Kamis, 31 Oktober 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (30) Jika bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan dan ia tidak memiliki sesuatu kemudian ia diberi sedekah maka hendaklah ia membayar kaffarah

بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ إِذَا جَامَعَ فِي رَمَضَانَ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْءٌ، فَتُصُدِّقَ عَلَيْهِ فَلْيُكَفِّرْ
“Bab: Jika bersetubuh di (siang hari) bulan Ramadhan dan ia tidak memiliki sesuatu, kemudian ia diberi sedekah maka hendaklah ia membayar kaffarah”
Dalam bab ini imam Bukhari menyebutkan satu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki sesuatu untuk membayar kaffarah (denda) maka ia boleh membayarnya dari sedekah.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1834 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبى حمزة : دينار، القرشي]، عَنِ الزُّهْرِيِّ [محمد بن مسلم بن عبيد الله بن عبد الله بن شهاب]، قَالَ: أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ [بن عوف]، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ. قَالَ: «مَا لَكَ؟» قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا؟» قَالَ: لاَ، قَالَ: «فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ»، قَالَ: لاَ، فَقَالَ: «فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا». قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَكَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ - وَالعَرَقُ المِكْتَلُ - قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ؟» فَقَالَ: أَنَا، قَالَ: «خُذْهَا، فَتَصَدَّقْ بِهِ» فَقَالَ الرَّجُلُ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا - يُرِيدُ الحَرَّتَيْنِ - أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي، فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ»
1834 - Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi’ Al-Bahraniy], telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah Dinar Al-Qurasyiy], dari Az-Zuhriy [Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin Syihab] berkata, telah mengabarkan kepada saya Humaid bin 'Abdurrahman [bin ‘Auf] bahwa Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika kami sedang duduk bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang seorang laki-laki lalu berkata: "Wahai Rasulullah, binasalah aku".
Beliau bertanya: "Ada apa denganmu?".
Orang itu menjawab: "Aku telah berhubungan dengan isteriku sedangkan aku sedang berpuasa".
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah kamu memiliki budak, sehingga kamu harus membebaskannya?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Lalu Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu sanggup bila harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Lalu Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu memiliki makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Sejenak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terdiam. Ketika kami masih dalam keadaan tadi, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diberikan satu keranjang berisi kurma, lalu Beliau bertanya: "Mana orang yang bertanya tadi?".
Orang itu menjawab: "Aku".
Maka Beliau berkata: "Ambillah kurma ini lalu bershadaqahlah dengannya".
Orang itu berkata: "Apakah ada orang yang lebih faqir dariku, wahai Rasulullah. Demi Allah, tidak ada keluarga yang tinggal diantara dua perbatasan, yang dia maksud adalah dua gurun pasir, yang lebih faqir daripada keluargaku".
Mendengar itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjadi tertawa hingga tampak gigi seri Beliau. Kemudian Beliau berkata: "Kalau begitu berilah makan keluargamu dengan kurma ini".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
2.      Apakah tiga kaffarah bagi yang menggauli istrinya di siang hari bulan Ramadhan harus secara berurutan?
Ulama berselisih dalam hal ini:
Pendapat pertama: Boleh memilih salah satu yang bisa dikerjakan.
Sebagaiman dalam salah satu riwayat hadits ini, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلًا أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ، أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً، أَوْ يَصُومَ شَهْرَيْنِ، أَوْ يُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا»
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada seorang yang ifthar (berbuka karena jima') di siang hari bulan Ramadhan untuk memerdekakan seorang budak wanita, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada enam puluh orang miskin. [Shahih Muslim]
Pendapat kedua: Harus berurutan.
Memerdekakan budak, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang miskin.
Ini adalah pendapat jumhur ulama, sebagaimana dzahir hadits di atas. Dan perawi yang meriwayatkan secara berurutan lebih banyak dari pada riwayat yang menunjukkan adanya pilihan.
3.      Budak yang harus dimerdekakan adalah budak yang beriman.
Seperti pada kaffarah pembunuhan yang tidak disengaja, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ} [النساء: 92]
Dan jika ia (si terbunuh dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. [An-Nisaa':92]
Dengan kaidah; “Jika sebab hukuman berbeda tapi hukumanya sama, maka jenis hukuman keduanya saling menjelaskan satu sama lain, apabilah salah satunya muthlaq (bermakna luas) maka yang lainnya men-taqyiid (merinci)”.
Seperti dalam masalah ini, sekalipun sebab hukuman berbeda (yang satu membatalkan puasa dengan jimak dan yang lain membunuh dengan tidak sengaja), tapi hukumannya sama yaitu memerdekakan budak.
Hanya saja pada hukuman pertama disebutkan pemerdekaan budak secara muthlak tanpa perincian jenis budaknya harus muslim atau bisa semua jenis budak.
Sedangkan pada hukuman kedua dirinci dengan menyebutkan jenis budak yang harus dimerdekakan adalah budak mukmin.
Maka hukuman pertama mengambil rincian hukuman kedua, yaitu harus budak yang beriman.
4.      Jika tidak mampu memerdekakan budak maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut.
Jika tidak mampu puasa, maka ia wajib memberi makan enampuluh fakir miskin. Dan termasuk tidak mampu jika tidak sanggup mengonrtol nafsunya ketika berpuasa.
Salamah bin Shakhr Al-Bayadhiy radhiyallahu 'anhu berkata;
كُنْتُ امْرَأً أُصِيبُ مِنَ النِّسَاءِ مَا لَا يُصِيبُ غَيْرِي، فَلَمَّا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ خِفْتُ أَنْ أُصِيبَ مِنَ امْرَأَتِي شَيْئًا يُتَابَعُ بِي حَتَّى أُصْبِحَ، فَظَاهَرْتُ مِنْهَا حَتَّى يَنْسَلِخَ شَهْرُ رَمَضَانَ، فَبَيْنَا هِيَ تَخْدُمُنِي ذَاتَ لَيْلَةٍ، إِذْ تَكَشَّفَ لِي مِنْهَا شَيْءٌ، فَلَمْ أَلْبَثْ أَنْ نَزَوْتُ عَلَيْهَا، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ خَرَجْتُ إِلَى قَوْمِي فَأَخْبَرْتُهُمُ الْخَبَرَ، وَقُلْتُ امْشُوا مَعِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالُوا: لَا وَاللَّهِ، فَانْطَلَقْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «أَنْتَ بِذَاكَ يَا سَلَمَةُ؟»، قُلْتُ: أَنَا بِذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ وَأَنَا صَابِرٌ لِأَمْرِ اللَّهِ، فَاحْكُمْ فِيَّ مَا أَرَاكَ اللَّهُ، قَالَ: «حَرِّرْ رَقَبَةً»، قُلْتُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَمْلِكُ رَقَبَةً غَيْرَهَا، وَضَرَبْتُ صَفْحَةَ رَقَبَتِي، قَالَ: «فَصُمْ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ»، قَالَ: وَهَلْ أَصَبْتُ الَّذِي أَصَبْتُ إِلَّا مِنَ الصِّيَامِ، قَالَ: «فَأَطْعِمْ وَسْقًا مِنْ تَمْرٍ بَيْنَ سِتِّينَ مِسْكِينًا»، قُلْتُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ بِتْنَا وَحْشَيْنِ مَا لَنَا طَعَامٌ، قَالَ: «فَانْطَلِقْ إِلَى صَاحِبِ صَدَقَةِ بَنِي زُرَيْقٍ فَلْيَدْفَعْهَا إِلَيْكَ، فَأَطْعِمْ سِتِّينَ مِسْكِينًا وَسْقًا مِنْ تَمْرٍ وَكُلْ أَنْتَ وَعِيَالُكَ بَقِيَّتَهَا»، فَرَجَعْتُ إِلَى قَوْمِي، فَقُلْتُ: وَجَدْتُ عِنْدَكُمُ الضِّيقَ، وَسُوءَ الرَّأْيِ، وَوَجَدْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّعَةَ، وَحُسْنَ الرَّأْيِ، وَقَدْ أَمَرَنِي أَوْ أَمَرَ لِي بِصَدَقَتِكُمْ
Saya dahulu adalah orang yang sering menggauli isteri tidak seperti orang selainku yang menggauli isterinya. Tatkala telah masuk Bulan Ramadhan, saya khawatir menggauli isteriku sehingga hal itu berlanjut hingga pagi hari. Maka aku menzhihar isteriku hingga Bulan Ramadhan berlalu. Ketika pada malam hari ia membantuku tiba-tiba tersingkap sedikit darinya, maka tidak lama kemudian saya menggaulinya. Kemudian tatkala pagi hari saya keluar menuju kepada kaumku dan mengabarkan hal tersebut kepada mereka, dan saya katakan; pergilah kalian bersamaku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Lalu mereka mengatakan; tidak, demi Allah kami tidak akan pergi bersamamu. Maka saya pergi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal tersebut kepada beliau. Kemudian beliau berkata: "Wahai Salamah, apakah engkau melakukan hal ini?"
Saya katakan; Saya melakukan hal ini -sebanyak dua kali-, dan saya bersabar terhadap terhadap keputusan Allah, maka putuskanlah terhadap diriku apa yang telah Allah perlihatkan kepada dirimu.
Beliau bersabda: "Bebaskan leher budak."
Aku katakan; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran tidaklah saya memiliki leher (budak) selain leher ini, sambil kutepuk leherku.
Beliau bersabda: "Berpuasalah dua bulan berturut-turut!"
Lalu saya katakan; Tidaklah saya tertimpa sesuatu yang menimpaku kecuali ketika saya berpuasa.
Beliau bersabda: "Berilah makan satu wasaq kurma enam puluh orang miskin."
Lalu saya katakan; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, sungguh kami bermalam dalam keadaan tidak memiliki makanan.
Beliau berkata: "Pergilah kepada penjaga Shadaqah Bani Zuraiq, hendaknya ia memberikannya kepadamu dan berilah makan enam puluh orang miskin satu wasaq kurma, dan makanlah sisanya bersama keluargamu."
Kemudian saya kembali kepada kaumku dan berkata; Aku dapatkan di sisi kalian kesempitan serta pendapat yang buruk, dan aku dapatkan di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kelapangan dan pendapat yang baik, beliau telah memerintahkan agar aku diberi shadaqah kalian. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Demikian pula orang yang memiliki budak tapi ia sangat membutuhkannya maka boleh beralih ke kaffarah berikutnya.
5.      Puasa berturut-turut tidak terputus dengan hal berikut:
a)      Masuk bulan Ramadhan.
b)      Hari yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya dan tasyriq.
c)       Haid dan nifas bagi wanita.
d)      Karena ada hal yang membolehkan berbuka, seperti terpaksa bepergian jauh, sakit, hamil, atau menyusui.
e)      Tidak sadarkan diri sehari penuh.
6.      Boleh dibantu atau membantu dalam pembayaran kaffarah.
Amru bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang pembayaran nazar orang tua.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
" أَمَّا أَبُوكَ، فَلَوْ كَانَ أَقَرَّ بِالتَّوْحِيدِ، فَصُمْتَ، وَتَصَدَّقْتَ عَنْهُ، نَفَعَهُ ذَلِكَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]
"Adapun bapakmu, seandainya ia mengakui aqidah tauhid, kemudian engkau puasa dan bersedekah untuknya maka itu akan bermanfaat baginya". [Musnad Ahmad: Hasan]
7.      Kaffarah tidak gugur bagi orang tidak mampu.
Tetap dalam kewajibannya sampai ia mampu melaksanakannya.
8.      Boleh menjawab dengan kata “saya”.
Adapun hadits yang melarang menjawab dengan kata “saya” maka itu dikhususkan ketika meminta izin karena jawaban dengan kata “saya” tidak menjelaskan identitas orang yang meminta izin.
Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata; "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya: «مَنْ هَذَا؟» "Siapakah itu?"
Aku menjawab; "Saya."
Beliau bersabda: «أَنَا أَنَا» "Saya, saya!"
Seolah-olah beliau membencinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
9.      Boleh tertawa jika melihat sesuatu yang lucu.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata;
جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ: أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الخَلاَئِقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الحَبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ، وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزمر: 67] [صحيح البخاري ومسلم]
Seorang rahib datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia berkata; 'Ya Muhammad, Kami mendapatkan bahwa Allah Ta'ala memegang langit, bumi, pohon-pohon, air, binatang-binatang, dan seluruh makhluk dengan jari-Nya seraya berkata; 'Akulah Raja (Penguasa)! '
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun tertawa hingga nampak gigi serinya sebagai pembenaran terhadap perkataan rahib tersebut. Kemudian beliau membaca ayat: {'Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.'} (Az ZUmar: 67). [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata; Seseorang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Ya Rasulullah! Aku bermimpi dalam tidurku, kepalaku di penggal, bagaimana itu?"
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun tertawa, beliau bersabda:
«إِذَا لَعِبَ الشَّيْطَانُ بِأَحَدِكُمْ فِي مَنَامِهِ، فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ النَّاسَ» [صحيح مسلم]
'Apabila setan mempermainkan salah seorang dari kalian di dalam tidurnya, maka janganlah dia menceritakannya kepada orang lain. [Shahih Muslim]
Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَنَّ رَجُلًا ظَاهَرَ مِنَ امْرَأَتِهِ، فَغَشِيَهَا قَبْلَ أَنْ يُكَفِّرَ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ «مَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَأَيْتُ بَيَاضَ حِجْلَيْهَا فِي الْقَمَرِ، فَلَمْ أَمْلِكْ نَفْسِي أَنْ وَقَعْتُ عَلَيْهَا، فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَهُ أَلَّا يَقْرَبَهَا حَتَّى يُكَفِّرَ [سنن ابن ماجه: حسن]
"Seseorang menzhihzar isterinya kemudian ia menggaulinya sebelum membayar kafarat. Lalu ia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menerangkan permasalahannya. Beliau bertanya: "Apa yang membuatmu berbuat seperti itu?"
Ia menjawab, "Ya Rasulullah, aku melihat putih kedua kakinya saat terkena sinar rembulan, hingga aku tidak mampu menguasai jiwaku untuk menggaulinya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tertawa dan memerintahkannya agar tidak mendekatinya hingga membayar kafarat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
10.  Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak banyak tertawa
Simaak rahimahullah berkata; aku bertanya kepada Jabir bin Samurah radhiyallahu 'anhu: "Apakah kamu pernah bergaul dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?"
Dia menjawab:
«نَعَمْ، وَكَانَ طَوِيلَ الصَّمْتِ، قَلِيلَ الضَّحِكِ، وَكَانَ أَصْحَابُهُ يَذْكُرُونَ عِنْدَهُ الشِّعْرَ، وَأَشْيَاءَ مِنْ أُمُورِهِمْ، فَيَضْحَكُونَ، وَرُبَّمَا تَبَسَّمَ»
"Ya, beliau adalah sosok yang pendiam, sedikit tertawa, suatu ketika para sahabatnya berada di sisi beliau tengah menyampaikan sya'ir dan sesuatu dari perkara-perkara mereka, yang di iringi dengan gelak tawa, namun beliau hanya tersenyum." [Musnad Ahmad: Hasan]
11.  Tidak boleh terlalu banyak tertawa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadanya:
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Dan jangan engkau banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa bisa mematikan hati”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا [صحيح البخاري]
“Wahai umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui maka kalian akan sedikit tertawa dan kalian akan banyak menangis”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
12.  Kejujuran mendatangkan berkah.

Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya, dan bila menyembunyikan (cacat) dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan jual belinya". [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!

1 komentar:

  1. Pak ustad blog yang sangat bagus.....saya usul di buat kan halaman daftar isi biar mudah mencari artikel pak ustad baik lewat mobile atau desktop syukran

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...