Minggu, 08 Januari 2023

Syarah Kitab Tauhid bab (60); Orang yang mengingkari takdir

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 3 hadits yang menunjukkan wajibnya mengimani ketetapan (takdir) Allah ‘azza wajalla.

a.       Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: “Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar berada di tangan-Nya, seandainya  salah seorang memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu dia infakkan di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya, sebelum ia beriman kepada qadar (ketentuan Allah)”, dan Ibnu Umar membaca sabda Rasulullah :

"الإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ"

“Iman yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada Qadar baik dan buruknya.” [Shahih Muslim]

b.       Ubadah Ibnu Shamit radhiyallahu 'anhu berkata kepada anaknya: “Hai anakku, sungguh kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman sebelum kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, aku telah mendengar Rasulullah bersabda:

"إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ، فَقَالَ: رَبِّ، وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ"

“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Tulislah”, maka Qalam itu menjawab: "Ya Tuhanku, apa yang mesti aku tulis? Allah berfirman: “Tulislah ketentuan segala sesuatu sampai datang hari kiamat.”

Hai anakku, aku juga telah mendengar Rasulullah bersabda:

"مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّيْ"

“Barangsiapa yang meninggal dunia tidak dalam keyakinan seperti ini, maka ia tidak tergolong ummatku”. [Sunan Abu Daud: Shahih]

Ø  Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan:

"إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ، فَجَرَى فِيْ تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"

“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya: “tulislah! Maka ditulislah apa yang terjadi sampai hari kiamat”.

Ø  Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda:

"فَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ أَحْرَقَهُ اللهُ بِالنَّارِ"

“Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar (ketentuan Allah) baik dan buruknya, maka Allah pasti akan membakarnya dengan api neraka”.

c.       Diriwayatkan dalam Musnad dan Sunan, dari Ibnu Dailamiy ia berkata: “Aku datang kepada Ubay bin Kaab radhiyallahu 'anhu, kemudian aku katakan kepadanya: "Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah  kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah ta'aalaa menghilangkan keraguan itu dari hatiku”, maka ia berkata:

"لَوْ أَنْفَقْتَ مِثْلَ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِـئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا لَكُنْتَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ"

“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni  neraka".

Kata Ibnu Dailami selanjutnya: “Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin Yaman dan Zaid bin Tsabit, semuanya mengucapkan kepadaku hadits yang sama dengan sabda Nabi Muhammad di atas.” [Al-Mustadrak karya Al Hakim dan dinyatakan shahih]

Dari 3 hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 9 poin penting:

1.      Keterangan tentang kewajiban beriman kepada qadar.

Dalam riwayat imam Ahmad, ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu berkata:

"يَا بُنَيَّ إِنْ مِتَّ وَلَسْتَ عَلَى ذَلِكَ دَخَلْتَ النَّارَ" [مسند أحمد]

“Wahai anakku, jika engkau mati dan engkau tidak meyakini hal itu maka engkau akan masuk neraka”. [Musnad Ahmad]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (35); Sabar terhadap takdir Allah adalah bagian dari iman kepadaNya

2.      Keterangan tentang cara beriman kepada qadar.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari aku duduk di belakang (boncengan) Rasulullah , beliau bersabda:

«يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»

Wahai bocah, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah kau akan mendapati-Nya di hadapanmu, jika kau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kau minta bantuan maka mintalah kepada Allah, ketahuilah .. sesungguhnya jika semua umat sepakat untuk memberimu suatu yang bermanfaat, mereka tidak akan memberimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka sepakat untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah kepadamu, pena telah diangkat dan lembaran telah kering. [Sunan Tirmidzi: Shahih]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Telah bercerita kepada kami Rasulullah dan dialah orang yang jujur dan berita yang dibawanya adalah benar:

«إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَجَلُهُ وَرِزْقُهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ»

"Setiap orang dari kalian telah dikumpulkan dalam penciptaannya ketika berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari kemudian menjadi 'alaqah (zigot) selama itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal daging) selama itu pula kemudian Allah mengirim malaikat yang diperintahkan dengan empat ketetapan (dan dikatakan kepadanya): Tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya dan sengsara dan bahagianya! Lalu ditiupkan ruh kepadanya. Dan sungguh seseorang akan ada yang beramal dengan amal-amal penghuni neraka hingga tak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali sejengkal saja lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni surga kemudian masuk surga, dan ada juga seseorang yang beramal dengan amal-amal penghuni surga hingga tak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali sejengkal saja, lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu dia masuk neraka". [Shahih Bukhari dan Muslim]

3.      Amal ibadah seseorang sia-sia, jika tidak beriman kepada qadar.

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّة،ِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ، وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ»

"Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini, jika sakit maka jangan kalian jenguk mereka, dan jika mati maka jangan kalian iringi jenazahnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]

4.      Disebutkan bahwa seseorang tidak akan merasakan manisnya iman sebelum ia beriman kepada qadar.

Dari Al-'Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا» [صحيح مسلم]

"  Merasakan nikmatnya iman, orang yang rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul". [Sahih Muslim]

5.      Penjelasan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah yaitu Al-Qalam.

Ulama berselisih tentang makhluk yang pertama kali Allah ta’aalaa ciptakan:

Pendapat pertama: Al-Qalam, sebagaimana hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu.

Pendapat kedua: Al-‘Arsy.

Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari aku bersama Nabi , kemudian datang beberapa orang dari Yaman. Mereka berkata kepada Rasulullah:

"جِئْنَاكَ لِنَتَفَقَّهَ فِي الدِّينِ، وَلِنَسْأَلَكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا الأَمْرِ مَا كَانَ؟"

“Kami mendatangimu untuk memahami urusan agama, dan untuk menanyaimu tentang sesuatu yang pertama kali ada?”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ قَبْلَهُ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ» [صحيح البخاري]

"Allah sudah ada dan tidak ada sesuatupun sebelumnya, dan 'Arsy-Nya berada di atas air kemudian menciptakan langit dan bumi, dan mencatat di lauhul mahfudz segala sesuatu". [Sahih Bukhari]

Ø  Abu Razin radhiyallahu 'anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ خَلْقَهُ؟ قَالَ: «كَانَ فِي عَمَاءٍ مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، وَخَلَقَ عَرْشَهُ عَلَى المَاءِ» [سنن الترمذي: وحسنه]

Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah dimanakah Allah sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya? beliau menjawab, "Dia berada di awan yang tinggi, di atas dan di bawahnya tidak ada udara dan Dia menciptakan 'arsy-Nya di atas air." [Sunan Tirmidziy dan dihukuminya hasan]

Pendapat ketiga: Air.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي إِذَا رَأَيْتُكَ طَابَتْ نَفْسِي وَقَرَّتْ عَيْنِي، فَأَنْبِئْنِي عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. فَقَالَ: «كُلُّ شَيْءٍ خُلِقَ مِنْ مَاءٍ» [مسند أحمد: صححه الأرنؤوط]

Bahwasanya ia mendatangi Nabi seraya berkata, "Wahai Rasulullah, jika aku melihatmu maka hatiku merasa nyaman dan mataku terasa sejuk, maka beritakanlah kepadaku tentang segala sesuatu?" maka Rasulullah bersabda, "Segala sesuatu dicipta dari air." [Musnad Ahmad: Dishahihkan oleh Al-Arnauth]

6.      Diberitahukan dalam hadits bahwa (dengan perintah dari Allah) Al-Qalam menulis ketentuan-ketentuan sampai hari kiamat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ} [يونس: 61]

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). [Yunus:61] [Saba':3]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، قَالَ: وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ " [صحيح مسلم]

"Allah telah mencatat takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi selama 50.000 tahun, dan 'Arsy-Nya berada di atas air". [Sahih Muslim]

Lihat: Tingkatan iman kepada takdir

7.      Rasulullah menyatakan bahwa dirinya lepas dari orang yang tidak beriman kepada qadar.

“Al-Qadariyah” ada dua macam:

Pertama: Al-Qadariyah yang menolak ilmu dan pencatatan takdir Allah terhadap segala sesuatu yang akan terjadi, maka ini dihukumi kafir.

Kedua: Al-Qadariyah yang menganggap bahwa Allah tidak menciptakan keburukan maka ini tidak dihukumi kafir.

8.      Tradisi para ulama salaf dalam menghilangkan keraguan, yaitu dengan bertanya kepada ulama.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl: 43, Al-Anbiyaa': 7]

9.      Dan para ulama salaf memberikan jawaban yang dapat menghilangkan keraguannya tersebut, dengan hanya menuturkan hadits dari Rasulullah  .

Ini adalah sifat orang beriman, selalu merasa cukup dengan hukum Allah dan Rasul-Nya, Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata". [Al-Ahzab:36]

Ø  Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah ketika khutbah mengatakan:

"فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ، وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ" [صحيح مسلم]

“Sesungguhnya ucapan terbaik adalah kitabullah (Al-Qur'an), dan tuntunan terbaik adalah tuntunan Muhammad, dan seburuk-buruk urusan adalah yang diada-adakan (dalam ibadah), dan semua bid'ah adalah kesesatan. [Sahih Muslim]

Ø  Mu'adzah -rahimahallah- berkata: Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha;

مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ. فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ. قَالَتْ: «كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]

'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?' Aisyah menjawab; 'Apakah kamu dari golongan Haruriyah?' Aku menjawab; 'Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.' Dia menjawab; 'Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]

Adapun orang yang tidak beriman, maka tidak cukup sekalipun dengan berbagai dalil, Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَتُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ} [يونس: 96، 97]

Sungguh, orang-orang yang telah dipastikan mendapat ketetapan Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun mereka mendapat tanda-tanda (kebesaran Allah), hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. [Yunus: 96-97]

{قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ} [يونس: 101]

Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. [Yunus: 101]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (59); Larangan berprasangka buruk terhadap Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...