بسم
الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ إِذَا جَامَعَ فِي رَمَضَانَ،
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْءٌ، فَتُصُدِّقَ عَلَيْهِ فَلْيُكَفِّرْ
“Bab: Jika bersetubuh di (siang hari)
bulan Ramadhan dan ia tidak memiliki sesuatu, kemudian ia diberi sedekah maka
hendaklah ia membayar kaffarah”
Dalam bab ini imam Bukhari menyebutkan satu
hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu yang
menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki sesuatu untuk membayar kaffarah (denda)
maka ia boleh membayarnya dari sedekah.
1834 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم
بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبى حمزة : دينار، القرشي]، عَنِ
الزُّهْرِيِّ [محمد بن مسلم بن عبيد الله بن عبد الله بن شهاب]، قَالَ:
أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ [بن عوف]، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ. قَالَ: «مَا لَكَ؟» قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى
امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا؟» قَالَ: لاَ، قَالَ: «فَهَلْ
تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ»، قَالَ: لاَ، فَقَالَ:
«فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا». قَالَ: لاَ، قَالَ: فَمَكَثَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ
أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ -
وَالعَرَقُ المِكْتَلُ - قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ؟» فَقَالَ: أَنَا، قَالَ:
«خُذْهَا، فَتَصَدَّقْ بِهِ» فَقَالَ الرَّجُلُ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّي يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا - يُرِيدُ الحَرَّتَيْنِ -
أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي، فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَطْعِمْهُ
أَهْلَكَ»
1834 - Telah
menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi’ Al-Bahraniy], telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah Dinar Al-Qurasyiy], dari Az-Zuhriy
[Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin Syihab] berkata, telah
mengabarkan kepada saya Humaid bin 'Abdurrahman [bin ‘Auf] bahwa Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Ketika kami sedang duduk bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tiba-tiba datang seorang laki-laki lalu berkata: "Wahai
Rasulullah, binasalah aku".
Beliau bertanya: "Ada apa
denganmu?".
Orang itu menjawab: "Aku telah
berhubungan dengan isteriku sedangkan aku sedang berpuasa".
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bertanya: "Apakah kamu memiliki budak, sehingga kamu harus
membebaskannya?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Lalu Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu
sanggup bila harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Lalu Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu
memiliki makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?".
Orang itu menjawab: "Tidak".
Sejenak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
terdiam. Ketika kami masih dalam keadaan tadi, Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam diberikan satu keranjang berisi kurma, lalu Beliau bertanya:
"Mana orang yang bertanya tadi?".
Orang itu menjawab: "Aku".
Maka Beliau berkata: "Ambillah kurma
ini lalu bershadaqahlah dengannya".
Orang itu berkata: "Apakah ada orang
yang lebih faqir dariku, wahai Rasulullah. Demi Allah, tidak ada keluarga yang
tinggal diantara dua perbatasan, yang dia maksud adalah dua gurun pasir, yang
lebih faqir daripada keluargaku".
Mendengar itu Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjadi tertawa hingga tampak gigi seri Beliau. Kemudian Beliau
berkata: "Kalau begitu berilah makan keluargamu dengan kurma ini".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.
Lihat
di sini: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2.
Apakah tiga kaffarah bagi
yang menggauli istrinya di siang hari bulan Ramadhan harus secara berurutan?
Ulama
berselisih dalam hal ini:
Pendapat pertama: Boleh memilih
salah satu yang bisa dikerjakan.
Sebagaiman
dalam salah satu riwayat hadits ini, dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu;
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ رَجُلًا أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ، أَنْ يُعْتِقَ
رَقَبَةً، أَوْ يَصُومَ شَهْرَيْنِ، أَوْ يُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا»
Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kepada seorang yang ifthar
(berbuka karena jima') di siang hari bulan Ramadhan untuk memerdekakan seorang
budak wanita, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada
enam puluh orang miskin. [Shahih Muslim]
Pendapat kedua: Harus berurutan.
Memerdekakan
budak, jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu
maka memberi makan enam puluh orang miskin.
Ini
adalah pendapat jumhur ulama, sebagaimana dzahir hadits di atas. Dan perawi
yang meriwayatkan secara berurutan lebih banyak dari pada riwayat yang
menunjukkan adanya pilihan.
3.
Budak yang harus dimerdekakan adalah
budak yang beriman.
Seperti
pada kaffarah pembunuhan yang tidak disengaja, Allah subhanahu wata'aalaa
berfirman:
{وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ
وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ
مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً
مِنَ اللَّهِ} [النساء: 92]
Dan
jika ia (si terbunuh dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang ada
perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh)
membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan
taubat dari pada Allah.
[An-Nisaa':92]
Dengan
kaidah; “Jika sebab hukuman berbeda tapi hukumanya sama, maka jenis hukuman
keduanya saling menjelaskan satu sama lain, apabilah salah satunya muthlaq
(bermakna luas) maka yang lainnya men-taqyiid (merinci)”.
Seperti
dalam masalah ini, sekalipun sebab hukuman berbeda (yang satu membatalkan puasa
dengan jimak dan yang lain membunuh dengan tidak sengaja), tapi hukumannya sama
yaitu memerdekakan budak.
Hanya
saja pada hukuman pertama disebutkan pemerdekaan budak secara muthlak tanpa
perincian jenis budaknya harus muslim atau bisa semua jenis budak.
Sedangkan
pada hukuman kedua dirinci dengan menyebutkan jenis budak yang harus
dimerdekakan adalah budak mukmin.
Maka
hukuman pertama mengambil rincian hukuman kedua, yaitu harus budak yang
beriman.
4.
Jika tidak mampu memerdekakan budak
maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut.
Jika
tidak mampu puasa, maka ia wajib memberi makan enampuluh fakir miskin. Dan
termasuk tidak mampu jika tidak sanggup mengonrtol nafsunya ketika berpuasa.
Salamah
bin Shakhr Al-Bayadhiy radhiyallahu
'anhu berkata;
كُنْتُ امْرَأً أُصِيبُ مِنَ
النِّسَاءِ مَا لَا يُصِيبُ غَيْرِي، فَلَمَّا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ خِفْتُ
أَنْ أُصِيبَ مِنَ امْرَأَتِي شَيْئًا يُتَابَعُ بِي حَتَّى أُصْبِحَ، فَظَاهَرْتُ
مِنْهَا حَتَّى يَنْسَلِخَ شَهْرُ رَمَضَانَ، فَبَيْنَا هِيَ تَخْدُمُنِي ذَاتَ
لَيْلَةٍ، إِذْ تَكَشَّفَ لِي مِنْهَا شَيْءٌ، فَلَمْ أَلْبَثْ أَنْ نَزَوْتُ
عَلَيْهَا، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ خَرَجْتُ إِلَى قَوْمِي فَأَخْبَرْتُهُمُ
الْخَبَرَ، وَقُلْتُ امْشُوا مَعِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالُوا: لَا وَاللَّهِ، فَانْطَلَقْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «أَنْتَ بِذَاكَ يَا سَلَمَةُ؟»،
قُلْتُ: أَنَا بِذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَرَّتَيْنِ وَأَنَا صَابِرٌ لِأَمْرِ
اللَّهِ، فَاحْكُمْ فِيَّ مَا أَرَاكَ اللَّهُ، قَالَ: «حَرِّرْ رَقَبَةً»،
قُلْتُ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أَمْلِكُ رَقَبَةً غَيْرَهَا،
وَضَرَبْتُ صَفْحَةَ رَقَبَتِي، قَالَ: «فَصُمْ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ»،
قَالَ: وَهَلْ أَصَبْتُ الَّذِي أَصَبْتُ إِلَّا مِنَ الصِّيَامِ، قَالَ:
«فَأَطْعِمْ وَسْقًا مِنْ تَمْرٍ بَيْنَ سِتِّينَ مِسْكِينًا»، قُلْتُ: وَالَّذِي
بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ بِتْنَا وَحْشَيْنِ مَا لَنَا طَعَامٌ، قَالَ:
«فَانْطَلِقْ إِلَى صَاحِبِ صَدَقَةِ بَنِي زُرَيْقٍ فَلْيَدْفَعْهَا إِلَيْكَ،
فَأَطْعِمْ سِتِّينَ مِسْكِينًا وَسْقًا مِنْ تَمْرٍ وَكُلْ أَنْتَ وَعِيَالُكَ
بَقِيَّتَهَا»، فَرَجَعْتُ إِلَى قَوْمِي، فَقُلْتُ: وَجَدْتُ عِنْدَكُمُ
الضِّيقَ، وَسُوءَ الرَّأْيِ، وَوَجَدْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ السَّعَةَ، وَحُسْنَ الرَّأْيِ، وَقَدْ أَمَرَنِي أَوْ أَمَرَ لِي
بِصَدَقَتِكُمْ
Saya
dahulu adalah orang yang sering menggauli isteri tidak seperti orang selainku
yang menggauli isterinya. Tatkala telah masuk Bulan Ramadhan, saya khawatir
menggauli isteriku sehingga hal itu berlanjut hingga pagi hari. Maka aku menzhihar
isteriku hingga Bulan Ramadhan berlalu. Ketika pada malam hari ia membantuku
tiba-tiba tersingkap sedikit darinya, maka tidak lama kemudian saya
menggaulinya. Kemudian tatkala pagi hari saya keluar menuju kepada kaumku dan
mengabarkan hal tersebut kepada mereka, dan saya katakan; pergilah kalian
bersamaku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam! Lalu mereka
mengatakan; tidak, demi Allah kami tidak akan pergi bersamamu. Maka saya pergi
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal
tersebut kepada beliau. Kemudian beliau berkata: "Wahai Salamah, apakah
engkau melakukan hal ini?"
Saya
katakan; Saya melakukan hal ini -sebanyak dua kali-, dan saya bersabar terhadap
terhadap keputusan Allah, maka putuskanlah terhadap diriku apa yang telah Allah
perlihatkan kepada dirimu.
Beliau
bersabda: "Bebaskan leher budak."
Aku
katakan; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran tidaklah saya memiliki leher
(budak) selain leher ini, sambil kutepuk leherku.
Beliau
bersabda: "Berpuasalah dua bulan berturut-turut!"
Lalu
saya katakan; Tidaklah saya tertimpa sesuatu yang menimpaku kecuali ketika saya
berpuasa.
Beliau
bersabda: "Berilah makan satu wasaq kurma enam puluh orang miskin."
Lalu
saya katakan; Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, sungguh kami bermalam
dalam keadaan tidak memiliki makanan.
Beliau
berkata: "Pergilah kepada penjaga Shadaqah Bani Zuraiq, hendaknya ia
memberikannya kepadamu dan berilah makan enam puluh orang miskin satu wasaq
kurma, dan makanlah sisanya bersama keluargamu."
Kemudian
saya kembali kepada kaumku dan berkata; Aku dapatkan di sisi kalian kesempitan
serta pendapat yang buruk, dan aku dapatkan di sisi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam kelapangan dan pendapat yang baik, beliau telah memerintahkan
agar aku diberi shadaqah kalian. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Demikian
pula orang yang memiliki budak tapi ia sangat membutuhkannya maka boleh beralih
ke kaffarah berikutnya.
5.
Puasa berturut-turut tidak terputus
dengan hal berikut:
a) Masuk bulan Ramadhan.
b) Hari yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya dan tasyriq.
c) Haid dan nifas bagi wanita.
d) Karena ada hal yang membolehkan berbuka, seperti terpaksa bepergian jauh, sakit, hamil, atau menyusui.
e) Tidak sadarkan diri sehari penuh.
6.
Boleh dibantu atau membantu dalam
pembayaran kaffarah.
Amru bin Al-'Ash radhiyallahu
'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang pembayaran nazar orang tua.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
"
أَمَّا أَبُوكَ، فَلَوْ كَانَ أَقَرَّ بِالتَّوْحِيدِ، فَصُمْتَ، وَتَصَدَّقْتَ
عَنْهُ، نَفَعَهُ ذَلِكَ " [مسند
أحمد: حسنه الألباني]
"Adapun bapakmu, seandainya ia mengakui aqidah tauhid,
kemudian engkau puasa dan bersedekah untuknya maka itu akan bermanfaat
baginya". [Musnad Ahmad: Hasan]
7.
Kaffarah tidak gugur bagi orang
tidak mampu.
Tetap
dalam kewajibannya sampai ia mampu melaksanakannya.
8.
Boleh menjawab dengan kata “saya”.
Adapun
hadits yang melarang menjawab dengan kata “saya” maka itu dikhususkan ketika meminta
izin karena jawaban dengan kata “saya” tidak menjelaskan identitas orang yang
meminta izin.
Jabir
bin Abdullah radhiyallahu
'anhuma berkata; "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya: «مَنْ هَذَا؟» "Siapakah itu?"
Aku
menjawab; "Saya."
Beliau
bersabda: «أَنَا
أَنَا» "Saya, saya!"
Seolah-olah
beliau membencinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
9.
Boleh tertawa jika melihat sesuatu
yang lucu.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
'anhu berkata;
جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ: أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ
السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى
إِصْبَعٍ، وَالمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الخَلاَئِقِ عَلَى
إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ أَنَا المَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الحَبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ
قَدْرِهِ، وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَالسَّمَوَاتُ
مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [الزمر: 67] [صحيح البخاري ومسلم]
Seorang rahib datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam lalu dia berkata; 'Ya Muhammad, Kami mendapatkan bahwa
Allah Ta'ala memegang langit, bumi, pohon-pohon, air, binatang-binatang, dan
seluruh makhluk dengan jari-Nya seraya berkata; 'Akulah Raja (Penguasa)! '
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pun tertawa hingga nampak gigi serinya sebagai pembenaran
terhadap perkataan rahib tersebut. Kemudian beliau membaca ayat: {'Dan
mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi
seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan
tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka
persekutukan.'} (Az ZUmar: 67). [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Jabir radhiyallahu 'anhu berkata;
Seseorang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya
berkata; "Ya Rasulullah! Aku bermimpi dalam tidurku, kepalaku di penggal,
bagaimana itu?"
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pun tertawa, beliau bersabda:
«إِذَا
لَعِبَ الشَّيْطَانُ بِأَحَدِكُمْ فِي مَنَامِهِ، فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ النَّاسَ» [صحيح مسلم]
'Apabila setan mempermainkan salah seorang
dari kalian di dalam tidurnya, maka janganlah dia menceritakannya kepada orang
lain. [Shahih Muslim]
Ø
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَنَّ رَجُلًا ظَاهَرَ مِنَ امْرَأَتِهِ، فَغَشِيَهَا قَبْلَ أَنْ
يُكَفِّرَ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ ذَلِكَ
لَهُ، فَقَالَ «مَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ؟» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَأَيْتُ
بَيَاضَ حِجْلَيْهَا فِي الْقَمَرِ، فَلَمْ أَمْلِكْ نَفْسِي أَنْ وَقَعْتُ
عَلَيْهَا، فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَهُ
أَلَّا يَقْرَبَهَا حَتَّى يُكَفِّرَ [سنن ابن ماجه: حسن]
"Seseorang menzhihzar isterinya
kemudian ia menggaulinya sebelum membayar kafarat. Lalu ia datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan menerangkan permasalahannya. Beliau bertanya:
"Apa yang membuatmu berbuat seperti itu?"
Ia menjawab, "Ya Rasulullah, aku
melihat putih kedua kakinya saat terkena sinar rembulan, hingga aku tidak mampu
menguasai jiwaku untuk menggaulinya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tertawa dan memerintahkannya agar tidak mendekatinya hingga membayar
kafarat." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
10.
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- tidak banyak
tertawa
Simaak
rahimahullah berkata; aku bertanya kepada Jabir bin Samurah radhiyallahu
'anhu: "Apakah kamu pernah bergaul dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam?"
Dia
menjawab:
«نَعَمْ، وَكَانَ طَوِيلَ الصَّمْتِ،
قَلِيلَ الضَّحِكِ، وَكَانَ أَصْحَابُهُ يَذْكُرُونَ عِنْدَهُ الشِّعْرَ،
وَأَشْيَاءَ مِنْ أُمُورِهِمْ، فَيَضْحَكُونَ، وَرُبَّمَا تَبَسَّمَ»
"Ya,
beliau adalah sosok yang pendiam, sedikit tertawa, suatu ketika para
sahabatnya berada di sisi beliau tengah menyampaikan sya'ir dan sesuatu dari
perkara-perkara mereka, yang di iringi dengan gelak tawa, namun beliau hanya
tersenyum." [Musnad Ahmad: Hasan]
11. Tidak boleh terlalu banyak tertawa
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berwasiat kepadanya:
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Dan
jangan engkau banyak tertawa karena sesungguhnya banyak tertawa bisa mematikan
hati”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Dari Aisyah radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ
قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا [صحيح البخاري]
“Wahai
umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui
maka kalian akan sedikit tertawa dan kalian akan banyak menangis”. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Lihat: Membuat orang tertawa
12.
Kejujuran mendatangkan berkah.
Hakim
bin Hizam radhiyallahu
'anhu berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ
يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ
كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
"Dua
orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk
melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah. Jika
keduanya jujur dan menampakkan dagangannya maka keduanya diberkahi
dalam jual belinya, dan bila menyembunyikan (cacat) dan berdusta maka akan
dimusnahkan keberkahan jual belinya". [Shahih Bukhari]
Wallahu
a’lam!
Pak ustad blog yang sangat bagus.....saya usul di buat kan halaman daftar isi biar mudah mencari artikel pak ustad baik lewat mobile atau desktop syukran
BalasHapus