Senin, 22 Juli 2019

Nasehat perjalanan haji dan umrah

بسم الله الرحمن الرحيم
Perintah menunaikan ibadah haji
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ} [آل عمران: 97]
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. [Ali 'Imran:97]
Salah satu rukun Islam
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ " [صحيح البخاري ومسلم]
“Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Perintah menyegerakan ibadah haji.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَرَادَ الْحَجَّ فَلْيَتَعَجَّلْ» [سنن أبي داود: حسنه الشيخ الألباني]
“Barangsiapa yang ingin menunaikan ibadah haji maka segerakanlah”. [Sunan Abi Daud: Hasan]

Keutamaan ibadah haji dan umrah:
a.      Menghapuskan dosa, menghilangkan kemiskinan, dan mendapatkan surga.
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تَابِعُوا بَيْنَ الحَجِّ وَالعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الكِيرُ خَبَثَ الحَدِيدِ، وَالذَّهَبِ، وَالفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ المَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلَّا الجَنَّةُ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Seringlah menunaikan ibadah haji dan umrah karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa seperti api menghilangkan kotoran besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
b.      Nafkah di jalan Allah 700 kali lipat.
Dari Buraidah Al-Aslamiy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" النَّفَقَةُ فِي الْحَجِّ كَالنَّفَقَةِ فِي سَبِيلِ اللهِ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ " [مسند أحمد: حسن]
“Nafkah (biaya) ibadah haji senilai dengan nafkah perang di jalan Allah 700 kali lipat”. [Musnad Ahmad: Hasan]
c.       Berada dalam jaminan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ فِي ضَمَانِ اللَّهِ: رَجُلٌ خَرَجَ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَرَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ خَرَجَ حَاجًّا " [حلية الأولياء: صححه الألباني]
“Ada tiga orang yang berada dalam jaminan Allah: (1) Seorang yang keluar menuju mesjid dari mesjid-mesjid Allah 'azza wajalla, (2) seorang yang keluar berperang di jalan Allah, dan (3) seorang yang pergi menunaikan ibadah haji”. [Hilyatul auliyaa': Sahih]
d.      Do'a mustajab
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْغَازِي فِي سَبِيلِ الله، وَالحَاجُّ وَالمُعْتَمِرُ وَفْدُ الله ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فأَعْطَاهُمْ [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Perajurid perang di jalan Allah, jama'ah haji dan umrah, adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka maka mereka menjawab panggilan-Nya, dan mereka meminta kepada Allah maka Allah memberikan kepada mereka apa yang mereka minta”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
e.      Pahala perjalanan
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا يَرْفَعُ إِبِلُ الْحَاجِّ رِجْلًا وَلَا يَضَعُ يَدًا إِلَّا كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، أَوْ مَحَى عَنْهُ سَيِّئَةً، أَوْ رَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً " [شعب الإيمان للبيهقي: حسنه الألباني]
“Tidaklah onta kendaraan jama'ah haji mengangkat kaki dan tidak pula meletakkan tangan kecuali dicatat oleh Allah untuknya satu kebaikan atau dihapus darinya satu keburukan atau diangkat dengannya satu derajat”. [Syu'ab al-iman Al-Baehaqiy: Hasan]

Persiapan perjalanan haji dan umrah:
1.      Meng-ikhlash-kan niat.
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya amalan itu dinilai sesuai niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah tabaraka wata'ala berfirman (dalam hadits quds)i:
" أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ " [صحيح مسلم]
"Aku adalah yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang melakukan amalah yang menyekutukan Aku di dalamnya dengan selain-Ku maka Aku abaikan ia dengan sekutunya". [Sahih Muslim]
2.      Meminta maaf kepada semua yang pernah ia dzalimi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya". [Shahih Bukhari]
3.      Mempersiapkan bekal.
Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu 'anhuma- berkata:
" كَانَ أَهْلُ اليَمَنِ يَحُجُّونَ وَلاَ يَتَزَوَّدُونَ، وَيَقُولُونَ: نَحْنُ المُتَوَكِّلُونَ، فَإِذَا قَدِمُوا مَكَّةَ سَأَلُوا النَّاسَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى} [البقرة: 197] [صحيح البخاري]
"Dahulu para penduduk Yaman berhaji namun mereka tidak membawa bekal dan mereka berkata: Kami adalah orang-orang yang bertawakal. Ketika mereka tiba di Makkah, mereka meminta-minta kepada manusia. Maka Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya: {"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa"} [Al-Baqarah: 197] [Shahih Bukhari]
4.      Memilih teman seperjalanan yang baik.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ» [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Janganlah engaku berteman kecuali dengan sorang yang beriman, dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa”. [Sunan Abi Daud: Hasan]
5.      Berwasiat sebelum pergi.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tidak berhak seorang muslim yang memiliki sesuatu yang bisa diwasiatkan padanya, kemudian ia tidur dua malam kecuali wasiatnya telah tertulis di sisinya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.      Mempergunakan harta yang halal.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ}، وَقَالَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ، وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ [صحيح مسلم]
“Wahai manusia ... sesungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman: "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mu'minuun:51] Dan berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu". [Al-Baqarah:172]
Kemudian menceritakan seorang laki-laki yang jauh bepergian, rambutnya kusut, tubuhnya penuh debu, ia mengangkat tangannya ke langit dan berdo'a: "Ya ... Rabb, Ya .. Rabb!!!" Akan tetapi makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram, dan diberi makan dari yang haram, lalu bagaimana do'anya bisa dikabulkan?” [Sahih Muslim]
7.      Mengikuti tuntunan Nabi dalam ibadah.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فَإِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ [صحيح مسلم]
"Pelajarilah tata cara pelaksanaan haji kalian dariku, karena sesungguhnya aku tidak tahu bisa jadi aku tidak menunaikan haji lagi setelah ibadah hajiku ini". [Sahih Muslim]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak." [Sahih Muslim]

Amalan ibadah ‘umrah:
a)      Mengambil miqat (tempat memulai ihram)
Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«يُهِلُّ أَهْلُ المَدِينَةِ مِنْ ذِي الحُلَيْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ الشَّأْمِ مِنَ الجُحْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ» وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ وَيَزْعُمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَيُهِلُّ أَهْلُ اليَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Bagi penduduk Madinah memulai ihram dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Al-Juhfah, dan penduduk Najed dari Qarn." Ibnu Umar berkata, "Orang-orang mengklaim bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: Dan penduduk Yaman memulai ihram dari Yalamlam." [Shahih Bukhari dan Muslim]
b)     Mandi sebelum memakai pakaian ihram.
Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma- berkata:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُحْرِمَ [مسند البزار: صحيح]
“Diantara sunnah Nabi, seseorang mandi jika ingin berihram”. [Musnad Al-Bazzar: Shahih]
c)      Memakai parfum sebelum niat ihram.
Aisyah -radhiyallahu 'anha- berkata:
«كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِحْرَامِهِ حِينَ يُحْرِمُ، وَلِحِلِّهِ قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku pernah memakaikan wewangian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk ihramnya saat Beliau berihram dan untuk halalnya (tahallulnya) sebelum thawaf mengelilingi Ka'bah di Baitullah". [Shahih Bukhari dan Muslim]
d)     Memakai pakaian ihram.
Dari Ibnu 'Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Apa yang boleh dikenakan oleh orang yang melakukan ihram?"
Beliau menjawab:
«لاَ يَلْبَسُ القَمِيصَ، وَلاَ العِمَامَةَ، وَلاَ السَّرَاوِيلَ، وَلاَ البُرْنُسَ، وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ الوَرْسُ أَوِ الزَّعْفَرَانُ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ الخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الكَعْبَيْنِ» [متفق عليه]
"Ia tidak boleh memakai baju, Imamah (surban yang dililitkan pada kepala), celana panjang, mantel, atau pakaian yang diberi minyak wangi atau Safron. Jika dia tidak mendapatkan sandal, maka ia boleh mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata kaki." [Shahih Bukhari dan Muslim]
e)      Shalat sunnah dua raka’at.
Nafi’ –rahimahullah- berkata:
«كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، إِذَا أَرَادَ الخُرُوجَ إِلَى مَكَّةَ ادَّهَنَ بِدُهْنٍ لَيْسَ لَهُ رَائِحَةٌ طَيِّبَةٌ، ثُمَّ يَأْتِي مَسْجِدَ ذِي الحُلَيْفَةِ فَيُصَلِّي، ثُمَّ يَرْكَبُ، وَإِذَا اسْتَوَتْ بِهِ رَاحِلَتُهُ قَائِمَةً أَحْرَمَ»، ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ [صحيح البخاري]
"Adalah Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma apabila hendak keluar menuju Makkah (untuk berhaji) dia memakai pakaian yang tidak menggunakan wewangian, kemudian memasuki masjid Dzul Halaifah lalu shalat kemudian menaiki tunggangannya. Dan apabila tunggangannya sudah berdiri tegak dia memulai ihram, kemudian berkata: "Beginilah aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakannya (memulai ihram untuk haji)”. [Shahih Bukhari]
f)       Berniat umrah.
Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan ketika berniat umrah dan haji:
«لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّا» [صحيح مسلم]
“Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu untuk umrah dan haji". [Shahih Muslim]
g)      Membaca talbiyah.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالمُلْكَ، لاَ شَرِيكَ لَكَ
“Aku patuhi perintah-Mu ya Allah, aku patuhi, aku patuhi. Tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu; Sesungguhnya puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu"
Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُلَبِّي إِلَّا لَبَّى مَنْ عَنْ يَمِينِهِ، أَوْ عَنْ شِمَالِهِ مِنْ حَجَرٍ، أَوْ شَجَرٍ، أَوْ مَدَرٍ، حَتَّى تَنْقَطِعَ الأَرْضُ مِنْ هَاهُنَا وَهَاهُنَا» [سنن الترمذي: صحيح]
“Tidaklah seorang muslim mengucapkan talbiyah kecuali ikut pula mengucapkan talbiyah semua yang ada di kanan dan kirinya dari bebatuan, pepohonan, dan tanah, sampai akhir bumi dari timur dan barat”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Talbiyah baru dihentikan ketika hendak memulai thawaf.
h)     Disunnahkan mencium atau menyentuh hajar aswad sebelum thawaf.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang hajar aswad:
«وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا، وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ، يَشْهَدُ عَلَى مَنْ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Demi Allah, Allah akan mengutus hajar aswad pada hari kiamat memiliki dua mata untuk melihat dan lidah untuk berbicara, bersaksi atas orang-orang yang menyentuhnya dengan benar”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Jika tidak mampu, maka cukup dengan isyarat tangan, dengan membaca “Bismillah, Allahu Akbar”, kemudian memulai thawaf.
i)        Tawaf tujuh putaran.
Ubaid bin Umair bertanya kepada Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma: Wahai Abu Abdurrahman, engkau berdesakan memasuki kerumunan untuk menyentuh hajar aswad dan ruknul Yamaniy (sudut ka'bah sebelum sudut hajar aswad), aku tidak melihat seorang sahabat Rasulullah melakukan seperti itu?
Ibnu Umar menjawab: Aku melakukannya karena aku mendengar Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ مَسْحَهُمَا كَفَّارَةٌ لِلْخَطَايَا ، مَنْ طَافَ بِهَذَا البَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ ، لَا يَضَعُ قَدَمًا وَلَا يَرْفَعُ أُخْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya menyentuh keduannya adalah penghapus dosa-dosa. Barangsiapa yang tawaf di rumah ini (ka'bah) 7 kali maka pahalanya senilai dengan memerdekakan budak. Ia tidak meletakkan satu kaki dan mengangkat yang lainnya kecuali Allah menghapuskan darinya satu kesalahan dan mencatat untuknya satu kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Thawaf dengan membuka bahu kanan khusus bagi laki-laki, dan berlari kecil pada tiga putaran pertama.
Membaca do’a ketika berjalan antara sudut Yamaniy dan sudut hajar Aswad:
{رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ} [البقرة: 201]
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". [Al-Baqarah: 201]
j)        Shalat 2 raka’at di belakang maqam Ibrahim setelah thawaf.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca surah Al-Kafirun pada raka’at pertama, dan surah Al-Ikhlash pada raka’at kedua.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Salat di mesjidku lebih baik dari 1000 salat di mesjid selainnya, kecuali mesjid al-haram. Dan shalat di mesjid al-haram lebih baik dari 100.000 salat di mesjid selainnya”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
k)      Minum air zamzam setelah tawaf.
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ» [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya air zamzam penuh berkah, ia bisa mengenyangkan seperti makanan”. [Sahih Muslim]
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" خَيْرُ مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ , فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ , وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ " [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
“Air yang paling baik di muka bumi ini adalah air zamzam, bisa mengenyangkan seperti makanan dan obat dari penyakit”. [Al-Mu'jam Al-Ausath: Hasan]
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ " [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
“Air zamzam jika diminum dengan niat apapun akan terkabulkan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
l)        Melakukan sa'iy dari bukit Shafa ke bukit Marwah tujuh kali.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 158]
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah (tempat beribadah kepada Allah). Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:158]
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Kemudian Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- menaiki bukit Shafa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca:
«لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ»
"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya",
Kemudian beliau berdo'a. Ucapakan tahlil itu diulanginya sampai tiga kali. Kemudian beliau turun ke Marwa. [Sahih Muslim]
m)   Cukur gundul atau memotong rambut.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a:
«اللَّهُمَّ ارْحَمِ المُحَلِّقِينَ» قَالُوا: وَالمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «اللَّهُمَّ ارْحَمِ المُحَلِّقِينَ» قَالُوا: وَالمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «وَالمُقَصِّرِينَ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang cukur (sampai gundul)!” Sahabat berkata: Orang yang memotong (sebagian rambutnya) juga, ya Rasulullah? Rasulullah berdo'a lagi: “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang cukur (sampai gundul)!” Sahabat berkata: Orang yang memotong (sebagian rambutnya) juga, ya Rasulullah? Rasulullah berdo'a lagi: “Orang yang memotong (sebagian rambutnya) juga!” [Sahih Bukhari dan Muslim]
Cukur sampai gundul hanya khusus bagi jama'ah laki-laki, sedangkan perempuan cukup dengan memotong sebagaian rambut.

Amalan ibadah haji:
1)      Pada tanggal 8 Dzulhijjah waktu dhuhaa, semua jama’ah haji berihram, kemudian beranjak menuju Mina untuk bermalam yang dikenal dengan hari “tarwiyah”, di Mina mereka shalat Dzuhur, Ashar, Magrib, Isyah, dan Subuh.
2)      Esok harinya tanggal 9 Dzhulhijjah setelah terbit matahari, mereka beranjak dari Mina menuju padang Arafah. Mereka wuquf di sana, mereka shalat Dzuhur dan Ashar, memperbanyak dzikir dan do’a.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟ " [صحيح مسلم]
Tiada hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari nereka pada waktu itu dari hari Arafah, pada hari itu Allah mendekat (turun) kemudian membanggakan mereka di hadapan para malaikat dengan berkata: "Apa yang mereka inginkan?" [Sahih Muslim]
Dari Bilal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di hari Arafah:
إِنَّ اللَّهَ تَطَوَّلَ عَلَيْكُمْ فِي جَمْعِكُمْ هَذَا فَوَهَبَ مُسِيئَكُمْ لِمُحْسِنِكُمْ وَأَعْطَى مُحْسِنَكُمْ مَا سَأَلَ ادْفَعُوا بِاسْمِ اللَّهِ [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memberi kemuliaan bagi kalian di hari berkumpul kalian ini, maka Ia memberi orang yang berbuat buruk untuk orang yang berbuat baik (mengabulkan syafaa't mereka dan permohonan ampun untuk yang berbuat buruk), dan memberi orang yang berbuat baik apa yang mereka minta, maka berangkatlah (meninggalkan Arafah) dengan menyebut nama Allah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
Sebaik-baik do'a adalah do'a di hari arafah, dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan para nabi sebelumku: "Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, hanya untuk-Nya-lah segala kekuasaan, dan hanya untuk-Nya-lah segala pujian, dan Ia Maha kuasa atas segala sesuatu". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
3)      Setelah matahari terbenam, mereka semua meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk bermalam, di sana mereka shalat Magrib, Isyah dan Subuh.
4)      Sebelum matahari terbit, mereka beranjak dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jamratul ‘Aqabah.
5)      Setelah itu mereka menyembelih, bercukur, kemudian ke Mekah untuk tawaf ifadah dan sa’iy.
6)      Kemudian kembali ke Mina untuk bermalam selama dua hari atau tiga hari, dan di setiap harinya mereka melempar tiga jamrah.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seorang anshariy:
«جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنِ الْحَاجِّ مَا لَهُ حِينَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَقُومُ بِعَرَفَاتٍ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَرْمِي الْجِمَارَ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَحْلِقُ رَأْسَهُ؟ وَمَا لَهُ حِينَ يَقْضِي آخِرَ طَوَافٍ بِالْبَيْتِ؟ فَإِنَّ لَهُ حِينَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ أَنَّ رَاحِلَتَهُ لَا تَخْطُو خُطْوَةً إِلَّا كُتِبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةٌ، أَوْ حُطَّتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ، فَإِذَا وَقَفَ بِعَرَفَةَ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي شُعْثًا غُبْرًا، اشْهَدُوا أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ذُنُوبَهُمْ، وَإِنْ كَانَ عَدَدَ قَطْرِ السَّمَاءِ وَرَمْلِ عَالِجٍ، وَإِذَا رَمَى الْجِمَارَ لَا يَدْرِي أَحَدٌ مَا لَهُ حَتَّى يُوَفَّاهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا حَلَقَ رَأْسَهُ فَلَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ سَقَطَتْ مِنْ رَأْسِهِ نُورٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا قَضَى آخِرَ طَوَافِهِ بِالْبَيْتِ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ» [صحيح ابن حبان]
Engkau datang untuk bertanya kepadaku tentang orang yang pergi haji apa yang ia dapat ketika keluar dari rumahnya? Dan apa yang ia dapat ketika wuquf di padang arafah? Dan apa yang ia dapat ketika melempar jamrah? Dan apa yang ia dapat ketika mencukur kepalanya? Dan apa yang ia dapat ketika menyelesaikan tawaf terakhirnya? Maka sesungguhnya baginya ketika keluar dari rumahnya bahwasanya hewan yang ia tunggangi tidak melangkah satu langkah kecuali dicatat untuknya satu kebaikan atau dihapus darinya satu keburukan. Lalu jika ia wuquf di arafah maka sesungguhnya Allah azza wajalla turun ke langit dunia dan berkata kepada para malaikat: Lihatlah kepada hamba-hambaKu dalam keadaan rambut kusut dan berdebu, saksikanlah bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka sekalipun jumlahnya sebanyak tetesan hujan dan butiran pasir. Dan jika ia melempar jamrah maka seseorang tidak tahu apa yang akan diberikan untuknya sampai ia menerimanya di hari kiamat. Dan jika ia mencukur rambutnya maka untuknya pada setiap lembar rambut yang jatuh dari kepalanya cahaya di hari kiamat. Dan jika ia telah menyelesaikan akhir tawafnya di ka'bah maka ia lepas dari dosa-dosanya seperti di hari ia dilahirkan oleh ibunya. [Sahih Ibnu Hibban]
Wallahu a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...