بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ، فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الحَيَاةُ
الدُّنْيَا، وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الغَرُورُ، إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ
عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا، إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ
أَصْحَابِ السَّعِيرِ} [فاطر: 5-6]
Bab: Firman Allah ta’aalaa {Wahai manusia!
Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan
kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang
Allah. Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,
karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala} [Fathir: 5-6]
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
جَمْعُهُ: سُعُرٌ " قَالَ مُجَاهِدٌ:
" الغَرُورُ: الشَّيْطَانُ "
“Jamaknya (As-Sa’ir) adalah “Su’ur”.
Muhahid berkata: “Al-Garur” adalah syaithan”.
Dalam bab ini, imam Bukhari menjadikan
firman Allah ta’aalaa sebagai judul bab yang memperingatkan agar kita
tidak terpedaya dengan kehidupan dunia. Kemudian beliau meriwayatkan hadits ‘Utsamn
bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu yang menyebutkan perintah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam agar tidak tertipu dengan berbagai godaan.
Penjelasan singkat 2 ayat dari surah Fathir:
1. Janji
Allah itu benar.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَلَا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ} [يونس: 55]
Ingatlah, sesungguhnya janji Allah itu
benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui(nya). [Yunus:55]
[Al-Qashash:13] [Ar-Ruum:6]
2. Jengan
terpedaya dengan kenikmatan dunia.
Allah -subhanahu wata'aalaa-
berfirman:
{اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ} [الحديد: 20]
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan
dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu. [Al-Hadiid:20]
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ
النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. [Ali 'Imran: 185]
Lihat: Hakikat kehidupan dunia
3. Jangan
tertipu dengan godaan syaithan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا
تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ}
[لقمان: 33]
Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan
(pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
[Luqman:33]
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ
عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ
زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا} [الأنعام: 112]
Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). [Al-An'am:
112]
4. Syaithan
adalah musuh.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208] [الأنعام:
142]
Dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. [Al-Baqarah:208][Al-An'aam:142]
{قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ} [القصص: 15]
Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan,
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata
(permusuhannya). [Al-Qashash:15]
5. Syaithan
mengajak kepada neraka.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ
نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ
يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ} [لقمان: 21]
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang diturunkan
Allah!” Mereka menjawab, ”(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang
kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang
mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang
menyala-nyala (neraka)? [Luqman: 21]
Lihat: Sifat Iblis
dan Syaitan dalam Al-Qur'an
Hadits Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6433 - حَدَّثَنَا سَعْدُ
بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ [بن عبد الرحمن]، عَنْ يَحْيَى [بن أبي كثير]،
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ القُرَشِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُعَاذُ بْنُ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ حُمْرَانَ بْنَ أَبَانَ، أَخْبَرَهُ قَالَ: أَتَيْتُ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، بِطَهُورٍ وَهُوَ جَالِسٌ عَلَى المَقَاعِدِ،
فَتَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ، ثُمَّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ وَهُوَ فِي هَذَا المَجْلِسِ، فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ
ثُمَّ قَالَ: «مَنْ تَوَضَّأَ مِثْلَ هَذَا الوُضُوءِ، ثُمَّ أَتَى المَسْجِدَ
فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ جَلَسَ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَغْتَرُّوا»
Telah menceritakan kepada kami Sa'd bin
Hafsh, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syaiban [bin Abdirrahman], dari
Yahya [bin Abi Katsir], dari Muhammad bin Ibrahim Al-Qurasiy, dia berkata: Telah
mengabarkan kepadaku Mu'adz bin Abdurrahman; Bahwa Humran bin Aban, telah
mengabarkan kepadanya, dia berkata: Aku mendatangi Utsman bin 'Affan
ketika sedang bersuci, dia duduk di “Al-Maqa’id” (suatu tempat) lalu berwudhu
dengan membaguskan wudunya, kemudian dia berkata, "Saya pernah melihat
Nabi ﷺ berwudu di tempat
ini, beliau membaguskan wudunya lalu beliau bersabda, 'Barang siapa berwudu
seperti ini kemudian mendatangi masjid dan shalat dua rakaat, lalu duduk, maka
akan terampuni dosa-dosanya yang telah lalu.'" Ustman berkata, Nabi ﷺ juga bersabda, 'Dan janganlah kalian
tertipu.'
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Biografi
‘Utsamn bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan ‘Utsman bin ‘Affan
2) Keutamaan
berwudhu.
Dari Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ كَمَا أُمِرَ، وَصَلَّى
كَمَا أُمِرَ غُفِرَ لَهُ مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلٍ» [سنن النسائي:
صحيح]
“Barangsiapa yang berwudhu
sebagaimana diperintahkan, dan shalat sebagaimana diperintahkan maka diampuni
untuknya semua yang telah ia lakukan dari dosa-dosa”. [Sunan An-Nasa’iy: Sahih]
Lihat: Keutamaan ber-wudhu
3) Keutamaan
shalat sunnah setelah wudhu.
Dari Zayd bin Khalid Al-Juhaniy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ،
ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يَسْهُو فِيهِمَا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
[سنن أبي داود: حسن]
“Barangsiapa yang berwudhu
kemudian ia menyempurnakan wudhunya kemudian ia shalat dua raka’at dan tidak
lalai di dalamnya, maka diampuni untuknya semua yang telah lalu dari
dosa-dosanya”. [Sunan Abu Dawud: Hasan]
Ø
Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu 'anhu berkata: Dulunya kami membagi tugas
mengembala unta, ketika tiba giliranku aku mengembalikannya di malam hari.
Kemudian aku mendapati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri
menyampaikan hadits kepada orang-orang dan aku mendapatinya bersabda:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ
فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ، ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا
بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ، إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ»
“Tidaklah seorang muslim berwudhu dan memperbaiki
cara wudhunya, kemudian berdiri dan mendirikan shalat, menjalankanya dengan
hati dan wajahnya, kecuali wajib baginya
masuk surga”.
Maka aku berkata: Sungguh bagus hadits ini!
[Sahih Muslim]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada
Bilal di waktu fajar:
« يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى
عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ
فِي الجَنَّةِ»
“Wahai Bilal, ceritakan
kepadaku tentang amalan yang paling engkau harapkan pahalanya yang engkau
amalkan dalam Islam, karena sesungguhnya aku mendengar suara langkah sendalmu
di hadapanku dalam surga!”
Bilal radhiyallahu 'anhu menjawab: Aku
tidak mengamalkan sesuatu yang paling aku harapkan pahalanya; hanyasaja aku
tidak bersuci (berwudhu) pada suatu waktu baik malam atau siang kecuali aku shalat
dengan wudhu tersebut sebanyak yang ditakdirkan untukku aku dirikan. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
4) Keutamaan
shalat di mesjid.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ
فِي الْمَكَارِهِ وَإِعْمَالُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ
بَعْدَ الصَّلَاةِ يَغْسِلُ الْخَطَايَا غَسْلًا» [مسند أبي يعلى الموصلي: صححه الشيخ الألباني]
“Menyempurnakan wudhu di waktu sulit,
melangkahkan kaki menuju mesjid, dan menanti shalat setelah shalat akan mencuci
dosa-dosa”. [Musnad Abu Ya’laa Al-Maushiliy: Sahih]
Ø
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِذَا تَوَضَّأَ، فَأَحْسَنَ الوُضُوءَ، ثُمَّ خَرَجَ
إِلَى المَسْجِدِ، لاَ يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلاَةُ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً، إِلَّا
رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ [صحيح البخاري]
“Jika seseorang berwudhu dan memperbaiki
wudhunya kemudian keluar menuju mesjid, ia tidak keluar kecuali untuk salat
maka ia tidak melangkah satu langkah keculai diangkat derajatnya (di surga)
satu derajat dan dihapus darinya satu dosa”. [Sahih Bukhari]
Ø
Dari Salman radhiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" مَنْ تَوَضَّأَ فِي بَيْتِهِ
فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ فَهو زَائِرُ اللَّهِ، وَحَقٌّ عَلَى
الْمَزُورِ أَنْ يُكْرِمَ الزَّائِرَ " [المعجم الكبير
للطبراني: حسنه الألباني]
“Barangsiapa yang berwudhu di
rumahnya dan memperbaiki wudhunya kemudian mendatangi mesjid maka ia adalah
tamu Allah, dan kewajiban atas yang diziarahi (tuan rumah) untuk memuliakan
tamunya”. [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]
Lihat: Keutamaan shalat berjama’ah
Hadits Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ المَسْجِدَ،
فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ» [صحيح البخاري]
"Jika seseorang dari
kalian masuk mesjid, maka janganlah ia duduk sampai ia mendirikan salat dua
raka'at". [Sahih Bukhari]
6) Keutamaan
duduk di mesjid.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" أَحَدُكُمْ مَا قَعَدَ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ فِي صَلَاةٍ، مَا
لَمْ يُحْدِثْ، تَدْعُو لَهُ الْمَلَائِكَةُ: اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللهُمَّ
ارْحَمْهُ " [صحيح مسلم]
"Tidaklah salah seorang di
antara kalian yang duduk menunggu waktu salat kecuali ia terhitung (mendapat
pahala) dalam kondisi shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, para
malaikat akan mendo'akannya: "Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah
ia!" [Sahih Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
" الْمَلَائِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ
الَّذِي صَلَّى فِيهِ، يَقُولُونَ: اللهُمَّ ارْحَمْهُ، اللهُمَّ اغْفِرْ لَهُ،
اللهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ " [صحيح
مسلم]
"Para malaikat akan selalu
bershalawat (berdoa) kepada salah seorang di antara kalian selama ia ada di
dalam tempat di mana ia melakukan shalat, (para malaikat) berkata: "Ya
Allah ampunilah ia, Ya Allah sayangilah ia, Ya Allah terimalah tobatnya!"
Selama ia tidak menyakit dan selama ia belum batal wudhunya". [Sahih
Muslim]
7) Jangan
terlena dengan ampunan yang Allah janjikan sehingga larut dalam maksiat.
Karena: (1) Ibadah yang bisa menghapuskan
dosa-dosa hanya yang diterima oleh Allah, dan tidak ada yang bisa mengetahui
hal itu.
(2) Dosa yang diampuni hanya dosa kecil,
sedangkan dosa besar harus dengan taubat. Dan diantara dosa besar adalah
meremehkan dosa kecil.
Dari Abu Ya'laa Syaddad bin Aus radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
"الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ،
وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا، وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ"
"Orang yang cerdas adalah
orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian,
sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan
berangan angan kepada Allah." [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy, dan ia
berkata: Hadits hasan]
Ø Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata:
" إِنَّ قَوْمًا أَلْهَتْهُمْ
أَمَانِيُّ الْمَغْفِرَةِ حَتَّى خَرَجُوا مِنَ الدُّنْيَا وَلَيْسَتْ لَهُمْ
حَسَنَةٌ، يَقُولُ: إِنِّي لَحَسَنُ الظَّنِّ بِرَبِّي، وَكَذَبَ لَوْ أَحْسَنَ
الظَّنَّ بِرَبِّهِ لَأَحْسَنَ الْعَمَلَ " [الوجل والتوثق
بالعمل لابن أبي الدنيا]
"Satu kaum dilalaikan oleh
angan-angan ampunan sampai ia keluar dari duni (mati) tanpa melakukan kebaikan,
ia mengatakan: Aku berbaik sangka kepada Rabbku! Dan ia telah berdusta (dengan
ucapannya itu), seandainya ia berbaik sangka kepada Rabbnya maka tentu ia akan
beramal dengan baik". [Al-Wajal karya Ibnu Abi Ad-Dunya]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 07; Waspada dari kegemerlapan duniawi dan berlomba padanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...