيَزْعُمُونَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَيُهِلُّ أَهْلُ اليَمَنِ
مِنْ يَلَمْلَمَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Bagi
penduduk Madinah memulai ihram dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari
Al-Juhfah, dan penduduk Najed dari Qarn." Ibnu Umar berkata,
"Orang-orang mengklaim bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengatakan: Dan penduduk Yaman memulai ihram dari Yalamlam." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
b)
Mandi
sebelum memakai pakaian ihram.
Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma- berkata:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَغْتَسِلَ
الرَّجُلُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُحْرِمَ [مسند البزار:
صحيح]
“Diantara
sunnah Nabi, seseorang mandi jika ingin berihram”. [Musnad Al-Bazzar: Shahih]
c)
Memakai
parfum sebelum niat ihram.
Aisyah -radhiyallahu 'anha- berkata:
«كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِحْرَامِهِ حِينَ يُحْرِمُ، وَلِحِلِّهِ
قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Aku
pernah memakaikan wewangian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
untuk ihramnya saat Beliau berihram dan untuk halalnya (tahallulnya) sebelum
thawaf mengelilingi Ka'bah di Baitullah". [Shahih Bukhari dan Muslim]
d)
Memakai
pakaian ihram.
Dari Ibnu 'Umar -radhiyallahu
'anhuma-; Bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam: "Apa yang boleh dikenakan oleh orang yang melakukan
ihram?"
Beliau menjawab:
«لاَ يَلْبَسُ القَمِيصَ، وَلاَ العِمَامَةَ، وَلاَ السَّرَاوِيلَ،
وَلاَ البُرْنُسَ، وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ الوَرْسُ أَوِ الزَّعْفَرَانُ، فَإِنْ
لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ الخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى
يَكُونَا تَحْتَ الكَعْبَيْنِ» [متفق عليه]
"Ia tidak boleh memakai baju,
Imamah (surban yang dililitkan pada kepala), celana panjang, mantel, atau
pakaian yang diberi minyak wangi atau Safron. Jika dia tidak mendapatkan
sandal, maka ia boleh mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata
kaki." [Shahih Bukhari dan Muslim]
e)
Shalat sunnah dua
raka’at.
Nafi’ –rahimahullah- berkata:
«كَانَ ابْنُ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، إِذَا أَرَادَ الخُرُوجَ إِلَى مَكَّةَ ادَّهَنَ
بِدُهْنٍ لَيْسَ لَهُ رَائِحَةٌ طَيِّبَةٌ، ثُمَّ يَأْتِي مَسْجِدَ ذِي
الحُلَيْفَةِ فَيُصَلِّي، ثُمَّ يَرْكَبُ، وَإِذَا اسْتَوَتْ بِهِ رَاحِلَتُهُ
قَائِمَةً أَحْرَمَ»، ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ [صحيح البخاري]
"Adalah
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma apabila hendak keluar menuju
Makkah (untuk berhaji) dia memakai pakaian yang tidak menggunakan wewangian,
kemudian memasuki masjid Dzul Halaifah lalu shalat kemudian menaiki
tunggangannya. Dan apabila tunggangannya sudah berdiri tegak dia memulai ihram,
kemudian berkata: "Beginilah aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam melaksanakannya (memulai ihram untuk haji)”. [Shahih Bukhari]
f)
Berniat
umrah.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengucapkan
ketika berniat umrah dan haji:
«لَبَّيْكَ عُمْرَةً
وَحَجًّا» [صحيح مسلم]
“Ya
Allah, aku memenuhi panggilan-Mu untuk umrah dan haji". [Shahih Muslim]
g)
Membaca
talbiyah.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ
الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ، لاَ شَرِيكَ لَكَ
“Aku patuhi perintah-Mu ya
Allah, aku patuhi, aku patuhi. Tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu;
Sesungguhnya puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan, tiada
sekutu bagi-Mu"
Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُلَبِّي إِلَّا
لَبَّى مَنْ عَنْ يَمِينِهِ، أَوْ عَنْ شِمَالِهِ مِنْ حَجَرٍ، أَوْ شَجَرٍ، أَوْ مَدَرٍ،
حَتَّى تَنْقَطِعَ الأَرْضُ مِنْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا» [سنن الترمذي: صحيح]
“Tidaklah seorang muslim
mengucapkan talbiyah kecuali ikut pula mengucapkan talbiyah semua yang ada di
kanan dan kirinya dari bebatuan, pepohonan, dan tanah, sampai akhir bumi dari
timur dan barat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Talbiyah baru dihentikan ketika hendak memulai
thawaf.
h) Disunnahkan mencium
atau menyentuh hajar aswad sebelum thawaf.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang hajar aswad:
«وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ
يَوْمَ القِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا، وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ، يَشْهَدُ
عَلَى مَنْ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ» [سنن الترمذي:
صحيح]
“Demi Allah, Allah akan
mengutus hajar aswad pada hari kiamat memiliki dua mata untuk melihat dan lidah
untuk berbicara, bersaksi atas orang-orang yang menyentuhnya dengan benar”.
[Sunan Tirmidzi: Sahih]
Jika tidak mampu, maka cukup dengan isyarat
tangan, dengan membaca “Bismillah, Allahu Akbar”, kemudian memulai thawaf.
i)
Tawaf tujuh putaran.
Ubaid bin Umair bertanya kepada Ibnu Umar
radhiyallahu 'anhuma: Wahai Abu Abdurrahman, engkau berdesakan memasuki
kerumunan untuk menyentuh hajar aswad dan ruknul Yamaniy (sudut ka'bah sebelum
sudut hajar aswad), aku tidak melihat seorang sahabat Rasulullah melakukan
seperti itu?
Ibnu Umar menjawab: Aku melakukannya karena aku
mendengar Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ مَسْحَهُمَا كَفَّارَةٌ لِلْخَطَايَا
، مَنْ طَافَ بِهَذَا البَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ ،
لَا يَضَعُ قَدَمًا وَلَا يَرْفَعُ أُخْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً
وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya menyentuh
keduannya adalah penghapus dosa-dosa. Barangsiapa yang tawaf di rumah ini
(ka'bah) 7 kali maka pahalanya senilai dengan memerdekakan budak. Ia tidak
meletakkan satu kaki dan mengangkat yang lainnya kecuali Allah menghapuskan
darinya satu kesalahan dan mencatat untuknya satu kebaikan”. [Sunan Tirmidzi:
Sahih]
Thawaf dengan membuka bahu kanan khusus bagi
laki-laki, dan berlari kecil pada tiga putaran pertama.
Membaca do’a ketika berjalan antara sudut
Yamaniy dan sudut hajar Aswad:
{رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ} [البقرة: 201]
"Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka". [Al-Baqarah: 201]
j)
Shalat 2 raka’at di belakang maqam
Ibrahim setelah thawaf.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca
surah Al-Kafirun pada raka’at pertama, dan surah Al-Ikhlash pada raka’at kedua.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ
فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Salat di mesjidku lebih baik
dari 1000 salat di mesjid selainnya, kecuali mesjid al-haram. Dan shalat di
mesjid al-haram lebih baik dari 100.000 salat di mesjid selainnya”. [Sunan Ibnu
Majah: Sahih]
k) Minum air
zamzam setelah tawaf.
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا
طَعَامُ طُعْمٍ» [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya air zamzam penuh
berkah, ia bisa mengenyangkan seperti makanan”. [Sahih Muslim]
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ
الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ , فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ , وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ
" [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
“Air yang paling baik di muka
bumi ini adalah air zamzam, bisa mengenyangkan seperti makanan dan obat dari
penyakit”. [Al-Mu'jam Al-Ausath: Hasan]
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ
لَهُ " [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Air zamzam jika diminum
dengan niat apapun akan terkabulkan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
l)
Melakukan sa'iy dari bukit Shafa
ke bukit Marwah tujuh kali.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ
شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ
يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 158]
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian
dari syi'ar Allah (tempat beribadah kepada Allah). Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri
kebaikan lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:158]
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Kemudian Nabi -shallallahu 'alaihi
wasallam- menaiki bukit Shafa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau
menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca:
«لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ»
"Tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah
kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong
hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya",
Kemudian beliau berdo'a. Ucapakan tahlil itu
diulanginya sampai tiga kali. Kemudian beliau turun ke Marwa. [Sahih Muslim]
m) Cukur gundul
atau memotong rambut.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ ارْحَمِ المُحَلِّقِينَ»
قَالُوا: وَالمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْحَمِ المُحَلِّقِينَ»
قَالُوا: وَالمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «وَالمُقَصِّرِينَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ya Allah, rahmatilah
orang-orang yang cukur (sampai gundul)!” Sahabat berkata: Orang
yang memotong (sebagian rambutnya) juga, ya Rasulullah? Rasulullah berdo'a
lagi: “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang cukur (sampai gundul)!”
Sahabat berkata: Orang yang memotong (sebagian rambutnya) juga, ya Rasulullah?
Rasulullah berdo'a lagi: “Orang yang memotong (sebagian rambutnya) juga!”
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Cukur sampai gundul hanya khusus bagi jama'ah
laki-laki, sedangkan perempuan cukup dengan memotong sebagaian rambut.
Amalan ibadah haji:
1)
Pada tanggal 8 Dzulhijjah
waktu dhuhaa, semua jama’ah haji berihram, kemudian beranjak menuju Mina untuk
bermalam yang dikenal dengan hari “tarwiyah”, di Mina mereka
shalat Dzuhur, Ashar, Magrib, Isyah, dan Subuh.
2)
Esok harinya tanggal 9
Dzhulhijjah setelah terbit matahari, mereka beranjak dari Mina menuju padang Arafah.
Mereka wuquf di sana, mereka shalat Dzuhur dan Ashar, memperbanyak dzikir dan do’a.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ
مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ
لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟
" [صحيح مسلم]
Tiada hari yang lebih banyak Allah memerdekakan
hamba dari nereka pada waktu itu dari hari Arafah, pada hari itu Allah mendekat
(turun) kemudian membanggakan mereka di hadapan para malaikat dengan berkata: "Apa
yang mereka inginkan?" [Sahih Muslim]
Dari Bilal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di hari Arafah:
إِنَّ اللَّهَ تَطَوَّلَ عَلَيْكُمْ فِي جَمْعِكُمْ
هَذَا فَوَهَبَ مُسِيئَكُمْ لِمُحْسِنِكُمْ وَأَعْطَى مُحْسِنَكُمْ مَا سَأَلَ ادْفَعُوا
بِاسْمِ اللَّهِ [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah
memberi kemuliaan bagi kalian di hari berkumpul kalian ini, maka Ia memberi
orang yang berbuat buruk untuk orang yang berbuat baik (mengabulkan syafaa't
mereka dan permohonan ampun untuk yang berbuat buruk), dan memberi orang yang
berbuat baik apa yang mereka minta, maka berangkatlah (meninggalkan Arafah)
dengan menyebut nama Allah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ
يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
Sebaik-baik do'a adalah do'a di hari arafah, dan
sebaik-baik yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku: "Tiada tuhan yang
berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya untuk-Nya-lah
segala kekuasaan, dan hanya untuk-Nya-lah segala pujian, dan Ia Maha kuasa atas
segala sesuatu". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
3)
Setelah matahari terbenam,
mereka semua meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk bermalam, di
sana mereka shalat Magrib, Isyah dan Subuh.
4)
Sebelum matahari terbit,
mereka beranjak dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jamratul ‘Aqabah.
5)
Setelah itu mereka menyembelih,
bercukur, kemudian ke Mekah untuk tawaf ifadah dan sa’iy.
6)
Kemudian kembali ke Mina
untuk bermalam selama dua hari atau tiga hari, dan di setiap harinya mereka
melempar tiga jamrah.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seorang
anshariy:
«جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنِ الْحَاجِّ
مَا لَهُ حِينَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَقُومُ بِعَرَفَاتٍ؟ وَمَا
لَهُ حِينَ يَرْمِي الْجِمَارَ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَحْلِقُ رَأْسَهُ؟ وَمَا لَهُ حِينَ
يَقْضِي آخِرَ طَوَافٍ بِالْبَيْتِ؟ فَإِنَّ لَهُ حِينَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ أَنَّ
رَاحِلَتَهُ لَا تَخْطُو خُطْوَةً إِلَّا كُتِبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةٌ، أَوْ حُطَّتْ
عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ، فَإِذَا وَقَفَ بِعَرَفَةَ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا
غُبْرًا، اشْهَدُوا أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ذُنُوبَهُمْ، وَإِنْ كَانَ عَدَدَ
قَطْرِ السَّمَاءِ وَرَمْلِ عَالِجٍ، وَإِذَا رَمَى الْجِمَارَ لَا يَدْرِي أَحَدٌ
مَا لَهُ حَتَّى يُوَفَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا حَلَقَ رَأْسَهُ فَلَهُ بِكُلِّ
شَعْرَةٍ سَقَطَتْ مِنْ رَأْسِهِ نُورٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا قَضَى آخِرَ طَوَافِهِ
بِالْبَيْتِ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ» [صحيح ابن حبان]
Engkau datang untuk bertanya kepadaku tentang
orang yang pergi haji apa yang ia dapat ketika keluar dari rumahnya? Dan apa
yang ia dapat ketika wuquf di padang arafah? Dan apa yang ia dapat ketika
melempar jamrah? Dan apa yang ia dapat ketika mencukur kepalanya? Dan apa yang
ia dapat ketika menyelesaikan tawaf terakhirnya? Maka sesungguhnya baginya
ketika keluar dari rumahnya bahwasanya hewan yang ia tunggangi tidak melangkah
satu langkah kecuali dicatat untuknya satu kebaikan atau dihapus darinya satu
keburukan. Lalu jika ia wuquf di arafah maka sesungguhnya Allah azza wajalla
turun ke langit dunia dan berkata kepada para malaikat: Lihatlah kepada
hamba-hambaKu dalam keadaan rambut kusut dan berdebu, saksikanlah bahwa
sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka sekalipun jumlahnya sebanyak
tetesan hujan dan butiran pasir. Dan jika ia melempar jamrah maka seseorang
tidak tahu apa yang akan diberikan untuknya sampai ia menerimanya di hari
kiamat. Dan jika ia mencukur rambutnya maka untuknya pada setiap lembar rambut
yang jatuh dari kepalanya cahaya di hari kiamat. Dan jika ia telah
menyelesaikan akhir tawafnya di ka'bah maka ia lepas dari dosa-dosanya seperti
di hari ia dilahirkan oleh ibunya. [Sahih Ibnu Hibban]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Adab bepergian jauh (musafir) - Do'a bepergian jauh (musafir) - Keistimewaan kota Mekah - Keistimewaan kota Madinah - Sedekah atau haji sunnah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...