بسم الله الرحمن الرحيم
Januari
1)
Tanggal 08: PonPes Darussalam Bone; Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang
بسم الله الرحمن الرحيم
Januari
1)
Tanggal 08: PonPes Darussalam Bone; Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang
بسم الله الرحمن الرحيم
Musibah adalah ujian dari Allah ‘azza wajalla
untuk menampakkan siapa orang yang benar keimanannya dan siapa yang dusta.
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا
أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ} [العنكبوت: 1 - 3]
Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta. [Al-'Ankabuut: 1 - 3]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam
beberapa manuskrip shahih Bukhari bab ini tidak dicantumkan dan hadits dalam
bab ini dimasukkan dalam bab sebelumnya (Bab 10: “Tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat Anshar”) karena hadits ini menyebutkan bagaimana awal mereka digelari
Ashar.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 4
ayat, dan 3 hadits yang
menunjukkan larangan berhukum kepada selain Allah dan RasulNya.
a. Firman Allah ta’aalaa:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى
الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ
مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا
أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
(60) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى
الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا (61) فَكَيْفَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ
بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا (62) أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ
وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا} [النساء:
60 - 63]
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang
yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan
kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada Thaghut,
padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thaghut itu, dan syetan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh- jauhnya. Apabila
dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah
turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik itu
menghalangi (manusia) dari (mendekati) kamu dengan sekuat-kuatnya. Maka
bagaimanakah halnya, apabila mereka ditimpa sesuatu musibah disebabkan
perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu seraya
bersumpah: “Demi Allah, sekali kali kami tidak menghendaki selain penyelesain
yang baik dan perdamaian yang sempurna.” Mereka itu adalah orang-orang
yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. [An-Nisaa': 60-63]
بسم الله الرحمن الرحيم
Beberapa amalan yang bias melindungi kita
dari fitnah/cabaan yang ada:
1. Berpegang
teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: 103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. [Ali 'Imran:103]
بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
07.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: مِنَ الإِيمَانِ أَنْ يُحِبَّ
لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Bab: “Termasuk keimanan adalah
menyukai untuk saudaranya seperti ia menyukai untuk dirinya sendiri”
بسم الله الرحمن الرحيم
Fitnah (ujian dan cobaan) bisa berupa
keburukan maupun kebaikan
Allah subhanahu
wata’aalaa berfirman:
{كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ} [الأنبياء: 35]
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Al-Anbiyaa':35]
بسم الله الرحمن الرحيم
Bertakwa dengan
sebenar-benarnya
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ} [آل عمران: 102]
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya. [Ali 'Imran: 102]
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ
هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ} [المؤمنون: 1-2]
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalat-nya.
[Al-Mu'minuun: 1-2]
بسم الله الرحمن الرحيم
Diantara tuntunan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam di saat musim hujan:
1. Meyakini
bahwa hujan turun sebagai karunia dan rahmat dari Allah 'azza wajalla.
Zaid bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengimami
kami pada shalat subuh di Hudaibiyah setelah semalaman turun hujan, ketika usai
melaksanakan shalat, beliau menghadap kepada jamaah dan bersabda:
«هَلْ تَدْرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوْا: اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ،
فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ
بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا
وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ
مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ»
“Tahukah kalian apakah yang difirmankan
oleh Rabb pada kalian? Mereka menjawab:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”, lalu beliau bersabda: “Dia berfirman: “Pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku
yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang yang mengatakan: hujan
turun berkat karunia dan rahmat Allah, maka ia telah beriman kepada-Ku dan
kafir kepada bintang, sedangkan orang yang mengatakan: hujan turun karena
bintang ini dan bintang itu, maka ia telah kafir kepada-Ku dan beriman
kepada bintang”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَتَوَكَّلْ عَلَى
الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ
فِي السَّاجِدِينَ (219) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ} [الشعراء: 217 - 220]
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang
Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk
sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang
yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
[Asy-Syu’araa’: 217-220]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda:
"إِنَّ ثَلاَثَةً مِنْ بَنِي
إِسْرائيلَ: أَبْرَصَ، وأَقْرَعَ، وأَعْمَى، أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْتَليَهُمْ
فَبَعث إِلَيْهِمْ مَلَكاً، فأَتَى الأَبْرَصَ فَقَالَ: أَيُّ شَيْءٍ أَحبُّ
إِلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حسنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، ويُذْهَبُ عنِّي الَّذي قَدْ
قَذَرنِي النَّاسُ، فَمَسَحهُ فذَهَب عنهُ قذرهُ وَأُعْطِيَ لَوْناً حَسناً
.
قَالَ: فَأَيُّ الْمالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الإِبلُ - أَوْ قَالَ الْبَقَرُ-
شَكَّ الرَّاوِي -فأُعْطِيَ نَاقَةً عُشرَاءَ، فَقَالَ: بارَك اللَّهُ لَكَ فِيها.
بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Hadits
Aisyah radhiyallahu 'anha.
'Aisyah radhiyallahu ‘anha katanya;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا، وَيَزِيدُ مَا
شَاءَ اللهُ». [صحيح مسلم]
“Rasulullah ﷺ
pernah melakukan shalat Dhuha sebanyak empat rakaat, dan terkadang beliau
menambah sekehendak Allah." [Shahih Muslim]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat, 1 hadits dan 2 atsar yang menunjukkan larangan mentaati ulama dan umara’ dalam
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram karena itu adalah bentuk
mempertuhankan mereka.
بسم الله الرحمن الرحيم
Ulama
berselisih pendapat tentang hukum darah manusia, apakah najis atau suci.
Ada
yang mengatakan najis, ini adalah pendapat mazhab yang empat (Hanafiy, Malikiy,
Syafi’iy, dan Hanbaliy). Dan menurut mereka, darah yang sedikit dimaafkan.
Dan
ada yang berpendapat bahwa darah manusia hukumnya suci.
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابٌ: إِطْعَامُ الطَّعَامِ مِنَ
الإِسْلاَمِ
Bab:
“Memberi makan bagian dari Islam”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
bahwa saling berbagi kebaikan adalah bagian dari amalan Islam seperti memberi
makan dan memberi salam sebagaimana dalam hadiits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu
‘anhuma.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
12 - حَدَّثَنَا عَمْرُو
بْنُ خَالِدٍ [الحراني]، قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ [بن أبي
حَبيب]، عَنْ أَبِي الخَيْرِ [مَرْثَدُ بنُ عَبْدِ اللهِ اليَزَنِيُّ]، عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ:
«تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ
تَعْرِفْ»
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin
Khalid [Al-Harraniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari
Yazid [bin Abi Habib], dari Abu Al-Khair [Martsad bin Abdillah Al-Yazaniy],
dari Abdullah bin 'Amr; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi ﷺ, "Islam manakah yang paling
baik?" Nabi ﷺ menjawab, "Kamu
memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak
kamu kenal".
بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
02.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
باب دُعَاؤُكُمْ إِيمَانُكُمْ
لِقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: {قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلاَ دُعَاؤُكُمْ} [الفرقان: 77] وَمَعْنَى الدُّعَاءِ فِي اللُّغَةِ الإِيمَانُ
“Bab: Do’a kalian adalah iman kalian,
karena firman Allah ‘azza wajalla: {Katakanlah (kepada orang-orang musyrik):
"Tuhanku tidak mengindahkan kamu (dengan siksaanNya), seandainya bukan
karena ibadatmu"} [Al-Furqaan: 77], dan makna do’a dalam bahasa Arab
adalah iman”.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 1 hadits, yang menunjukkan larangan mengharapkan dunia semata dari suatu
amal ibadah.
Firman Allah ta’aalaa:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا
النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [هود:
15-16]
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasaannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan,
mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, serta
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Hud: 15 –16]
بسم الله الرحمن الرحيم
Kewajiban mencintai
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari Anas radhiyallahu'anhu, Nabi -shallallahu 'alaihi
wasallam- bersabda:
«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»
"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku
lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia
seluruhnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ»
“Bab: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam “Islam dibangun atas lima (rukun)””.
Judul bab ini adalah penggalan hadits Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma yang akan diriwayatkan pada bab
berikutnya. Dan dalam bab ini, imam Bukhari hanya menjelasakan hakikat iman dan
jenis-jenis iman yang termasuk diantaranya adalah rukun Islam.
بسم الله الرحمن الرحيم
Kitab Ilmu dalam Shahih Bukhari
terdiri dari 53 judul bab:
Bab (1): “Keutamaan ilmu”
https://umar-arrahimy.blogspot.com/2020/09/kitab-ilmu-bab-1-keutamaan-ilmu.html
بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab
52.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ ذِكْرِ العِلْمِ وَالفُتْيَا فِي المَسْجِدِ
“Bab: Menyampaikan ilmu dan fatwa dalam
mesjid”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran menyampaikan ilmu dan berfatwa di
mesjid, sebagaimana yang dilakukan di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma.
بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 1 ayat, dan 2 hadits, yang menunjukkan larangan riya’ dalam beramal.
Firman Allah ta’aalaa:
{قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ
يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا} [الكهف: 110]
“Katakanlah: “sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya
sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa’, maka barangsiapa yang mengharap
perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia
berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” [Al-Kahfi:
110]
بسم الله الرحمن الرحيم
Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ} [التوبة:
119]
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur). [At-Taubah:119]
بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Bab
50.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الحَيَاءِ فِي العِلْمِ
“Bab: Malu dalam ilmu”
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa sikap malu yang menghalangi seseorang
dari kebaikan bukanlah sifat malu yang terpuji, akan tetapi itu adalah sifat
lemah, seperti malu untuk menuntut ilmu. Sebagaiman ditunjukkan pada ucapan Mujahid,
dan Aisyah yang diriwayatkan secara mu’allaq (sanad terputus).
Dan sikap Ummi Salamah, dan Umar bin Khathab dalam hadits Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhum yang diriwayatkan secara muttasil
(sanad bersambung).
بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
48.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَنْ تَرَكَ بَعْضَ الِاخْتِيَارِ، مَخَافَةَ أَنْ يَقْصُرَ
فَهْمُ بَعْضِ النَّاسِ عَنْهُ، فَيَقَعُوا فِي أَشَدَّ مِنْهُ
“Bab: Seorang meninggalkan sebagian
pendapat pilihannya karena khawatir sebagian orang kurang memahami hal itu
sehingga mereka terjerumus pada seseuatu yang lebih buruk”.
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
pentingnya berhati-hati dalam menerapkan ilmu (pendapat) yang dimiliki agar
tidak menjadi sumber fitnah (kekacauan/musibah) bagi orang lain. Sebagaimana
yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam dalam hadits Aisyah
radhiyallahu ‘anha.
بسم الله الرحمن الرحيم
Makna Islam
Adalah pasrah dan tunduk untuk Allah dengan
tauhid, dan patuh dalam ketaatan, dan melepaskan diri dari syirik dan
pelakunya. Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ} [آل
عمران: 83]
Maka mengapa mereka mencari agama yang lain
selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya,
(baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan? [Ali 'Imran: 83]
بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ العِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا} [الإسراء:
85]
“Bab: Firman Allah ta’aalaa {Dan tidaklah
kalian diberi ilmu kecuali sedikit}” [Surah Al-Israa’: 85]
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
adab seorang ahli ilmu untuk bersikap tawadhu’ dengan ilmu yang dimilikinya,
dan senantiasa memohon kepada Allah 'azza wajalla untuk diberi ilmu.
بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
43.
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ الإِنْصَاتِ لِلْعُلَمَاءِ
“Bab: Konsentrasi menyimak ulama”