بسم الله الرحمن الرحيم
Wallahu a’lam!
A.
Penjelasan pertama.
Bab kelimabelas kitab "Ash-Shaum" dari Sahih Bukhariy adalah:
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ جَلَّ ذِكْرُهُ:
{أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ
لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ
تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآنَ
بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ} [البقرة:
١٨٧]
Bab firman Allah -jalla
dzikruhu-: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan berusahalah meraih apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu. [Al-Baqarah: 187]
Bab ini bertujuan untuk
menjelaskan sebab turunnya ayat ini yang erat kaitannya dengan masalah puasa.
Beberapa hikmah yang bisa dipetik dari
ayat ini:
1.
Halal makan, minum, dan
mendatangi istri di malam bulan Ramadhan.
Al-Barra' radliallahu
'anhu berkata:
لَمَّا نَزَلَ صَوْمُ رَمَضَانَ كَانُوا
لَا يَقْرَبُونَ النِّسَاءَ رَمَضَانَ كُلَّهُ وَكَانَ رِجَالٌ يَخُونُونَ
أَنْفُسَهُمْ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: { عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ
تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ }
Tatkala diperintahkan puasa
Ramadlan, orang-orang tidak bolehh mendekati para wanita sepanjang bulan
Ramadlah tersebut. Dan ada beberapa orang yang mengkhianati dirinya sendiri.
Maka Allah menurunkan ayat; "Allah mengetahui bahwa kalian tidak
dapat menahan diri kalian sendiri. Maka Dia menerima taubat kalian dan
memaafkan kalian." [Shahih Bukhari]
2.
Ikatan suami-istri
ibarat pakaian, saling menutupi, melindungi, memperindah, memberi kehangatan
dan kenyamanan.
Dalam ayat lain diibaratkan
sebagai rumah (سكن):
{وَمِنْ
آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ} [الروم : 21]
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [Ar-Ruum: 21]
3.
Allah maha mengetahui
segala sesuatu.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{يَعْلَمُ
خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر : 19]
Dia (Allah) mengetahui
(pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. [Gaafir:
19]
4.
Menyelisihi syari'at
Islam adalah bentuk khianat.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا
أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} [الأنفال : 27]
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. [Al-Anfaal: 27]
5.
Melanggar aturan Allah
adalah bentuk pengkhiananan dan kedzaliman terhadap diri sendiri.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{وَمَن
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق : 1]
Itulah hukum-hukum Allah dan
barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah
berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [Ath-Thalaaq: 1]
6.
Allah maha Penerima
taubat dan pemaaf.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{إِنَّهُ
هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ} [البقرة: 37 و 54 و 128]
Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah: 37, 54, dan 128]
{إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا} [النساء: 43 و
99]
Sesungguhnya Allah Maha
Pema'af lagi Maha Pengampun. [An-Nisaa': 43 dan 99]
7.
Rahmat Allah dalam syari'at-Nya.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ
الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن
كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ} [البقرة : 185]
Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [Al-Baqarah:
185]
8.
Mubasyarah dalam ayat ini
maksudnya jima', adapun mubasyarah tanpa jima' hukumnya
boleh di siang hari Ramadhan asalkan tidak sampai mengeluarkan air mani.
'Aisyah radliallahu
'anha berkata:
«كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ
صَائِمٌ، وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ»
"Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mencium dan mencumbu (isteri-isteri Beliau) padahal Beliau
sedang berpuasa. Dan Beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan
nafsunya dibandingkan kalian". [Shahih Bukhari]
Insyaallah
akan dijelaskan dalam bab 23.
9.
Makna firman
Allah: {وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ}
a)
Berusahalah mendapatkan anak dengan mendatangi istri
kalian.
Oleh sebab itu, menggauli istri diniatkan
untuk mendapatkan anak, bukan hanya sekedar pelampiasan nafsu.
Ma'qil bin Yasar -radhiyallahu
'anhu- berkata; Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam lalu berkata; Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang
mempunyai keturunan yang baik dan cantik, akan tetapi dia mandul, apakah aku
boleh menikahinya?
Beliau menjawab:
"Tidak."
Kemudian dia datang lagi kedua
kalinya dan beliau melarangnya, kemudian ia datang ketiga kalinya lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ
فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ
"Nikahkanlah
wanita-wanita yang penyayang dan subur (banyak keturunan), karena aku akan
berbangga kepada umat yang lain dengan banyaknya kalian." [Sunan Abi
Dawud: Shahih]
b)
Raihlah pahala dari Allah dengan berhubungan suami-istri.
Dari Abu Dzar -radhiyallahu
'anhu-; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada
kemaluan (berhubungan suami-istri) seorang dari kalian pun terdapat
sedekah."
Mereka bertanya, "Wahai
Rasulullah, jika salah seorang diantara kami menyalurkan nafsu syahwatnya,
apakah akan mendapatkan pahala?"
Beliau menjawab:
أَرَأَيْتُمْ
لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا
وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
"Bagaimana sekiranya kalian
meletakkannya pada sesuatu yang haram, bukankah kalian berdosa? Begitu pun
sebaliknya, bila kalian meletakkannya pada tempat yang halal, maka kalian akan
mendapatkan pahala." [Shahih Muslim]
c)
Rasakanlah kenikmatan berhubungan suami-istri.
Aisyah berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam ditanya mengenai seorang laki-laki yang mencerai
isterinya tiga kali, kemudian wanita tersebut menikah dengan laki-laki yang
lain dan bertemu muka dengannya kemudian ia mencerainya sebelum mencampuri,
maka apakah ia halal bagi suaminya yang pertama?
Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkata:
لَا تَحِلُّ لِلْأَوَّلِ حَتَّى
تَذُوقَ عُسَيْلَةَ الْآخَرِ وَيَذُوقَ عُسَيْلَتَهَا
"Ia tidak halal bagi
suaminya yang pertama hingga ia merasakan manisnya (hubungan kenikmatan)
suaminya yang lain, dan ia (sang suami) juga merasakan manisnya (hubungan
kenikmatan dengannya)." [Sunan Abi Daud: Shahih]
d)
Raihlah pahala dengan beribadah di malam hari.
e)
Raihlah berkah malam lailatul qadr, jangan dilalaikan
oleh kenikmatan dunia.
● 'Aisyah -radhiyallahu
'anha- berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ
"Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan sarungnya (tdk menggauli istrinya), menghidupkan malamnya
dengan ber'ibadah, dan membangunkan keluarganya". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
10.
Walaupun segala
sesuatunya sudah ditakdirkan, tapi tetap diperintahkan untuk berusaha sebagai
bentuk ibadah.
● Ali radliallahu
'anhu berkata; Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berada dalam rombongan pelayat Jenazah, lalu beliau mengambil sesuatu dan
memukulkannya ke tangah. Kemudian beliau bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ
كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنْ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنْ الْجَنَّةِ
"Tidak ada seorang pun,
kecuali tempat duduknya telah ditulis di neraka dan tempat duduknya di
surga."
Para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, kalau begitu, bagaimana bila kita bertawakkal saja
terhadap takdir kita tanpa beramal?"
Beliau menajawab:
اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ
لَهُ أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ
السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ
أَهْلِ الشَّقَاوَةِ
"Ber'amallah kalian, karena
setiap orang akan dimudahkan kepada yang dicipta baginya. Barangsiapa yang
diciptakan sebagai Ahlus Sa'adah (penduduk surga), maka ia akan dimudahkan untuk
mengamalkan amalan Ahlus Sa'adah. Namun, barangsiapa yang diciptakan sebagai
Ahlusy Syaqa` (penghuni neraka), maka ia akan dimudahkan pula untuk melakukan
amalan Ahlusy Syaqa`."
Kemudian beliau membacakan
ayat:
{فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ
بِالْحُسْنَى}
(Dan barangsiapa yang memberi,
dan bertakwa serta membenarkan kebaikan ... )" [Shahih Bukhari]
B.
Penjelasan kedua.
Dalam bab ini imam Bukhari –rahimahullah-
meriwayatkan satu hadits dari Al-Baraa' bin Al-'Aazib radhiyallahu
' anhu, beliau berkata:
1816 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ إِسْرَائِيلَ [بن يونس بن أبي
إسحاق]، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ [عمرو بن عبد الله السبيعي]، عَنِ البَرَاءِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا، فَحَضَرَ الإِفْطَارُ، فَنَامَ قَبْلَ
أَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَلاَ يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنَّ
قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ الأَنْصَارِيَّ كَانَ صَائِمًا، فَلَمَّا حَضَرَ الإِفْطَارُ
أَتَى امْرَأَتَهُ، فَقَالَ لَهَا: أَعِنْدَكِ طَعَامٌ؟ قَالَتْ: لاَ وَلَكِنْ
أَنْطَلِقُ فَأَطْلُبُ لَكَ، وَكَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ، فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ،
فَجَاءَتْهُ امْرَأَتُهُ، فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: خَيْبَةً لَكَ، فَلَمَّا
انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ، فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ: {أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ
الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ} [البقرة: ١٨٧] فَفَرِحُوا بِهَا فَرَحًا شَدِيدًا، وَنَزَلَتْ: {وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الخَيْطِ
الأَسْوَدِ} [البقرة: ١٨٧]
1816 - Telah menceritakan kepada kami
'Ubaidullah bin Musa, dari Isra'il, dari Abu Ishaq, dari Al-Baraa' -radliallahu
'anhu- berkata; "Dulu para sahabat Muhammad -shallallahu 'alaihi
wasallam- apabila seseorang sedang puasa lalu tiba waktu berbuka dan dia
tertidur sebelum berbuka, maka dia tidak boleh memakan sesuatu pada malam itu
begitu pula siang hari esoknya hingga petang hari (matahari tenggelam). Dan
pada suatu ketika Qais bin Shirmah Al-Anshariy sedang melaksanakan puasa, lalu
tiba waktu berbuka dia mendatangi isterinya seraya berkata, kepada isterinya:
"Apakah kamu punya makanan?" Isterinya berkata: "Tidak, namun
aku akan keluar mencari makanan buatmu". Pada siang harinya dia bekerja
keras hingga mengantuk lalu tertidur. Kemudian isterinya datang. Ketika
isterinya melihat dia (sedang tertidur), isterinya berkata: "Rugilah
kamu". Kemudian besoknya pada tengah hari Qais jatuh pingsan. Lalu
persoalan ini diadukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka turunlah
firman Allah Ta'ala (QS Al Baqarah ayat 187) yang artinya: {"Dihalalkan
bagi kalian pada malam bulan puasa bercampur dengan isttri-isteri kalian"}.
Dengan turunnya ayat ini para sahabat merasa sangat senang, hingga kemudian
turun sambungan ayatnya: {"Dan makan minumlah kalian hingga terang bagi
kalian benang putih dari benang hitam"}.
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Al-Baraa' bin
Al-Aazib radhiyallahu 'anhu.
Al-Baraa’ bin ‘Aazib bin
Al-Harits, Abu ‘Umarah Al-Anshariy
Al-Haritsiy Al-Ausiy. Bapak dan ibunya juga seorang sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
Digelari “Dzul Gurrah” karena
wajahnya yang putih.
Beliau tidak ikut perang Badr dan
Uhud karena umurnya yang masih beliau. Dan perang pertama yang beliau ikuti
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah berang “Khandaq”.
Beliau wafat di Kufah tahun 72
atau 71 hijriyah dengan umur 80 tahun lebih sedikit.
2)
Qais bin Shirmah
Al-Anshariy radhiyallahu ' anhu.
Dalam riwayat lain: a. Shirmah
bin Qais, b. Abu Qais bin ‘Amr, c. Abu Qais bin Shirmah, d. Shirmah bin Abi
Anas, e. Shirmah bin Malik.
Untuk menyatukan kesemua riwayat
di atas maka nama beliau adalah: Abu Qais Shirmah bin Abi Anas Qais bin Malik
bin ‘Adiy.
Adapun yang menyebutkan nama
beliau “Qais bin Shirmah” maka nama ini terbalik. Sedangkan yang mengatakan
“Shirmah bin Malik” maka ia menisbatkan kepada kakeknya.
3)
Awal disyari'atkannya
puasa, orang yang tidur setelah magrib maka ia tidak boleh makan, minum, dan
berhubungan intim sampai datang magrib berikutnya.
> Ini adalah syari'at puasa
ahli kitab sebelumnya, kemudian hukum ini dinasakh dengan syari'at sahur, maka
dibolehkan makan, minum, dan berhubungan intim di malam hari sekalipun telah
tidur sebelumnya sampai terbit fajar.
● Dari Amru bin Al-'Ash -radhiyallahu
'anhuma-; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ
أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
"Perbedaan antara puasa kita
dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur." [Shahih Muslim]
4)
Istri menyiapkan
makanan untuk suaminya.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu berkata: Suatu hari Fatimah mengeluhkan tanganya yang lecet
karena penggilingan (membuat tepung roti untuk makan keluarga), lalu ia
mendengar bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan
budak maka ia bergegas menemui Rasulullah namun ia tidak mendapati Rasulullah
dan mendapati Aisyah maka ia memberitahukan maksudnya kepada Aisyah.
Ketika Rasulullah datang, Aisyah
menyampaikan kedatangan Fatimah dan maksud kedatangannya. Maka Rasulullah
mendatangi kami saat kami sudah di pembaringan. Lalu aku berniat bangkit
menemui Rasulullah, tapi Rasulullah berkata: "Tetaplah di tempat kalian!”
Kemudian Rasulullah duduk di
antara kami sampai aku merasakan dinginnya kaki Rasulullah di dadaku, dan
berkata:
أَلَا أُعَلِّمُكُمَا
خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَانِي إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا تُكَبِّرَا
أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَا ثَلَاثًا
وَثَلَاثِينَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِم [صحيح البخاري ومسلم]
"Maukah
kalian kuberitahukan sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?! Jika
kalian hendak tidur bacalah takbir 34 kali, tasbih 33 kali, dan tahmid 33 kali,
itu lebih baik dari seorang pembantu". [Bukhari dan Muslim]
5)
Boleh meminta jika
membutuhkan.
Nabi Musa dan Khidir –‘alaihimassalam-
minta dijamu oleh penduduk kampung:
{فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا أَتَيَا
أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا} [الكهف: 77]
Maka keduanya berjalan; hingga
tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu
kepada penduduk negeri itu. [Al-Kahfi: 77]
Dari Samurah bin Jundab –radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" إِنَّ المَسْأَلَةَ كَدٌّ يَكُدُّ
بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ، إِلَّا أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا، أَوْ فِي
أَمْرٍ لَا بُدَّ مِنْهُ " [سنن الترمذي: صححه الألباني]
“Sesungguhnya meminta adalah aib
yang mencoreng wajah seseorang, kecuali seorang yang meminta kepada penguasa
(haknya), atau pada urusan yang mendesak (darurat)”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:
«مَا
الَّذِي يُعْطِي مِنْ سَعَةٍ بِأَعْظَمَ أَجْرًا مِنَ الَّذِي يَقْبَلُ إِذَا
كَانَ مُحْتَاجًا»
“Tidaklah yang memberi dalam
kondisi berkecukupan (kaya) lebih besar pahalanya dari yang menerima jika ia
membutukan”. [“Al-Mu’jam Al-Ausath” karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]
6)
Puasa tidak menghalangi
seseorang bekerja di siang harinya.
7)
Kesungguhan dan
kesabaran sahabat Nabi menjalankan syari’at.
8)
Bergembira mendapatkan
keringanan dari Allah.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ} [يونس: 58]
Katakanlah: "Dengan
kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan". [Yunus:58]
9)
Allah memberikan
keringanan dengan me-nasakh hukum yang dikehendaki-Nya.
Allah subhanahu wa
ta'aalaa berfirman:
{مَا
نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [البقرة : 106]
Ayat mana saja yang Kami
nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang
lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui
bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? [Al-Baqarah:
106]
10) Syari'at
Islam adalah syari'at yang mudah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ
عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Allah tidak hendak menyulitkan
kamu (dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]Wallahu a’lam!
Lihat juga: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (14) Ramadhan tidak didahului puasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...